Pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asing dalam Rangka Pendoportasian Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Studi di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan)

(1)

PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING

DALAM RANGKA PENDEPORTASIAN DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

KEIMIGRASIAN (STUDI DI KANTOR IMIGRASI

KELAS I POLONIA MEDAN)

TESIS

OLEH IMAM BAHRI 107005112/ HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING

DALAM RANGKA PENDEPORTASIAN DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

KEIMIGRASIAN (STUDI DI KANTOR IMIGRASI

KELAS I POLONIA MEDAN)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

OLEH IMAM BAHRI 107005112/ HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul : PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM RANGKA PENDEPORTASIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN (STUDI DI KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA MEDAN)

Nama Mahasiswa : IMAM BAHRI Nomor : 107005112 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(

Ketua

Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH)

(Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum) (Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum Anggota Anggota

)

Ketua ProgramMagister Ilmu Hukum, D e k a n,

(Prof. Dr. Suhaidi,SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH,M.Hum)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 04 Januari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

: Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

:

Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

2. Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum

3. Prof. H. Syamsul Arifin, SH, MH

4. Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum


(5)

ABSTRAK

Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di suatu wilayah negara dan kaitannya dengan aspek Keimigrasian yang berlaku disetiap negara memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya

Di Indonesia pengawasan terhadap orang asing untuk tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, ditingkat Provinsi oleh Kantor Wilayah Hukum dan HAM dan ditingkat Kabupaten/Kota oleh Kepala Kantor Imigrasi. Pengawasan Orang Asing dilaksanakan mulai dari menunjukkan visa di Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, masuk ke wilayah Republik Indonesia serta keberadaannya dan kegiatannya selama di Indonesia, hingga orang asing tersebut meninggalkan wilayah Indonesia dan kembali ke negaranya.

Deportasi merupakan salah satu bahagian dari keimigrasian dimana deportasi diperlukan agar dapat meminimalisir dampak negatiif akibat keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di Indonesia

Teori yang berkenaan dengan judul tesis ialah Teori Kedaulatan Jean Bodin, yang mengatakan bahwa “ The Doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan negara adalah mutlak.

Negara bertanggung jawab atas setiap warga negara asing dan warga negara Indonesia yang masuk, berada dan keluar dari wilayah kesatuan Republik Indonesia berdasarkan prinsip selektif (selektive policy) sehingga bagi warga negara asing yang merugikan ataupun mengganggu kedaulatan negara Indonesia dilakukan penindakan keimigrasian berupa Pendeportasian.

Syarat dan ketentuan Deportasi menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 dijelaskan pada Pasal 13 ayat 1 memberikan wewenang kepada Pejabat Imigrasi untuk menolak masuk bagi orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia.

Pengawasan keimgrasian adalah suatu pengawasan terhadap orang asing, yang meliputi pengamatan dan pemeriksaan segala kegiatannya mulai dari rencana dan beradanya orang asing di Indonesia sampai dengan meninggalkan Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 66 ayat (2), Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.


(6)

ABSTRACT

The controlling of international human traffic in one country concerning the immigration aspect of a certain country has universal value and specification in each country which should be in line with the value and need of that country.

In Indonesia, the controlling of foreigners is performed by the Directorate General of Immigration for central government level, by Law and Human Rights Office for provincial level. And by the head of the Immigration Office for regional/municipal level. The controlling of foreigners is done by asking them to obtain their visas from the Indonesia Consulates and keeping watch over them when they enter the country, while they are staying, and all their activities in Indonesia, until they leave and return to their respective countries.

Deportation is one of the immigration aspects in which it is needed to minimize negative impact of their existence and activities during their stay in Indonesia.

The theory used in thesis was Jean Bodin’s theory of Sovereignty; that is, “The Doctrine of Absolute State Sovereignty.”

The state is responsible for every foreigner and Indonesian citizen who enters, stays in, and leaves the Indonesian territory, based on the selective policy so that any foreigner who harms the Indonesian sovereignty, will be deported.

The condition and provision of Deportation stipulated in Article 13, Paragraph 1 of Law No. 6/2011 gives the authority to the Immigration Officials to reject any foreigner to enter the Indonesian territory.

The immigration controlling constitues controlling foreigners which includes observing and controlling all their activities since they plan to come to the country, their stay in the country until they leave Indonesia as it is stipulated in Article 66, Paragraph 2 of Law No. 6/2011 on Immigration.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Adapun Judul : ”PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM RANGKA PENDEPORTASIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN (STUDI DI KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA MEDAN)”. Di dalam menyelesaikan Tesis ini, penulis banyak memperoleh

bantuan baik berupa pengajaran, bimbingan, arahan dan masukan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu Penulis menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pembimbing yaitu :

Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH., selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum., Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum., yang mana di tengah-tengah kesibukannya masih tetap meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, koreksi, perbaikan dan dorongan guna penyempurnaan penulisan Tesis ini.


(8)

Selanjutnya Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Penguji yaitu : Prof. Syamsul Arifin, SH, MH., Selaku Ketua Komisi Penguji, Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum., walaupun dalam kapasitas sebagai Penguji, namun juga telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga bagi Penulis demi sempurnanya Tesis ini.

Perkenankanlah juga, Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang memberikan masukan dan arahan konstruktif dalam penulisan Tesis ini sejak tahap Kolokium, seminar hasil sampai pada tahap ujian tertutup sehingga penulisan Tesis ini menjadi lebih sempurna.

Demikian juga rasa terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan hormat kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA (K), diberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas Hukum, Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., atas kesempatan menjadi mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum, Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH., yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk segera memyelesaikan penulisan Tesis ini.


(9)

4. Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan, Bapak Drs. Lilik Bambang Lestari, yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan masukan, saran dan dukungan kepada penulis.

5. Kepala Seksi Insarkom Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan, Bapak Edy Firyan, SH, MH., yang telah memberikan masukan dan arahan kepada penulis.

6. Orang tua dan Saudara-saudara tercinta yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya serta memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

7. Istri dan Anak-anak tercinta Delmawati, SH, MH., Syifa Puteri DB., Rafa Putera DB., yang penuh kasih sayang dan senantiasa memberi semangat

dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan Tesis ini.

8. Para Dosen dilingkungan Fakultas Hukum Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan serta ilmu yang bermanfaat, selama penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar.

9. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara beserta Staff dan tak lupa kepada seluruh rekan – rekan kerja saya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga semua bantuan, kebaikan dan jerih payah yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. dan dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan serta rezeki yang melimpah kepada kita.


(10)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun tak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan dilingkungan pendidikan,

akhirnya penulis menyampaikan permintaan maaf yang tulus jika seandainya dalam penulisan ini terdapat kekurangan dan kekeliruan, penulis juga menerima kritik dan saran yang bertujuan sifatnya membangun untuk penyempurnaan penulisan Tesis ini.

Medan, 04 Januari 2013 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Imam Bahri

Tempat/Tgl. Lahir : Pamekasan, 21 Mei 1972 Jenis Kelamin : Laki – laki

Agama : Islam

Jabatan/ Pekerjaan : Kasubsi Lahtuskim Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Alamat : Jl. STM No. 83-B Kel. Suka Maju Kec. Medan Johor

Kota Medan Sumatera Utara.

Pendidikan : SD Negeri Bugih 2 Pamekasan-Madura Tamat Tahun 1985 SMP Negeri 3 Pamekasan-MaduraTamat Tahun 1988 SMA Negeri 2 Pamekasan-MaduraTamat Tahun 1991 Strata Satu (S1) Fakultas Hukum Universitas Nasional Jakarta

Tamat Tahun 1999

Strata Dua (S2) Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara Medan Tamat Tahun 2013


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR……….. iii

RIWAYAT HIDUP………..………. vii

DAFTAR ISI………...…….. viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang………...………....…....….… 1

B. Rumusan Masalah... 13

C. Tujuan Penelitian... 13

D. Manfaat Penelitian... 13

E. Keaslian Penelitian... 15

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 16

1. Kerangka Teori... 16

2. Konsepsi... 23

G. Metode Penelitian... 26

1. Jenis, Sifat dan Pendekatan... 26

2. Sumber Data………..…. 27

3. Teknik Pengumpulan Data... 28

4. Alat Pengumpulan Data ... 29


(13)

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG – UNDANGAN

DI INDONESIA... 32

A. Tinjauan Umum Tentang Deportasi... 32

B. Alasan Pendeportasian Orang Asing... 39

C. Syarat dan Ketentuan Pendeportasian Orang Asing... 48

D. Pengaturan Hukum Tentang Pengawasan Keimigrasian... 51

BAB III PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP KEBERADAAN ORANG ASING DI WILAYAH REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN... 53

A. Pengawasan Orang Asing Di Indonesia ... 53

1. Pengertian Pengawasan Orang Asing... 53

2. Tujuan Pengawasan Orang Asing... 61

3. Instrumen Pengawasan Orang Asing... 63

B. Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyalahgunaan Izin Keimigrasian ………. 71

1. Pro Justitia……….. 71

2. Non Pro Justitia……….. 72

C. Struktur Pengawasan Orang Asing... 75

1. Kementerian Hukum dan HAM... 75

2. Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM... 75

3. Kantor Imigrasi... 75


(14)

D. Pengawasan dan Penindakan... 80

1. Koordinasi Pengawasan Orang Asing ( SIPORA )... 80

2. Koordinasi Penindakan Orang Asing... 81

BAB IV PELAKSANAAN PENGAWASAN KEIMIGRASIAN DAN DEPORTASI WARGA NEGARA ASING DI KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA MEDAN... 86

A. Profil Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan ... 86

1. Sejarah Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan... 86

2. Wilayah Kerja... 88

3. Pelaksanaan Tugas... 90

B. Pelaksanaan Pengawasan Keimigrasian Terhadap Warga Negara Asing di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia ... 95

C. Pelaksanaan Deportasi Terhadap Warga Negara Asing di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan... 103

1. Pelaksanaan Pendeportasian... 103

2. Proses Administrasi Penyelesaian Tindakan Keimigrasian.... 112

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... . 119

A. Kesimpulan... 119

B. Saran... 120


(15)

ABSTRAK

Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di suatu wilayah negara dan kaitannya dengan aspek Keimigrasian yang berlaku disetiap negara memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya

Di Indonesia pengawasan terhadap orang asing untuk tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, ditingkat Provinsi oleh Kantor Wilayah Hukum dan HAM dan ditingkat Kabupaten/Kota oleh Kepala Kantor Imigrasi. Pengawasan Orang Asing dilaksanakan mulai dari menunjukkan visa di Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, masuk ke wilayah Republik Indonesia serta keberadaannya dan kegiatannya selama di Indonesia, hingga orang asing tersebut meninggalkan wilayah Indonesia dan kembali ke negaranya.

Deportasi merupakan salah satu bahagian dari keimigrasian dimana deportasi diperlukan agar dapat meminimalisir dampak negatiif akibat keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di Indonesia

Teori yang berkenaan dengan judul tesis ialah Teori Kedaulatan Jean Bodin, yang mengatakan bahwa “ The Doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan negara adalah mutlak.

Negara bertanggung jawab atas setiap warga negara asing dan warga negara Indonesia yang masuk, berada dan keluar dari wilayah kesatuan Republik Indonesia berdasarkan prinsip selektif (selektive policy) sehingga bagi warga negara asing yang merugikan ataupun mengganggu kedaulatan negara Indonesia dilakukan penindakan keimigrasian berupa Pendeportasian.

Syarat dan ketentuan Deportasi menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 dijelaskan pada Pasal 13 ayat 1 memberikan wewenang kepada Pejabat Imigrasi untuk menolak masuk bagi orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia.

Pengawasan keimgrasian adalah suatu pengawasan terhadap orang asing, yang meliputi pengamatan dan pemeriksaan segala kegiatannya mulai dari rencana dan beradanya orang asing di Indonesia sampai dengan meninggalkan Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 66 ayat (2), Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.


(16)

ABSTRACT

The controlling of international human traffic in one country concerning the immigration aspect of a certain country has universal value and specification in each country which should be in line with the value and need of that country.

In Indonesia, the controlling of foreigners is performed by the Directorate General of Immigration for central government level, by Law and Human Rights Office for provincial level. And by the head of the Immigration Office for regional/municipal level. The controlling of foreigners is done by asking them to obtain their visas from the Indonesia Consulates and keeping watch over them when they enter the country, while they are staying, and all their activities in Indonesia, until they leave and return to their respective countries.

Deportation is one of the immigration aspects in which it is needed to minimize negative impact of their existence and activities during their stay in Indonesia.

The theory used in thesis was Jean Bodin’s theory of Sovereignty; that is, “The Doctrine of Absolute State Sovereignty.”

The state is responsible for every foreigner and Indonesian citizen who enters, stays in, and leaves the Indonesian territory, based on the selective policy so that any foreigner who harms the Indonesian sovereignty, will be deported.

The condition and provision of Deportation stipulated in Article 13, Paragraph 1 of Law No. 6/2011 gives the authority to the Immigration Officials to reject any foreigner to enter the Indonesian territory.

The immigration controlling constitues controlling foreigners which includes observing and controlling all their activities since they plan to come to the country, their stay in the country until they leave Indonesia as it is stipulated in Article 66, Paragraph 2 of Law No. 6/2011 on Immigration.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Institusi Imigrasi menempati posisi utama dan strategis dalam konteks pengendalian dan pengawasan orang asing, tidak saja menimbulkan konsekwensi tuntutan peranan yang optimal dalam merumuskan kebijakan keimigrasian menyangkut orang asing, tetapi juga dapat memberikan manfaat dan keuntungan bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Perpindahan penduduk dari satu wilayah negara ke wilayah negara lain dapat merupakan salah satu sebab timbulnya berbagai permasalahan keimigrasian, dan merupakan tantangan yang menghendaki adanya peningkatan kemampuan untuk mengantisipasi arus perubahan yang sangat cepat terjadi.

Pelanggaran dan kejahatan keimigrasianpun akan timbul dengan datangnya orang asing di wilayah Indonesia, menyikapi akan hal tersebut terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh orang asing akan diambil tindakan tegas. Tindakan Keimigrasian yang dikenakan dapat berupa Deportasi sebagai salah satu tindakan khusus dan khas dari fungsi keimigrasian. Dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, tindakan terhadap penyimpangan dan pelanggaran dibidang keimigrasian dapat dikenakan melalui tindakan keimigrasian atau melalui proses peradilan.

Arus globalisasi dunia sejak dahulu telah membawa dampak pada peningkatan lalu lintas orang dan barang antar negara, sehingga batas-batas negara


(18)

semakin mudah di tembus demi berbagai kepentingan manusia seperti perdagangan, industri, pariwisata dan sebagainya. Fenomena ini sudah menjadi hal atau perhatian negara-negara di dunia sejak dahulu sebab setiap negara mempunyai kedaulatan untuk mengatur lalu lintas orang yang akan masuk dan keluar wilayah negaranya dan bahkan untuk berkunjung maupun untuk berdiam sementara.

Untuk mengatur hal tersebut, di Indonesia telah terdapat peraturan perundang-undangan yang mengaturnya yaitu, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Undang-undang tersebut merupakan peraturan yang mengatur hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Negara Republik Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Seseorang yang melakukan perjalanan atau migrasi adalah merupakan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia seperti tertuang di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pasal 9 ayat (2) yaitu : Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan bathin. Secara Fhilosofi bahwa manusia sebagai makhluk sosial ingin bergaul dengan manusia yang lain sebagai pemenuhan hak asasi manusia dan persamaan antar negara, secara Sosiologi bahwa manusia melakukan perjalanan antar negara karena didorong ingin mempertahankan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, dan secara Yuridis bahwa untuk tertibnya perjalanan manusia antar negara tentunya diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara yang dikunjungi.


(19)

Keadaan semacam ini tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi negara, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif terjadinya berbagai pelanggaran atau kejahatan yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan masalah keimigrasian, seperti : 1

a. Pelanggaran atau kejahatan konvensional, misalnya : penyalahgunaan izin keimigrasian, overstay (melampaui batas waktu izin tinggal), pencurian dokumen, pemalsuan dokumen, penjualan dokumen.

b. Kejahatan pencurian kekayaan negara, misalnya : korupsi, illegal logging, illegal fishing.

c. Kejahatan transnational, misalnya : terorisme, money laundering, people smuggling, perdagangan wanita dan anak, perdagangan dan penggunaan narkotik dan psikotropika.

d. Kejahatan yang berimplikasi kontinjensi, misalnya : separatisme, unjuk rasa anarkis, kejahatan yang berkaitan dengan SARA”.

Oleh karena itu untuk mengatasi keempat kelompok besar pelanggaran dan kejahatan tersebut jajaran imigrasi harus senantiasa bersikap selektif dan dengan penanganan yang komprehensif. Tindakan keimigrasian terhadap orang asing dilaksanakan sesuai dengan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.

Pengawasan orang asing di Indonesia meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan dari wilayah Indonesia dan keberadaan serta kegiatan orang asing

1

Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian “ Sosialisasi Pengawasan Orang Asingdi Kantor Imigrasi Blitar, (Blitar, Modul , 2008) hal 12.


(20)

diwilayah Indonesia. Pengawasan terhadap orang asing yang akan memasuki wilayah Indonesia dilakukan sejak mengajukan permohonan untuk mendapatkan visa pada perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Selanjutnya pada saat tiba di pelabuhan Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau TPI, yang memutuskan menolak atau memberikan izin masuk, Setelah orang asing tersebut diberi izin masuk sesuai visanya maka pengawasannya berpindah ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing tersebut, pada saat orang asing tersebut meninggalkan wilayah Indonesia maka Pejabat Imigrasi di TPI akan memberikan tanda bertolak dengan catatan tidak ada hal-hal yang menghalanginya. 2

Untuk dapat terwujudnya prinsip yang bersifat selective policy diperlukan pengawasan terhadap orang asing, pengawasan ini tidak hanya dilakukan pada saat mereka masuk tetapi selama mereka berada serta kegiatan mereka diwilayah Indonesia. Pengawasan keimigrasian mencakup bidang penegakan hukum

Terhadap warga negara asing pelayanan dan pengawasan dibidang keimigrasian dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip yang bersifat selective policy

yang artinya hanya orang asing yang dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Indonesia serta tidak mengancam atau membahayakan keamanan dan ketertiban umum serta tidak bermusuhan, baik terhadap rakyat, bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang di izinkan masuk atau keluar wilayah Indonesia.

2


(21)

keimigrasian yang bersifat administratif maupun tindak pidana keimigrasian. Pengawasan keimigrasian ini tentunya ditujukan kepada orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia, pemegang dokumen atau tanpa dokumen keimigrasian yaitu:

a. Izin Kunjungan; b. Izin Tinggal Terbatas; c. Izin Tinggal Tetap; dan

d. Tanpa dokumen/izin keimigrasian seperti :

a) Illegal Entry, misalnya Imigran gelap, pengungsi dan pencari suaka; b) Illegal Stay, misalnya tinggal di Indonesia melebihi izin keimigrasian.

Salah satu unsur yang penting dari suatu negara adalah adanya wilayah

(a defined territory). Dalam wilayahnya inilah suatu negara menjalankan segala aktivitasnya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa tidak mungkin ada negara tanpa adanya pemilikan atas suatu wilayah. Dalam wilayah itulah negara menjalankan kedaulatannya, sehingga sebuah negara tidak mungkin ada, tanpa adanya wilayah, meskipun wilayah itu mungkin kecil saja. Dalam wilayah itu pulalah negara menjalankan jurisdiksi eksklusifnya secara penuh, Jadi oleh karena pelaksanaan kedaulatan itu didasarkan pada wilayah, maka wilayah mungkin adalah konsep fundamental hukum Internasional.3

Dalam kaitannya dengan kedaulatan, wilayah mempunyai dua ciri yang penting yang dimiliki suatu negara, yakni :

3

Iman Santoso, Perspektif Imigrasi,dalam United Nation Convention Against Transnational Organized Crime, (Jakarta : Perum Percetakan Negara RI, 2007) hal 33.


(22)

1. Kedaulatan merupakan suatu prasyarat hukum untuk adanya suatu negara. 2. Kedaulatan menunjukkan negara itu merdeka yang sekaligus juga

merupakan fungsi dari suatu negara.4

Pentingnya wilayah bagi suatu negara dapat dilihat pada kenyataan bahwa dalam ruang lingkup wilayah itulah negara menjalankan kekuasaan tertingginya. Wilayah suatu negara merupakan objek hukum Internasional, oleh karena hukum Internasional mengakui kedaulatan tiap-tiap negara di dalam wilayahnya masing-masing. Kekuasaan asing tidak mempunyai kekuatan dalam batas-batas wilayah sesuatu negara, meskipun ada kedaulatan asing dan kepentingan diplomatik yang disebut hak-hak istimewa ekstrateritorial dan meskipun hukum Internasional dapat mengadakan batasan-batasan tertentu bagi penguasa, dalam beberapa hal, untuk menjalankan kekuasaannya.5

Merupakan hak dari setiap negara untuk menjalankan jurisdiksinya terhadap wilayahnya dan terhadap semua orang dan benda yang ada di dalamnya, kecuali terhadap hak-hak kekebalan yang diakui menurut hukum Internasional. Hak jurisdiksi suatu negara merupakan pencerminan dari kewajiban negara-negara lain untuk tidak menjalankan jurisdiksinya di dalam wilayah itu kecuali atas izin dari negara tersebut.

Kedaulatan suatu negara sebagai konsep hukum Internasional memiliki tiga aspek utama yaitu : eksternal, internal dan wilayah (teritorial). Aspek teritorial dari kedaulatan itu adalah kekuasaan satu-satunya serta menyeluruh yang dijalankan oleh negara terhadap semua orang dan benda yang terdapat di atas, di bawah maupun di atas udara wilayah tersebut.

Meskipun aspek eksternal dari kedaulatan sering merupakan hal satu-satunya yang mempunyai pengaruh manakala membicarakan kedaulatan dalam hukum Internasional, tetapi sebenarnya kedaulatan dari suatu negara adalah keseluruhan dari ketiga aspek tersebut.

6

4

Ibid, hal 34. 5

Sihar Sihombing, Hukum Imigrasi, (Bandung, Nuansa aulia, 2009) hal 71. 6

Moh Arif, Keimigrasian di Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta, Pusat Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen Kehakiman, 1997 ) hal 11.


(23)

Prinsip kedaulatan negara yang berdaulat memiliki hak-hak lain berupa kekuasaan yaitu :

a. Kekuasaan eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik. b. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang lain.

c. Hak-hak istimewa perwakilan diplomatiknya dinegara lain.

d. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayahnya. 7 Era globalisasi yang ada saat ini membuka peluang untuk terbukanya pasar bebas lintas negara. Masing-masing negara memiliki peluang besar untuk saling mengisi kebutuhan di dalam negeri, baik dari segi infrastruktur maupun suprastruktur. Globalisasi dibarengi dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi informasi dan transportasi kian meningkat sehingga membuat batas-batas antar negara semakin semu. Jalur lalu lintas pun semakin mudah untuk diakses.

Semakin terbuka lebarnya jalan lalu lintas antar negara pada era globalisasi ini menyebabkan meningkatnya pula mobilitas barang dan manusia antar satu negara ke negara lain. Dalam memenuhi kebutuhannya, secara tidak langsung negara membuka lebar pintu masuk dan akses ke dalam ruang lingkup batasan negara. Masing-masing individu juga dengan mudah melakukan perjalanan dari satu negara ke negara lain dengan berbagai kepentingan.

Pengaturan terhadap lalu lintas antar negara yang menyangkut orang di suatu wilayah negara berkaitan dengan aspek Keimigrasian yang berlaku disetiap

7


(24)

negara memiliki sifat universal maupun kekhususan masing-masing negara sesuai dengan nilai dan kebutuhan kenegaraannya.8

Bagi orang asing yang keberadaannya berdampak hubungan positif, maka negara berkewajiban memberikan perlindungan (minimum standard),

Perlindungan tersebut merupakan hak dari orang asing. Setiap hak yang dimiliki itu harus dilindungi oleh negara dimana orang asing itu berada dan semuanya

Pada Tahun 1992 disahkan Undang-Undang tentang Keimigrasian yakni Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, sehingga semua masalah yang berkaitan dengan Keimigrasian dan segala peraturan pelaksanaan lainnya seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden, peraturan menteri, serta keputusan menteri yang terkait dan para pejabat lainnya diatur pada Undang-undang tersebut. Dianggap undang-undang tersebut belum sempurna, maka diterbitkanlah Undang-undang yang baru pada tahun 2011 yakni Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Semua ketentuan dan kebijakan pemerintah berdasarkan undang-undang ini akan selalu didasarkan pada koridor kebijakan politik keimigrasian yang bersifat selektif, bukan lagi secara terbuka, yang bertujuan untuk perlindungan kepentingan nasional dan menekankan prinsip perlindungan terhadap Warga Negara Indonesia. Berdasarkan prinsip ini orang asing diberi masuk dan tinggal jika memberi manfaat bagi kesejahteraan rakyat dan tidak membahayakan keamanan, ketertiban masyarakat.

8

Wahyudin Ukun, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, (Jakarta, PT. Adi Kencana Aji, 2004) hal. 31.


(25)

harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan orang asing tersebut, namun jika terjadi tindak pidana yang dilakukan orang asing tersebut, maka negara yang dirugikan mempunyai kekuasaan untuk mengenakan sanksi, seperti menggunakan paspor palsu, menyelundup, tinggal disuatu negara melampaui batas waktu tinggalnya (overstay) dan sebagainya.9

Adanya orang asing di dalam suatu negara merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindarkan dalam perkembangan hukum Internasional. Kehadiran orang-orang yang masuk kesuatu wilayah suatu negara dapat memberikan banyak hal-hal yang sangat menguntungkan bagi hubungan baik antar masyarakat Internasional tapi kadang kala dapat mengakibatkan terganggunya keamanan dan menimbulkan kerugian bagi kepentingan negara tempat dia berada. Jika terjadi hal demikian, maka sebuah negara dapat melakukan pengusiran atau melakukan tindakan hukum berupa Deportasi. Pada Prinsipnya deportasi merupakan hak sebuah negara untuk mengusir orang asing yang dianggap melanggar peraturan dan yang mereka tidak diinginkan, hal ini dianggap sebagai kedaulatan teritorial suatu negara. 10

Di Indonesia pengawasan terhadap orang asing untuk tingkat pusat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi, ditingkat Provinsi oleh Kantor wilayah Hukum dan HAM cq. Divisi Imigrasi dan ditingkat Kabupaten/Kota oleh Kantor Imigrasi. Pengawasan orang asing dilaksanakan mulai dari menunjukkan visa di Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, masuk ke wilayah Republik

9

M. Iman Santoso, Prespektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia (Jakarta : UI-Press, 2004) hal 14 – 15.

10


(26)

Indonesia serta keberadaannya dan kegiatannya selama di Indonesia, hingga orang asing tersebut meninggalkan wilayah Indonesia dan kembali ke negaranya.

Pemerintah berhak melakukan penangkalan untuk masuk ke Negara Kesatuan Republik Indonesia, bahkan mengeluarkan secara paksa orang asing yang mengancam ketertiban Negara, sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 1 angka 36, pengertian dari deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan Orang Asing dari Wilayah Indonesia.

Deportasi merupakan salah satu bahagian dari keimigrasian dimana deportasi diperlukan agar dapat meminimalisir dampak negatiif akibat keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di Indonesia. Landasan hukum pendeportasian adalah Pasal 75 ayat (1) dan (2) serta ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 yang menyatakan “ tindakan administratif keimigrasian” dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia apabila melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum atau tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 75 ayat (1) dan (2) serta ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian tersebut juga menyebutkan tindakan keimigrasian dapat berupa :

a. Pencantuman dalam daftar pencegahan dan penangkalan. b. Pembatasan, perubahan atau pembatalan Izin tinggal.


(27)

c. Larangan untuk berada disuatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia.

d. Keharusan untuk berada disuatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia.

e. Keharusan untuk bertempat tinggal disuatu tempat tertentu di Wilayah Indonesia.

f. Pengenaan biaya beban, dan atau g. Deportasi dari wilayah Indonesia.

Tindakan Keimigrasian itu penting untuk ditegakkan mengingat semakin meningkatnya tindak pidana keimigrasian sebagaimana yang dapat dilihat pada data di Kantor Imigrasi klas I Polonia Medan pertiga tahun terakhir yakni mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Tabel. 1

Data Pelanggaran Keimigrasian di kantor Imigrasi kelas I Polonia Medan (2009-2011

Tahun

Jenis pelanggaran Over Stay Penyalahgunaan

izin tinggal

Pemalsuan dokumen

Dan lain-lain

Jumlah

Thn. 2009 15 19 20 25 79

Thn. 2010 25 26 23 30 104

Thn, 2011 30 29 25 35 119

Sumber : Laporan Tahunan Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan tahun 2011 Pada tahun 2010 pelanggaran keimigrasian seperti Over Stay/melampaui batas waktu izin tinggal, penyalah gunaan izin tinggal, pemalsuan dokumen, dan pelanggaran Keimigrasian lainnya lebih tinggi dari tahun sebelumnya, begitu juga pada tahun 2011, lebih meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, hasil wawancara


(28)

dengan petugas Imigrasi (Kepala Kantor Imigrasi) di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan, kebanyakan para pelanggar adalah warga negara asing pencari suaka dan pengungsi karena konflik di negaranya dan transit di Indonesia khususnya di Sumatera Utara (Medan) karena dianggap perlintasan yang paling mudah, orang asing tersebut pada umumnya dari negara yang bergejolak atau negara yang tidak menjamin kehidupannya seperti Afganistan, Myanmar, Pakistan, Iran, Irak, Bangladesh dengan alasan mencari perlindungan atau kehidupan yang lebih layak dan tidak menutup kemungkinan negara lain seperti Malaysia, namun orang asing tersebut tidak paham bagaimana aturan-aturan untuk masuk ke negara lain, dan apa yang harus dilengkapi agar tidak terjadi pelanggaran Keimigrasian serta kurangnya pemahaman mereka tentang pemalsuan dokumen, penyalahgunaan dokumen, penyalahgunaan izin tinggal, Over Stay/melampaui batas waktu Izin Tinggal dan pelanggaran Keimigrasian lainnya, mereka ketika memasuki negara lain dalam hal ini Indonesia. Kedatangan orang asing tersebut seharusnya ada yang menjamin keberadaannya, dan siapa yang bertanggung jawab akan tetapi sampai saat ini tidak ada, sehingga kami deportasi orang asing tersebut sambil berkoordinasi dengan negara perwakilannya dan yang tidak ada perwakilan negaranya kami serahkan pada perwakilan UNHCR yang menangani pengungsi dan pencari suaka yang berada di Medan. 11

Berdasarkan hal tersebut diatas diangkatlah judul tesis yang berjudul “ Pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Dalam Rangka Pendeportasian

11

Wawancara dengan Lilik Bambang L, selaku kepala kantor Imigrasi kelas I Polonia Medan pada tanggal 20 Juli 2012


(29)

Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Studi di Kantor Imigrasi kelas I Polonia Medan)”.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dapat di identifikasi permasalahan dalam penulisan tesis ini untuk selanjutnya dilakukan pengkajian dalam rangka memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang telah dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana syarat dan ketentuan mendeportasi orang asing menurut perundang-undangan di Indonesia ?

2. Bagaimanakah pengawasan keimigrasian terhadap keberadaan orang asing di wilayah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian ?

3. Bagaimana pelaksanaan pengawasan dan deportasi warga negara asing di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan ?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan penulisan tersebut12

12

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta; UI-Press, 1986) hal.118. . Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian tesis ini adalah :


(30)

1. Untuk mengetahui syarat dan ketentuan mendeportasi orang asing menurut perundang-undangan di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengawasan keimigrasian terhadap keberadaan orang asing di wilayah Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

3. Untuk mengetahui dan menjelaskan pelaksanaan pengawasan keimigrasian dan deportasi warga negara asing di kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penulisan sebagaimana tersebut di atas, selanjutnya hasil penulisan ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan wawasan dan masukan pengetahuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya pada ilmu hukum Keimigrasian. 2. Manfaat Praktis

Memberikan tambahan wawasan dan masukan kepada Pemerintah khususnya Kementerian Hukum Dan HAM dalam hal ini Kantor Imigrasi disetiap daerah – daerah yang ada di Indonesia umumnya dan Kantor Imigrasi kelas I Polonia khususnya, tentang Keimigrasian serta masyarakat yang memerlukan informasi yang berkaitan dengan perihal Keimigrasian.


(31)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul “Pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Dalam Rangka Pendeportasian Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Studi di Kantor Imigrasi kelas I Polonia Medan)” belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.

Berdasarkan hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut Keimigrasian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu :

1. Hamzah, Nim 037005074, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Pengaturan Izin Keimigrasian dalam kaitannya dengan Penanaman Modal asing.

2. Syafaruddin, Nim 982105030, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Aspek Hukum Tenaga Kerja asing pada perusahaan Swasta di Kota Medan.

3. Ratna Wilis, Nim 077005019, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap Izin tinggal orang asing di Indonesia : Studi di Kantor Imigrasi kelas I Khusus Medan.

4. Heru Hartono, Nim 087005049, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Peran Imigrasi dalam penanganan pengungsi warga negara asing di Kota Medan.


(32)

Namun demikian penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini, dikarenakan penelitian ini lebih mencari kebenaran tentang pelaksanaan pengawasan Keimigrasian terhadap orang asing dalam rangka Pendeportasian di kantor Imigrsi kelas I Polonia Medan, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan. Penulis bertanggung jawab penuh apabila dikemudian hari dapat dibuktikan terdapat unsur plagiat dalam penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut.13 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis si penulis mengenai kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.14

Pada dasarnya Teori yang berkenaan dengan judul tesis ialah Teori Kedaulatan Jean Bodin, mengatakan bahwa “ The Doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan negara adalah mutlak, bodin yang merupakan penggagas doktrin kedaulatan secara ilmiah mengemukakan bahwa kedaulatan negara menunjukkan adanya kekuasaan legislatif dan negara berbeda dengan komunitas lainnya, karena negara mempunyai kekuasaan tertinggi atau

13

Made Wiratha. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian,Skripsi dan Tesis (Yogyakarta : Andi, 2006) hal.6

14


(33)

disebut Summa Potestas. Kedaulatan adalah kekuasaan membuat hukum dan sebagai alat untuk melaksanakan kedaulatan dengan efektif. Pendapat Bodin ini diperkuat oleh Hobbes bahwa tidak ada pembatasan untuk membuat hukum oleh negara yang mempunyai kedaulatan, tidak ada prinsip hukum alam, yang ada adalah kemampuan mengatur secara efektif pembatasan kekuasaan mutlak dan peguasa (the ruler). Jadi Bodin dan pengikutnya lebih melihat kedaulatan dari azas ketertiban dalam negeri. Sekalipun ada beberapa perbedaan pendapat antara Bodin dengan para pengikutnya namun pada dasarnya mereka masih sependapat bahwa kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi, ia harus ada dalam satu kesatuan.15

Sebagaimana dijelaskan didalam Pasal 1 angka 1 dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian menegaskan bahwa “ Keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara. Fungsi dari keimigrasian ialah bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara dan fasilitator pembangunan serta kesejahteraan masyarakat. 16

Oleh karena keterlibatan suatu negara dalam hubungan Internasional tergantung kepada kemampuan secara hukum negara tersebut, maka penting untuk memberikan batasan ruang lingkup jurisdiksinya untuk dapat memberikan pengertian tentang kedudukan negara tersebut dalam hukum Internasional. Jurisdiksi suatu negara di dalam wilayahnya merupakan dasar dari kegiatan negara tersebut, maka dalam menganalisa kekuasaan negara menurut hukum

15

Iman Santoso, Opcit, hal 33-34. 16

Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, (Jakarta Sinar Grafika, 2011).


(34)

Internasional yang pertama perlu dilakukan adalah memperjelas pengertian hukum dari maksud wilayah negara.

Pengertian “wilayah negara” mempunyai dua unsur yaitu : susunan serta luasnya wilayah yang dimaksudkan dengan wilayah negara itu, dan, sifat hukum dari kekuasaan negara atas wilayah tersebut. Dan apa yang dimaksudkan dengan kedaulatan atas wilayah, berarti harus terpenuhinya kedua unsur tersebut.17

Bagian yang terpenting dari wilayah suatu negara adalah daratannya yang memiliki perbatasan-perbatasan. Wilayah daratan inilah yang pada umumnya ditempati/dimukimi oleh penduduk, sesuai dengan hakekat manusia itu sendiri sebagai makhluk yang hidup di darat.

Jadi wilayah suatu negara itu harus jelas susunannya dalam arti berupa daratan, pulau-pulau, sungai, danau, perairan pedalaman, laut teritorial, landas kontinen; yang jelas batas-batasnya, karena dalam batas itulah suatu negara menjalankan kekuasaan atau kedaulatannya.

18

Didalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, Setiap warga negara Indonesia berhak melakukan perjalanan keluar dan masuk wilayah Indonesia, begitu juga dengan orang asing yang telah memenuhi persyaratan dapat masuk wilayah Indonesia setelah mendapat tanda masuk, sehingga, setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku.

Daerah ini yang dalam hukum Internasional biasa disebut dengan wilayah teritorial dan di dalamnya termasuk wilayah laut serta landas kontinen dari laut teritorial.

17

Iman Santoso, Opcit hal 67. 18

I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung, Mandar Maju, 1990) hal. 65


(35)

Teori lain yang juga digunakan dalam tesis ini ialah teori mengenai

“ yuridiksi teritorial ” dimana dijelaskan mengenai yurisdiksi ialah kewenangan untuk melaksanakan ketentuan hukum nasional suatu negara yang berdaulat dan ini merupakan sebagian implementasi kedaulatan negara sebagai yurisdiksi negara dalam batas-batas wilayahnya akan tetap melekat pada negara berdaulat. 19

Yurisdiksi merupakan atribut kedaulatan suatu negara. Yurisdiksi suatu negara menunjuk kepada kompetensi negara tersebut untuk mengatur orang-orang dan kekayaan dengan hukum Nasionalnya (Pidana dan Perdata). Kompetensi ini mencakup Yurisdiksi untuk menentukan (dan melarang), untuk mengadili dan melaksanakan Undang-Undang.

Mengenai Yurisdiksi, masyarakat Internasional mengakui bahwa setiap negara mempunyai hak eklusif karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam batas wilayah negara yang bersangkutan tanpa ada keterikatan atau pembatasan dari hukum Internasional. Yurisdiksi ini bersumber pada kedaulatan negara yang melahirkan kewenangan/kekuasaan negara berdasarkan hukum Internasional untuk mengatur segala sesuatu yang ada terjadi dalam negara.

20

Dalam kaitannya dengan prinsip dasar kedaulatan negara, suatu negara yang berdaulat menjalankan jurisdiksi/kewenangannya dalam wilayah negara itu. Kedaulatan dan Jurisdiksi mempunyai keterkaitan yang erat. Kedaulatan adalah

Yurisdiksi merupakan refleksi atau pencerminan dari prinsip dasar kedaulatan negara, kesamaan derajat dan tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing.

19

Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Inernational, Bunga Rampai,(Bandung, Alumni 1999) hal 16

20


(36)

kekuasaan tertinggi dari suatu negara, ini berarti diatas kedaulatan itu tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi.

Kedaulatan yang dimiliki oleh suatu negara menunjukkan bahwa suatu negara itu adalah merdeka atau tidak tunduk pada kekuasaan negara lain. Tetapi hal ini tidak bisa diartikan bahwa kedaulatan itu tidak ada yang membatasinya atau tidak terbatas sama sekali. Pembatasanya adalah hukum itu sendiri, baik hukum Internasional maupun hukum nasional. Kedaulatan itu pada dasarnya mengandung dua aspek :

1. Aspek internal, yaitu berupa kekuasaan tertinggi untuk mengatur segala sesuatu yang ada atau terjadi dalam batas-batas wilayahnya.

2. Aspek eksternal, yaitu kekuasaan tertinggi untuk mengadakan hubungan dengan anggota masyarakat Internasional maupun mengatur segala sesuatu yang terjadi di luar wilayah negara itu tetapi masih ada kaitannya dengan kepentingan negara itu.21

Berdasarkan kedaulatannya itu, maka dapat diturunkan hak, kekuasaan atau kewenangan negara untuk mengatur masalah intern dan ekstern. Dengan kata lain dari kedaulatannnya itulah diturunkan atau lahir jurisdiksi negara. Dengan hak, kekuasaan dan kewenangan atau dengan jurisdiksi tersebut suatu negara mengatur secara lebih rinci dan jelas masalah-masalah yang dihadapinya sehingga terwujud apa yang menjadi tujuan negara itu. Dengan demikian dapat disimpulkan

21


(37)

bahwa hanya negara berdaulat yang dapat memiliki jurisdiksi menurut hukum Internasional.22

Mengenai yurisdiksi masyarakat internasional mengakui bahwa setiap negara mempunyai hak eksklusif, karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam batas wilayah negara yang bersangkutan tanpa ada keterikatan atau pembatasan dari hukum Internasional. Yurisdiksi bersumber pada kedaulatan negara yang melahirkan kewenangan/kekuasaan negara berdasarkan hukum Internasional untuk mengatur segala sesuatu yang ada terjadi dalam negara.

23

Hukum keimigrasian yang bersifat internasional tidak hanya mengatur lalu lintas manusia masuk keluar ataupun pengawasan orang asing disuatu negara, tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia.24

Selain fungsi regulasi yang mengandung aspek hukum administratif, hukum keimigasian juga memiliki fungsi penegakan hukum polisional keimigrasian. Fungsi ini mencakup hal-hal seperti penolakan orang asing untuk masuk wilayah republik Indonesia karena tidak memenuhi syarat, pengenaan tindakan Keimigrasian, serta pembatalan izin tinggal, selain tindakan Keimigrasian dapat juga dikenakan tindakan administrtif seperti denda administratif. Harus dibedakan bahwa putusan denda disini adalah bersifat administratif yang dinyatakan dengan pejabat administartif bukan pidana denda

22

I Wayan Parthiana, Op cit hal 55.

23

Iman Santoso, Opcit hal 41-42. 24

Bagir Manan “Hukum Keimigrasian dalam sistem hukum nasional” makalah disampaikan pada rapat kerja nasional Keimigrasian, Departemen Hukum dan Perundang-undangan, Jakarta 14-15 Januari 2000, hal. 7-9.


(38)

yang dimaksud dalam pasal 10 KUHP yang diputuskan oleh hakim peradilan pidana.

Fungsi penegakan hukum keimigrasian yang bersifat pro yustisia yang merupakan salah satu rangkaian dalam proses peradilan pidana oleh karena itu tunduk pada hukum acara pidana. Keberatan terhadap tindakan penyidikan dapat mengajukan peradilan. Undang-Undang nomor 9 Tahun 1992 merupakan bagian hukum pidana administrasi yaitu hukum pidana dibidang pelanggaran administrasi yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana administrasi (administrative law) 25

Penggunaan sanksi pidana pidana dalam hukum administrasi (administrative penal law) pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana

(penal policy).26

a. Kekusaan Eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik.

Sejalan dengan perkembangan keimigrasian, lahirlah Undang-Undang Tentang Keimigrasian terbaru yakni Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 yang mengatur tentang hal ihwal Keimigrasian, baik itu tentang orang asing yang masuk dan keluar ataupun warga negara asing yang masuk dan keluar dari wilayah kesatuan Republik Indonesia.

Prinsip kedaulatan negara yang berdaulat memiliki hak-hak lain berupa kekuasaan yaitu :

b. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing. c. Hak-Hak istimewa perwakilan diplomatiknya dinegara lain. d. Yuridiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayhnya.

25

Barda Nawawi Arif, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2003) hal. 14.

26


(39)

Deportasi merupakan hak dari negara berdaulat, untuk kepentingan negara yang berdaulat, orang-orang asing yang tidak bermanfaat ataupun dapat merugikan negara berdaulat dapat dipaksa keluar dari wilayah suatu negara berdaulat. Dengan demikian Deportasi adalah bagian dari pelaksanaan kedaulatan negara merdeka.

2. Konsepsi

Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realita.27Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi operasional28

Konsep dapat dilihat dari segi subyektif dan obyektif. Dari segi subyektif konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu. Sedangkan dari segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan intelek tersebut. Hasil dari tangkapan akal manusia itulah yang dinamakan konsep.29

Konsep merupakan “alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis”.

30

27

Masri Singarimbun dkk. Metode Penelitian Survey,(Jakarta : LP3ES,1989) hal.34 28

Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian: (Jakarta, RajaGrafindo, 1998) hal.307 29

Komaruddin, Yooke Tjuparmah S. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta, : Bumi Aksara, 2006) hal.122

30


(40)

Dalam kerangka konsepsional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum.31 Selanjutnya konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variable-variable yang ingin menentukan adanya gejala empiris.32

1. Pengawasan Keimigrasian ialah cara melakukan suatu pengawasan secara sistematis dan terstruktur dalam hal mengeluarkan paksa orang asing dari wilayah Indonesia.

Beranjak dari judul tesis ini yaitu “ Pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Dalam Rangka Pendeportasian Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Studi di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan) “ maka dapatlah dijelaskan konsepsi ataupun pengertian dari kata demi kata dalam judul tersebut, yaitu sebagai berikut ;

2. Deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan orang asing dari Wilayah Indonesia.

31

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1995) hal. 7.

32

Koentjoro Ningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997) hal.21


(41)

3. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara.

4. Imigrasi ialah perpindahan penduduk dari suatu negara untuk masuk kedalam negara lain.

5. Kedaulatan negara ialah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara untuk secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya sepanjang tidak bertentangan dengan hukum Internasional.

6. Wilayah negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah Indonesia serta zona tertentu yang ditetapkan berdasarkan undang-undang.

7. Tindakan ddministratif keimigrasian adalah sanksi administratif yang ditetapkan Pejabat Imigrasi terhadap orang asing diluar proses peradilan.

8. Izin tinggal adalah izin yang diberikan kepada orang asing yang memenuhi persyaratan-persyaratan Keimigrasian serta syarat-syarat lain yang akan diatur dengan peraturan pemerintah.

9. Overstay ialah Izin tinggal orang asing disuatu negara melampaui batas waktu tinggalnya.


(42)

G. Metode Penelitian

1. Jenis, Sifat dan Pendekatan.

Jenis penelitian ini ialah penelitian hukun normatif, yaitu penelitian hukum kepustakaan. Menggunakan penelitian hukum normatif oleh karena sasaran penelitian ini adalah hukum atau kaedah (norm) yang berkenaan dengan sistem pengawasan keimigrasian terhadap orang asing ditinjau dari Undang-undang maupun peratuan-peraturan yang berlaku, pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti sempit (value), Peraturan hukum konkrit.

Penelitian ini juga menggunakan metode penelitian hukum Empiris, khususnya untuk menganalisis pelaksanaan pengawasan dan Deportasi di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, dimana penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara utuh menyeluruh serta mendalam tentang suatu hal pada tempat dan suatu hal tertentu. Penelitian ini akan menggambarkan pengawasan Keimigrasian terhadap orang asing di Indonesia serta menganalisis masalah-masalah yang timbul yang berhubungan dengan hal tersebut secara terperinci dan kritis selanjutnya mencoba menarik kesimpulan dan memberikan masukan-masukan berupa saran.

Berkenaan dengan judul Tesis ini yakni “Pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asing Dalam Rangka Pendeportasian Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian (Studi di Kantor Imigrasi kelas I Polonia Medan)” maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum kepustakaan. Menggunakan


(43)

pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian ini adalah hukum atau kaedah (norm) yang berkenaan/berkaitan dengan Sistem pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asiang Dalam Rangka Pendeportasian ditinjau dari Undang-undang maupun Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Keimigrasian, Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti sempit (value), Peraturan hukum konkrit.

Penelitian ini sering disebut juga penelitian dokumenter untuk memperoleh data sekunder dibidang hukum. Pendekatan Penelitian ini meliput i penelitian asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, Peraturan perundang-undangan yang berlaku, literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Titik berat penelitian tertuju pada penelitian dokumenter, yang berarti lebih banyak menelaah dan mengkaji data sekunder yang diperoleh dari penelitian. 2. Sumber Data.

Data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, adalah data sekunder sebagai data utama data primer sebagai data pendukung. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dari arsip-arsip, bahan pustaka, yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer,33

33

Ronny Hanitijo Soemitro, Mestodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988) hal. 55.

yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu : Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur tentang keimigrasian seperti peraturan pemerintah Nomor 18 tahun 2005 tentang perubahan


(44)

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1994 tentang Visa, Izin masuk dan Izin Keimigrasian dan lain-lain.

2. Bahan hukum sekunder,34 yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, antara lain berupa jurnal hukum, jurnal ilmiah, surat kabar, internet, makalah-makalah, tulisan tentang pendapat pakar hukum dibidang Keimigrasian. yang berkaitan dengan objek penelitian.35

3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti Kamus, Ensiklopedia, dan lain-lain.

Selain data sekunder, juga digunakan data primer yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya yang dihadapi oleh para petugas imigrasi di lapangan dikaitkan dengan peraturan-peraturan ataupun perundang-undangan tertulis bahagian dari data sekunder, yaitu data yang diambil langsung dengan wawancara dengan kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan.

3. Teknik Pengumpulan Data.

Sebagai penelitian hukum Normatif, penelitian ini menitik beratkan pada studi kepustakaan. Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, digunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dari arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi pada instansi Pemerintah. Untuk mendapatkan data sekunder dilakukan studi pustaka pada perpustakaan yang ada di lingkungan Universitas

34

Ibid, hal 60. 35


(45)

Sumatera Utara Khususnya ditambah dengan literatur-literatur/buku-buku yang beredar di pasaran tentang Keimigrasian serta melalui Internet.

Selain data sekunder, penulis juga menggunakan data primer, yaitu data yang diambil langsung dengan wawancara yang dilakukan secara terarah (directive interview),36

4. Alat Pengumpulan Data.

yaitu Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia melalui Kepala Seksi Informasi Sarana dan Komunikasi. Wawancara dilakukan penulis dikarenakan peraturan-peraturan tentang keimigrasian baik itu pelaksanaan maupun kebijakan tertulis yang ada berbeda dengan fenomena di lapangan, sehingga penulis melakukan wawancara dengan nara sumber Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan, sehingga penulis mendapatkan kebenaran dari fenomena dilapangan disingkronkan dengan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku.

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :

a. Studi Dokumen.

Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.37

36

Ronny Hanitijo Soemitro, Opcit., hal 60. 37

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1986) hal. 21.


(46)

b. Pedoman Wawancara (guide interview).

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang berkepentingan guna memperoleh keterangan atau data-data yang diperlukan. Alat yang dipergunakan adalah pedoman wawancara (guide interview) dengan melakukan wawancara langsung dimana wawancara yang dilakukan ialah dengan sistem wawancara terbuka, yakni dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada nara sumber. Wawancara dilakukan pada Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia melalui Kepala Seksi Informasi Sarana dan Komunikasi, wawancara menurut penulis perlu dilakukan dikarenakan data yang perlu diambil ataupun kebenaran yang ingin penulis dapat dilapangan untuk memperbanyak literatur pada tesis ini, sehingga penulis dapat menambah apa saja data yang ada dilapangan yang tidak dapat penulis temukan didalam Bahan-bahan hukum Sekunder.

5. Analisis Data.

Analisis data merupakan proses penelaahan yang diawali dengan melalui verifikasi data sekunder dan data primer. Untuk selanjutnya dilakukan pengelompokkan sesuai dengan pembahasan permasalahan. Analisis data adalah sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi yang sesungguhnya, disamping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang nyata.38

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder, selanjutnyadilakukan Pengolahan data

38

Erickson dan Nosanchuk. Memahami Data Statistik Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta LP3ES,: 1996) hal.17.


(47)

dan pengelompokan agar menghasilkan data yang lebih sederhana sehingga mudah dibaca dan dimengerti.

Kemudian data yang telah disusun secara sistematik dianalisis secara kualitatif dengan metode deskriptif analisis sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam pengawasan keimigrasian terhadap orang asing dalam rangka pendeportasian, Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode induktif sebagai jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.


(48)

BAB II

SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

A. Tinjauan Umum Tentang Deportasi

Deportasi suatu istilah pinjaman berasal dari bahasa Inggris

“deportation” yakni suatu tindakan untuk mengenyahkan orang asing secara sah. Menurut ketentuan Pasal 1 angka (36) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, pengusiran atau deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia, tindakan ini dilakukan dikarenakan keberadaannya tidak dikehendaki. Berdasarkan Pasal 13 dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 disebutkan, pengusiran atau deportasi merupakan tindakan keimigrasian yang berupa memulangkan secara paksa orang asing ke negara asalnya atau ketempat lain di luar wilayah Indonesia sebagai akibat tidak dikehendaki keberadaannya di wilayah Negara Indonesia berdasarkan alasan tertentu.

“Menurut L. Oppenheim, dalam pergaulan antar negara telah diakui secara umum bahwa setiap negara berhak mengusir orang asing, baik dari sebagian maupun seluruh wilayah negara.” 39

Pada zaman kolonial Belanda, peraturan yang memberi hak kepada penguasa untuk bertindak terhadap orang-orang yang tidak disukai, terdapat dalam Pasal 35 Indische Staatsregeling (setara dengan Undang-undang Dasar

39

Ajat Sudrajat Havid, Formalitas Keimigrasian Dalam Perspektif Sejarah, (Jakarta ; Direktorat Jenderal Imigrasi, 2008) hal. 281


(49)

yang menyatakan bahwa Gubernur Jenderal Hindia Belanda dengan kata sepakat dari Raad van Indie, dapat mengusir orang asing yang tak dilahirkan di Hindia Belanda dan dipandang membahayakan bagi ketertiban dan keamanan negara. “Penduduk negara dapat diusir dari Indonesia hanya dengan cara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 35 dan berikutnya dari Indische Staatsregeling (atas dasar yang disebut hak-hak luar biasa, exorbitante rechten, Gubernur Jenderal). Bagi bukan penduduk negara tindakan polisi sudah cukup untuk itu.” 40

a. dapat diharuskan untuk berdiam pada suatu tempat tertentu di Indonesia;

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia, ternyata membahayakan keamanan, ketentraman, kesusilaan, kesejahteraan dan tidak mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat dikenakan tindakan hukum administrasi negara sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-undang Nomor 9/drt/1953 tentang Pengawasan Orang Asing. Ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor : 9/drt/1953, mengatur bahwa : orang asing yang berbahaya bagi ketentraman, kesusilaan atau kesejahteraan umum atau tidak mengindahkan peraturan-peraturan yang diadakan bagi orang asing yang berada di Indonesia, oleh Menteri Kehakiman :

b. dapat dilarang untuk berada di beberapa tempat tertentu di Indonesia dari mana ia harus pergi;

c. dapat dikeluarkan dari Indonesia, meskipun ia penduduk negara.

40


(50)

Berdasarkan Konsideran Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 pada menimbang huruf a dan b disebutkan bahwa :

a. Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas Wilayah Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Bahwa perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, pelindungan, dan pemajuan hak asasi manusia;

Maksud dari penjelasan diatas bahwa untuk menjaga mobilitas penduduk baik masuk ataupun keluar dari negara Indonesia diperlukan suatu peraturan yang mengatur tentang hal tersebut diatas, sehingga dibentuklah suatu peraturan tentang Keimigrasian yang berguna untuk pengturan tersebut diatas, yang juga merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah Indonesia.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 dibentuk untuk menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan dan pemajuan hak asasi Manusia, baik itu warga Negara asing yang masuk,


(51)

keluar dan berada di Indonesia ataupun warga Negara Indonesia itu sendiri.

Sejalan dengan hal tersebut diatas dijelaskan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011, bahwa fungsi keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan Pasal 8 dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 disebutkan bahwa :

1. Setiap orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia wajib memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku.

2. Setiap Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-Undang ini dan perjanjian internasional.

3. Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau organisasi internasional lainnya untuk melakukan perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegangnya.

Adapun dokumen-dokumen tersebut antara lain :

1. Dokumen Keimigrasian adalah Dokumen Perjalanan Republik Indonesia, dan Izin Tinggal yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri.


(52)

2. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia adalah Paspor Republik Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik Indonesia. 3. Paspor Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Paspor adalah

dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga Negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama jangka waktu tertentu.

4. Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Surat Perjalanan Laksana Paspor adalah dokumen pengganti paspor yang diberikan dalam keadaan tertentu yang berlaku selama jangka waktu tertentu.

5. Visa Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Visa adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh pejabat yang berwenang di Perwakilan Republik Indonesia atau di tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia yang memuat persetujuan bagi Orang Asing untuk melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia dan menjadi dasar untuk pemberian Izin Tinggal.

6. Tanda Masuk adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan warga Negara Indonesia dan Orang Asing, baik manual maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan masuk Wilayah Indonesia. 7. Tanda Keluar adalah tanda tertentu berupa cap yang dibubuhkan pada


(53)

manual maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan keluar Wilayah Indonesia. 8. Izin Tinggal adalah izin yang diberikan kepada Orang Asing oleh

Pejabat Imigrasi atau pejabat dinas luar negeri untuk berada di Wilayah Indonesia.

9. Pernyataan Integrasi adalah pernyataan Orang Asing kepada Pemerintah Republik Indonesia sebagai salah satu syarat memperoleh Izin Tinggal Tetap.

10.Izin Tinggal Tetap adalah izin yang diberikan kepada Orang Asing tertentu untuk bertempat tinggal dan menetap di Wilayah Indonesia sebagai penduduk Indonesia.

11.Izin Masuk Kembali adalah izin tertulis yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi kepada Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas dan Izin Tinggal Tetap untuk masuk kembali ke Wilayah Indonesia.

Pasal 10 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 menyebutkan Orang Asing yang telah memenuhi persyaratan dapat masuk Wilayah Indonesia setelah mendapatkan Tanda Masuk. Berdasarkan kebijakan selektif hanya orang asing yang memberi manfaat bagi negara saja yang dapat diterima masik kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan Pasal 15 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 menyebutkan Setiap orang dapat keluar Wilayah Indonesia setelah memenuhi persyaratan dan mendapat Tanda Keluar dari Pejabat Imigrasi.


(54)

Pejabat Imigrasi dapat menolak orang untuk keluar Wilayah Indonesia dalam hal orang tersebut:

a. tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku;

b. diperlukan untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan atas permintaan pejabat yang berwenang; atau

c. namanya tercantum dalam daftar Pencegahan.

Pejabat Imigrasi juga berwenang menolak orang asing untuk keluar Wilayah Indonesia dalam hal Orang Asing tersebut masih mempunyai kewajiban di Indonesia yang harus diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 66 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 menyebutkan pengawasan Keimigrasian dilakukan oleh Menteri yang meliputi :

a. Pengawasan terhadap warga negara Indonesia yang memohon dokumen perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar Wilayah Indonesia; dan

b. Pengawasan terhadap lalu lintas Orang Asing yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing di Wilayah Indonesia.

Pengawasan Keimigrasian terhadap warga Negara Indonesia dilaksanakan pada saat permohonan Dokumen Perjalanan, keluar atau masuk, atau berada di luar Wilayah Indonesia dilakukan dengan:


(55)

a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;

b. penyusunan daftar nama warga negara Indonesia yang dikenai Pencegahan keluar Wilayah Indonesia;

c. pemantauan terhadap setiap warga Negara Indonesia yang memohon Dokumen Perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang berada di luar Wilayah Indonesia; dan

d. pengambilan foto dan sidik jari.

Hasil pengawasan Keimigrasian sebagaimana dimaksud merupakan data Keimigrasian yang dapat ditentukan sebagai data yang bersifat rahasia. Pada pasal 71 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan Setiap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib:

a. memberikan segala keterangan yang diperlukan mengenai identitas diri dan/atau keluarganya serta melaporkan setiap perubahan status sipil, kewarganegaraan, pekerjaan, Penjamin, atau perubahan alamatnya kepada Kantor Imigrasi setempat; atau

b. memperlihatkan dan menyerahkan Dokumen Perjalanan atau Izin Tinggal yang dimilikinya apabila diminta oleh Pejabat Imigrasi yang bertugas dalam rangka pengawasan Keimigrasian.

B. Alasan Pendeportasian Orang Asing.

Negara bertanggung jawab atas setiap warga negara asing dan warga negara Indonesia yang masuk, berada dan keluar dari wilayah kesatuan Republik Indonesia berdasarkan prinsip selektif (selektive policy)


(56)

sehingga bagi warga negara asing yang merugikan ataupun mengganggu kedaulatan negara Indonesia dilakukan penindakan keimigrasian berupa Pendeportasian.

Sejak diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, menurut ketentuan pasal 75 dan pasal 13 ayat (2) bahwa terhadap orang asing yang dikenakan tindakan deportasi diharuskan keluar dari wilayah Indonesia dan diikuti dengan tindakan penangkalan larangan masuk untuk sementara waktu ke wilayah Indonesia, alasan dilakukan tindakan deportasi karena :

a. Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum;

b. Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun yang dimaksud peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah meliputi keseluruhan peraturan yang berlaku di Indonesia, dan bukan sebatas peraturan keimigrasian saja. Pelaksanaan deportasi dilakukan oleh Institusi imigrasi sesuai Undang-undang karena diberi kewenangan untuk melaksanakannya terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran di wilayah Indonesia. Dan juga dapat dilakukan atas permohonan instansi terkait.

Ketentuan Pasal 75 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011, mengatur bahwa :

a) Tindakan Keimigrasian dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia yang melakukan kegiatan yang berbahaya bagi


(57)

keamanan dan ketertiban umum, atau tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Adapun kegiatan berbahaya dimaksud diatas dapat berupa terorisme, ataupun ataupun kegiatan yang berupa profokasi yang bersifat mengganggu keamanan dan ketertiban Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b) Tindakan Keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa :

1) Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan;

2) Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia;

3) keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di wilayah Indonesia;

4) pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia.

Berdasarkan Ketentuan Umum Bab I Pasal 2 Kitab Undang-undang Huku m Pidana (KUHP) yang merupakan asas territorial mengenai berlakunya hukum pidana Indonesia menyatakan bahwa ketentuan pidana dalam Undang-undang Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan perbuatan yang dapat di hukum atau peristiwa pidana dalam wilayah Indonesia. Artinya apabila terjadi suatu perbuatan atau suatu keadaan tidak berbuat yang dilarang atau tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut Undang-undang diancam dengan hukuman pidana, maka si pelanggar baik ia warga negara Indonesia maupun


(58)

Orang Asing dapat dijatuhi hukuman oleh Hakim. Dalam hal menangani tindak pidana keimigrasian seharusnya melalui keputusan oleh Hakim yang sudah berkekuatan hukum tetap, setelah itu baru dilaksanakan tindakan deportasi, dengan tata cara penyelesaian sebagai berikut : 41

1. Penyelenggara Tindakan Keimigrasian

a. Tempat Pemeriksaaan Imigrasi atau disebut TPI 1) Penolakan masuk ke wilayah Indonesia.

Terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 13 dan pasal 14 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, ditolak masuk wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Pejabat Imigrasi meneliti tentang kemungkinan adanya orang asing yang memenuhi unsur-unsur pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian; b)Sebagai pelaksanaannya Pejabat Imigrasi menerakan cap tertentu

pada surat perjalanan orang asing tersebut;

c) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir rangkap 3 (tiga) kepada atasan langsung/Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi,

d)Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau TPI melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah

41


(59)

Departemen Hukum dan HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi dengan tembusan Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian.

2) Penolakan atau Penangguhan tanda bertolak.

Terhadap orang asing yang dikenakan tindakan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan penjelasannya, ditolak keberangkatannya keluar wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah :

a) Pejabat Imigrasi wajib menolak keberangkatan setiap orang yang tercantum dalam daftar Cegah dan setiap orang asing yang mendapatkan petunjuk Direktur Jenderal Imigrasi untuk ditangguhkan bertolak;

b) Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir rangkap 3 (tiga) kepada atasan langsung/ Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi.

c) Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi Keimigrasian/Kepala bidang imigrasi dengan tembusan Direktur


(60)

Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian.

2. Proses Administrasi Penyelesaian Tindakan Deportasi

Proses penerbitan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berupa Surat Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi atau dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi Keimigrasian/Kepala Bidang Imigrasi kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian, dengan melampirkan antara lain :

a. Berita Acara Pemeriksaan (Introgasi) :

Orang asing yang diduga melakukan pelanggran keimigrasian sesuai Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dimintai keterangan oleh Pejabat Imigrasi yang memeriksa beserta dokumen keimigrasian, barang bukti lainnya maupun saksi yang mengetahui telah terjadinya tindak pidana keimigrasian.

b. Berita Acara Pendapat atau Resume :

Setelah Berita Acara Pemeriksaan selesai dilakukan maka Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian akan meneliti, membaca dan mempelajari hasil Berita Acara Pemeriksaan atau BAP yang dilakukan oleh Kepala Sub Seksi Penindakan untuk selanjutnya dituangkan ke dalam Berita Acara Pendapat. Berita Acara Pendapat


(1)

Lampiran : 4

Juklak Direktur

Jenderal Imigrasi

Nomor : F.314.IL.02.10

Tahun 1995

Tanggal : 15 Maret 1995


(2)

DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI

Lampiran : 5

KANTOR WILAYAH... Juklak Direktur Jenderal Imigrasi

KANTOR IMIGRASI... Nomor : F.314.IL.02.10

Tahun 1995

Tanggal : 15 Maret 1995

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR IMIGRASI Nomor : ...

TENTANG

TINDAKANKEIMIGRASIAN An... KEPALA KANTOR IMIGRASI...

Menimbang : Bahwa nama yang tercantum dalam keputusan ini adalah orang asing yang telah cukup bukti diduga melakukan perbuatan yang dapat dikenakan tindakan keimigrasian :

Mengingat : 1. Pasal 24 dan pasal 42 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;

2. Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 Tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian;

3. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor ` M.03.PR.07.04 Tahun 1991 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi;

4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M...- PR.02.01 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR IMIGRASI...TENTANG TINDAKAN KEIMIGRASIAN An. ...

PERTAMA : Membatalkan Izin Keimigrasian berupa Izin : ... No...An. ... dikeluarkan di Kantor Imigrasi... berlaku sampai dengan tanggal ...; KEDUA : Memerintahkan...untuk berada ditempat...; KETIGA : Memerintahkan ...segera meninggalkan wilayah

Indonesia pada kesempatan pertama;

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal...dengan catatan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan pembetulan seperlunya.

DITETAPKAN DI : PADA TANGGAL :

KEPALA KANTOR IMIGRASI

Tembusan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth,

1. Direktur Jenderal Imigrasi ... 2. Kepala Kantor Wilayah Depkeh


(3)

DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI

Lampiran : 6

KANTOR WILAYAH... Juklak Direktur Jenderal Imigrasi

KANTOR IMIGRASI... Nomor : F.314.IL.02.10

Tahun 1995

Tanggal : 15 Maret 1995

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH Nomor : ...

TENTANG

TINDAKANKEIMIGRASIAN An... KEPALA KANTOR WILAYAH...

Menimbang : Bahwa nama yang tercantum dalam keputusan ini adalah orang asing yang telah cukup bukti diduga melakukan perbuatan yang dapat dikenakan tindakan keimigrasian :

Mengingat : 1. Pasal 24 dan pasal 42 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;

2. Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 Tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian;

3. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor ` M.03.PR.07.10 Tahun 1992 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman;

4. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M...- PR.02.01 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pengawasan, Pengajuan Keberatan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH DEPARTEMEN KEHAKIMAN TENTANG TINDAKAN KEIMIGRASIAN An... PERTAMA : Membatalkan Izin Keimigrasian berupa Izin : ...

No...An. ... dikeluarkan di Kantor Imigrasi... ... berlaku sampai dengan tanggal ...; KEDUA : Memerintahkan...untuk berada ditempat...; KETIGA : Memerintahkan ...segera meninggalkan wilayah

Indonesia pada kesempatan pertama;

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal...dengan catatan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan pembetulan seperlunya.

DITETAPKAN DI : PADA TANGGAL :

An. KEPALA KANTOR WILAYAH

KEPALA DIVISI KEIMIGRASIAN

Tembusan Keputusan ini disampaikan

Kepada Yth, ... Direktur Jenderal Imigrasi


(4)

DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM RI

Lampiran : 7

KANTOR WILAYAH... Juklak Direktur Jenderal Imigrasi

KANTOR IMIGRASI... Nomo : F.314.IL.02.10 Tahun

1995

Tanggal : 15 Maret 1995

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI Nomor : ...

TENTANG

TINDAKANKEIMIGRASIAN An... DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI...

Menimbang : Bahwa nama yang tercantum dalam keputusan ini adalah orang asing yang telah cukup bukti diduga melakukan perbuatan yang dapat dikenakan tindakan keimigrasian :

Mengingat : 1. Pasal 24 dan pasal 42 ayat (1) Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian;

2. Pasal 24 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 Tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian;

3. Pasal 684 pasal 696 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M.02.PR.07.10 Tahun 1989 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehakiman;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI TENTANG TINDAKAN KEIMIGRASIAN An...

PERTAMA : Membatalkan Izin Keimigrasian berupa Izin : ... No...An. ... dikeluarkan di Kantor Imigrasi... berlaku sampai dengan tanggal ...; KEDUA : Memerintahkan...untuk bertempat tinggal disuatu tempat

tertentu di wilayah Indonesia;

KETIGA : Memerintahkan ...untuk segera meninggalkan wilayah Indonesia setelah dipersiapkan keberangkatannya;

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal...dengan catatan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan pembetulan seperlunya.

DITETAPKAN DI : PADA TANGGAL :

An. DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI Tembusan Keputusan ini disampaikan DIREKTUR WASDAKIM Kepada Yth,

Direktur Jenderal Imigrasi


(5)

Lampiran : 8

Juklak Direktur

Jenderal Imigrasi

Nomo : F.314.IL.02.10

Tahun 1995

Tanggal : 15 Maret 1995


(6)

Lampiran : 9

UNHCR REFUGEE CERTIFICATE


Dokumen yang terkait

PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN OLEH PPNS KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL ( Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kantor Imigrasi Kelas I Padang ).

0 0 24

PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

0 0 180

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

0 0 104

PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN OLEH PPNS KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL ( Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kantor Imigrasi Kelas I Padang ) - Repositori

0 0 22

PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN OLEH PPNS KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL ( Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kantor Imigrasi Kelas I Padang ) - Repositori

0 0 1

PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN OLEH PPNS KEIMIGRASIAN TERHADAP WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN IZIN TINGGAL ( Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kantor Imigrasi Kelas I Padang ) - Repositori

0 0 1

BAB II SYARAT DAN KETENTUAN MENDEPORTASI ORANG ASING MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA A. Tinjauan Umum Tentang Deportasi - Pengawasan Keimigrasian Terhadap Orang Asing dalam Rangka Pendoportasian Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tenta

0 1 21

PENGAWASAN KEIMIGRASIAN TERHADAP ORANG ASING DALAM RANGKA PENDEPORTASIAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN (STUDI DI KANTOR IMIGRASI KELAS I POLONIA MEDAN) TESIS

0 0 14

Analisis Pengaruh Kebijakan Keimigrasian Dan Pelayanan Terhadap Kepuasan Pemohon Paspor Republik Indonesia Di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan (Studi Kasus Di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia)

0 0 17

Analisis Pengaruh Kebijakan Keimigrasian Dan Pelayanan Terhadap Kepuasan Pemohon Paspor Republik Indonesia Di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan (Studi Kasus Di Kantor Imigrasi Kelas I Polonia)

1 1 20