asing yang ditolak pemberian izin masuknya belum tentu seorang pelanggar hukum.
C. Syarat dan Ketentuan Pendeportasian Orang Asing.
Pengusiran atau deportasi adalah tindakan mengeluarkan orang asing dari wilayah Indonesia karena keberadaannya tidak dikehendaki. Pengusiran atau
deportasi merupakan tindakan keimigrasian yang berupa memulangkan secara
paksa orang asing ke negara asalnya atau ketempat lain di luar wilayah
Indonesia sebagai akibat tidak dikehendaki keberadaannya di wilayah Negara Indonesia berdasarkan alasan tertentu. “Menurut L. Oppenheim, dalam
pergaulan antar negara telah diakui secara umum bahwa setiap negara berhak mengusir orang asing, baik dari sebagian maupun seluruh wilayah negara.”
42
Tidak disukai keberadaan dan atau kegiatannya di Indonesia, dapat disebabkan oleh karena yang bersangkutan tidak mentaati peraturan perundang-
undangan yang berlaku termasuk peraturan di bidang
keimigrasian, maupun melakukan perbuatan yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum yang
dapat membahayakan keselamatan masyarakat, bangsa dan negara. Pelaksanaan deportasi, tidak dapat dilepaskan daripada tindakan keimigrasian lain yakni
pengkarantinaan atau pendetensian dan penangkalan. Oleh karena, untuk mengeluarkan secara paksa orang asing dari wilayah Indonesia antara lain
membutuhkan waktu, biaya, dan sarana lain, sehingga untuk beberapa kasus pelanggaran peraturan, sementara menunggu waktu pelaksanaan deportasi
42
Ajat Sudrajat Havit, opcit hal 70
Universitas Sumatera Utara
memerlukan tindakan pengkarantinaan atau pendetensian di Ruang Detensi atau Rumah Detensi Imigrasi atau tempat lain.
43
a. namanya tercamtum dalam daftar penangkalan
Adapun syarat dan ketentuan Deportasi menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 dijelaskan pada beberapa pasal antara lain :
Pasal 13 ayat 1 memberikan wewenang kepada Pejabat Imigrasi untuk menolak masuk bagi orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dalam hal
orang asing tersebut :
b. tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan berlaku.
c. memiliki Dokumen Keimigrasian yang palsu.
d. tidak memiliki Visa, kecuali yang dibebaskan dari kewajiban memiliki Visa.
e. telah memberikan keterangan yang tidak benar dalam memperolek Visa.
f. menderita penyakit menular yang membahayakan kesehatan umum.
g. terlibat kejahatan internasional dan tindak pidana transnasional yang
terorganisasi. h.
termasuk dalam daftar pencarian orang untuk ditangkap dari suatu Negara asing.
i. terlibat dalam kegiatan makar terhadap Pemerintah Republik Indonesia.
j. termasuk dalam jaringan praktik atau kegiatan prostitusi, perdagangan
orang, dan penyelundupan manusia.
43
Wahyudin Ukun, 2004, Deportasi Sebagai Instrumen Penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di bidang Keimigrasian, PT Kencana Aji, Jakarta, Halaman 55 – 56. Dikutip
dengan sedikit perubahan.
Universitas Sumatera Utara
Selain syarat-syarat tersebut diatas, petugas Imigrasi dapat melakukan pendeportasian secara spontan kepada orang asing jika memang terbukti
warga negara asing tersebut merugikan negara Indonesia, mengganggu keamanan dan ketertiban, sehingga dapat dilakukan secara langsung
pendeportasin tanpa harus mendapatkan putusan dari pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Pasal 83 menyatakan bahwa Pejabat Imigrasi berwenang menempatkan Orang Asing dalam Rumah Detensi Imigrasi atau Ruang
Detensi Imigrasi jika Orang Asing tersebut: a.
berada di Wilayah Indonesia tanpa memiliki Izin Tinggal yang sah atau memiliki Izin Tinggal yang tidak berlaku lagi;
b. berada di Wilayah Indonesia tanpa memiliki Dokumen Perjalanan yang
sah; c.
dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian berupa pembatalan Izin Tinggal karena melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan atau mengganggu keamanan dan ketertiban umum;
d. menunggu pelaksanaan Deportasi; atau
e. menunggu keberangkatan keluar Wilayah Indonesia karena ditolak
pemberian Tanda Masuk. Pejabat Imigrasi dapat menempatkan Orang Asing di tempat lain apabila
Orang Asing tersebut sakit, akan melahirkan, atau masih anak-anak. Pelaksanaan detensi Orang Asing dilakukan dengan keputusan tertulis dari Menteri atau
Universitas Sumatera Utara
Pejabat Imigrasi yang ditunjuk. Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit memuat: data orang asing yang dikenai detensi, alasan melakukan
detensi; dan tempat detensi.
D. Pengaturan Hukum Tentang Pengawasan Keimigrasian