a. pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi;
b. penyusunan daftar nama warga negara Indonesia yang dikenai
Pencegahan keluar Wilayah Indonesia; c.
pemantauan terhadap setiap warga Negara Indonesia yang memohon Dokumen Perjalanan, keluar atau masuk Wilayah Indonesia, dan yang
berada di luar Wilayah Indonesia; dan d.
pengambilan foto dan sidik jari. Hasil pengawasan Keimigrasian sebagaimana dimaksud merupakan
data Keimigrasian yang dapat ditentukan sebagai data yang bersifat rahasia. Pada pasal 71 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan
Setiap Orang Asing yang berada di Wilayah Indonesia wajib: a. memberikan segala keterangan yang diperlukan mengenai identitas diri
danatau keluarganya serta melaporkan setiap perubahan status sipil, kewarganegaraan, pekerjaan, Penjamin, atau perubahan alamatnya
kepada Kantor Imigrasi setempat; atau b. memperlihatkan dan menyerahkan Dokumen Perjalanan atau Izin
Tinggal yang dimilikinya apabila diminta oleh Pejabat Imigrasi yang bertugas dalam rangka pengawasan Keimigrasian.
B. Alasan Pendeportasian Orang Asing.
Negara bertanggung jawab atas setiap warga negara asing dan warga negara Indonesia yang masuk, berada dan keluar dari wilayah kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan prinsip selektif selektive policy
Universitas Sumatera Utara
sehingga bagi warga negara asing yang merugikan ataupun mengganggu kedaulatan negara Indonesia dilakukan penindakan keimigrasian berupa
Pendeportasian. Sejak diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, menurut ketentuan pasal 75 dan pasal 13 ayat 2 bahwa terhadap orang asing yang dikenakan tindakan deportasi
diharuskan keluar dari wilayah Indonesia dan diikuti dengan tindakan penangkalan larangan masuk untuk sementara waktu ke wilayah
Indonesia, alasan dilakukan tindakan deportasi karena : a.
Melakukan kegiatan yang berbahaya atau patut diduga akan berbahaya bagi keamanan dan ketertiban umum;
b. Tidak menghormati atau menaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Adapun yang dimaksud peraturan perundang-undangan yang berlaku
adalah meliputi keseluruhan peraturan yang berlaku di Indonesia, dan bukan sebatas peraturan keimigrasian saja. Pelaksanaan deportasi dilakukan oleh
Institusi imigrasi sesuai Undang-undang karena diberi kewenangan untuk melaksanakannya terhadap orang asing yang melakukan pelanggaran di
wilayah Indonesia. Dan juga dapat dilakukan atas permohonan instansi terkait. Ketentuan Pasal 75 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2011, mengatur bahwa : a
Tindakan Keimigrasian dilakukan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia yang melakukan kegiatan yang berbahaya bagi
Universitas Sumatera Utara
keamanan dan ketertiban umum, atau tidak menghormati atau mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Adapun kegiatan berbahaya dimaksud diatas dapat berupa terorisme, ataupun ataupun kegiatan yang berupa profokasi yang bersifat
mengganggu keamanan dan ketertiban Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b Tindakan Keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat
berupa : 1
Pembatasan, perubahan atau pembatalan izin keberadaan; 2
Larangan untuk berada di suatu atau beberapa tempat tertentu di wilayah Indonesia;
3 keharusan untuk bertempat tinggal di suatu tempat tertentu di
wilayah Indonesia; 4
pengusiran atau deportasi dari wilayah Indonesia atau penolakan masuk ke wilayah Indonesia.
Berdasarkan Ketentuan Umum Bab I Pasal 2 Kitab Undang-undang Huku m Pidana KUHP yang merupakan asas territorial mengenai berlakunya
hukum pidana Indonesia menyatakan bahwa ketentuan pidana dalam Undang- undang Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan perbuatan yang dapat
di hukum atau peristiwa pidana dalam wilayah Indonesia. Artinya apabila terjadi suatu perbuatan atau suatu keadaan tidak berbuat yang dilarang atau tidak
melakukan suatu kewajiban yang menurut Undang-undang diancam dengan hukuman pidana, maka si pelanggar baik ia warga negara Indonesia maupun
Universitas Sumatera Utara
Orang Asing dapat dijatuhi hukuman oleh Hakim. Dalam hal menangani tindak pidana keimigrasian seharusnya melalui keputusan oleh Hakim yang sudah
berkekuatan hukum tetap, setelah itu baru dilaksanakan tindakan deportasi, dengan tata cara penyelesaian sebagai berikut :
41
1. Penyelenggara Tindakan Keimigrasian
a. Tempat Pemeriksaaan Imigrasi atau disebut TPI
1 Penolakan masuk ke wilayah Indonesia.
Terhadap orang asing yang tergolong dalam pasal 13 dan pasal 14 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian,
ditolak masuk wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a Pejabat Imigrasi meneliti tentang kemungkinan adanya orang
asing yang memenuhi unsur-unsur pasal 13 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian;
b Sebagai pelaksanaannya Pejabat Imigrasi menerakan cap tertentu
pada surat perjalanan orang asing tersebut; c
Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan Keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan
mengisi formulir rangkap 3 tiga kepada atasan langsungKepala Kantor Imigrasi yang membawahi,
d Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan
Imigrasi atau TPI melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah
41
Ajat Sudrajat Havid, Opcit, hal. 86.
Universitas Sumatera Utara
Departemen Hukum dan HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi KeimigrasianKepala Bidang Imigrasi dengan tembusan Direktur
Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian.
2 Penolakan atau Penangguhan tanda bertolak.
Terhadap orang asing yang dikenakan tindakan pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 Undang-undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan penjelasannya, ditolak keberangkatannya keluar wilayah Indonesia dan dilakukan langkah-
langkah : a
Pejabat Imigrasi wajib menolak keberangkatan setiap orang yang tercantum dalam daftar Cegah dan setiap orang asing yang
mendapatkan petunjuk Direktur Jenderal Imigrasi untuk ditangguhkan bertolak;
b Pejabat Imigrasi melakukan pencatatan pada buku register tindakan
keimigrasian serta melaporkan tindakan tersebut dengan mengisi formulir rangkap 3 tiga kepada atasan langsung Kepala Kantor
Imigrasi yang membawahi. c
Kepala Kantor Imigrasi yang membawahi Tempat Pemeriksaan Imigrasi melaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi KeimigrasianKepala bidang imigrasi dengan tembusan Direktur
Universitas Sumatera Utara
Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian.
2. Proses Administrasi Penyelesaian Tindakan Deportasi
Proses penerbitan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian berupa Surat Kepala Kantor Imigrasi kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi KeimigrasianKepala Bidang Imigrasi atau dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan
HAM RI dalam hal ini Kepala Divisi KeimigrasianKepala Bidang Imigrasi kepada Direktur Jenderal Imigrasi dalam hal ini Direktur
Penyidikan dan Penindakan Keimigrasian, dengan melampirkan antara lain :
a. Berita Acara Pemeriksaan Introgasi :
Orang asing yang diduga melakukan pelanggran keimigrasian sesuai Undang-undang RI Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian
dimintai keterangan oleh Pejabat Imigrasi yang memeriksa beserta dokumen keimigrasian, barang bukti lainnya maupun saksi yang
mengetahui telah terjadinya tindak pidana keimigrasian. b.
Berita Acara Pendapat atau Resume : Setelah Berita Acara Pemeriksaan selesai dilakukan maka Kepala
Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian akan meneliti, membaca dan mempelajari hasil Berita Acara Pemeriksaan atau BAP
yang dilakukan oleh Kepala Sub Seksi Penindakan untuk selanjutnya dituangkan ke dalam Berita Acara Pendapat. Berita Acara Pendapat
Universitas Sumatera Utara
tersebut oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian di teruskan kepada Kepala Kantor Imigrasi.
c. Keputusan Kepala Kantor Imigrasi tentang Tindakan Keimigrasian:
Setelah Berita Acara Pendapat atau Resume diterima oleh Kepala Kantor Imigrasi, maka Kepala Kantor Imigrasi menerbitkan Surat
Keputusan Tindakan Keimigrasian terhadap orang asing yang diduga telah melakukan pelanggaran keimigrasian.
d. Surat Perintah Pendetensian :
Diterbitkannya Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian oleh Kepala Kantor Imigrasi terhadap orang asing tersebut maka selanjutnya
Kepala Kantor Imigrasi mengeluarkan Surat Perintah Pendetensian agar Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan melakukan
pendetensian terhadap orang asing dimaksud untuk berada di Ruang Detensi Kantor Imigrasi paling lama 7 tujuh hari terhitung sejak
diterbitkannya Surat Keputusan Tindakan oleh Kepala Kantor Imigrasi untuk diproses lebih lanjut. Bila melebihi batas waktu tersebut diatas
maka orang asing tersebut harus dipindahkan ke Rumah Detensi Imigrasi atau RUDENIM dilengkapi dengan Surat Keputusan dan
Berita Acara Pemindahan. Maka dalam rangka menunggu proses pemulangannya atau deportasi terhadap orang asing tersebut dalam hal
ini sudah menjadi kewenangan Kepala Rumah Detensi Imigrasi yang melaksanakannya hingga yang bersangkutan diberangkatkan melalui
Pelabuhan Internasional atau Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Universitas Sumatera Utara
e. Berita Acara Pendetensian :
Setelah Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian menerima Surat Perintah Pendetensian orang asing, maka dilakukanlah
Pendetensian agar orang asing tersebut untuk menempati Ruang Detensi Imigrasi disertai dengan Berita Acara Pendetensian dan di
tanda tangani oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan dan Deteninya.
f. Surat Perintah Pengeluaran Deteni :
Kepala Kantor Imigrasi yang telah memberikan perintah pendetensian, maka atas kewenangannya untuk mengeluarkan Surat Perintah Kepada
Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan untuk Pengeluaran Deteni dari Ruang Detensi apakah untuk di pindahkan ke Rumah Detensi
Imigrasi atau dilakukan pendeportasian atau diproses lebih lanjut. g.
Berita Acara Pengeluaran Deteni : Setelah Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
menerima Surat Perintah Pengeluaran Deteni, maka dilakukanlah pengeluaran orang asing tersebut dari Ruang Detensi dengan Berita
Acara Pengeluaran dan di tanda tangani oleh Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan dan ditandatangani Deteninya.
h. Keputusan Kepala Kantor Imigrasi tentang Tindakan Keimigrasian
dalam rangka pengusiran atau Deportasi : Setelah Deteni berada di luar ruang detensi maka Kepala Kantor
Imigrasi akan menerbitkan Surat Keputusan Tindakan Keimigrasian
Universitas Sumatera Utara
agar yang bersangkutan meninggalkan wilayah Indonesia dalam rangka pengusiran atau deportasi kenegara asalnya dalam kesempatan
pertama. i.
Surat Perintah Tugas Pengawalan dalam rangka pelaksanaan Deportasi :
Kemudian Kepala Kantor Imigrasi mengeluarkan Surat Perintah Tugas yang di tugaskan kepada petugas Imigrasi untuk mengawasi dan
mengawal Deteni dari Kantor Imigrasi menuju ke Pelabuhan Internasional atau Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau disebut TPI.
j. Berita Acara Serah Terima Deteni di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
atau TPI : Setibanya petugas pengawal Deteni di TPI maka Deteni beserta
Dokumen Perjalanan atau Paspornya diserah terimakan dari petugas pengawal kepada Pejabat Imigrasi di TPI untuk diberangkatkan ke
negara asalnya. Penggunaan istilah ”deportasi” dalam peraktek pelaksanaannya tidak
selalu tepat, seperti yng diuraikan diatas. Misalnya orang asing yang baru tiba di Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau TPI dan tidak memenuhi syarat untuk masuk
ke wilayah Indonesia sehingga izin masuknya ditolak oleh Pejabat Imigrasi. Maka proses keberangkatannya untuk dikembalikan ke negaranya atau pelabuhan
terakhir dimana ia diberangkatkan bukan dengan istilah deportasi tetapi dengan istilah inadmissable person, dengan diterakan stempel atau cap didalam
paspornya bertuliskan denied entry Istilah tersebut lebih netral, karena orang
Universitas Sumatera Utara
asing yang ditolak pemberian izin masuknya belum tentu seorang pelanggar hukum.
C. Syarat dan Ketentuan Pendeportasian Orang Asing.