PENATALAKSANAAN BAB 30 DEPRESI PADA LANJUT USIA

Depresi pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S.Ked 406071030  Rasa rendah diri, bermusuhan, dan menentang terutama remaja .  Pelupa, sulit konsentrasi, dan imajinasi yang jelek. Pemeriksaan penunjang ☻ Laboratorium: Tidak ada tes laboratorium yang tersedia untuk bisa mendiagnosis MDD. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium berguna untuk mengesampingkan penyakit medis lainnya yang dapat muncul sebagai MDD. Pemeriksaan tadi meliputi:  Darah lengkap.  Elektrolit, termasuk kalsium, fosfat, dan magnesium.  BUN dan kreatinin.  Kalsium.  Serum toxicology screen.  Tes fungsi tiroid.  Kadar TSH.  Anti Nuklear Antibodi ANA .  HIV test.  Tes fungsi hati. ☼ Pemeriksaan radiology: CT Scan atau MRI otak ☼ Tes lainnya:  EEG.  EKG. DIFFERENTIAL DIAGNOSIS  Gangguan cemas.  Obsesi kompulsif.  Gangguan panik.  Schizophrenia.  Dementia vaskular.  Anoreksia nervosa.

VII. PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi adalah untuk mencegah relaps, rekuren, dan kronisitas. Depresi pada geriatri dapat lebih efektif diobati dengan kombinasi terapi psikologis dan farmakologis disertai pendekatan interdisiplin yang menyeluruh. Terapi harus diberikan dengan memperhatikan secara individual harapan – harapan pasien, martabat dignity , dan otonomi kemandirian pasien. Problem – problem fisis yang ada bersama – sama dengan penyakit mental harus diobati. Semua tehnik psikoterapi psikodinamik, kognitif, perilaku, dan lain – lain dapat dipergunakan. Intervensi terapeutik untuk memacu kemandirian, seperti melatih keterampilan sehari – hari dan peningkatan keamanan di rumah, terapi okupasi, dan berbagai program rehabilitasi yang praktis, serta pemberian informasi jangan dilupakan. Penanganan depresi pada usia lanjut memerlukan perhatian ekstra, segala kesulitan dan keluhan perlu didengarkan dengan sabar. Karena ketidaksabaran terapis dianggap sebagai penolakan empati terapis sangat diperlukan karena Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 108 Depresi pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S.Ked 406071030 penghormatan dan perhatian dapat mengembalikan harga diri pasien . Strategi praktis pada terapi individu adalah:  Menyusun jadwal pertemuan untuk menjaga kepatuhan dan komitmen.  Mengetengahkan topik pembicaraan tentang kehidupan sosial yang umum untuk membangun hubungan dokter – pasien yang baik.  Secara terfokus membicarakan masalah dan menetapkan sasaran realistis yang dicapai untuk memberikan arah yang pasti bagi pasien.  Mendorong pasien terlibat dalam kegiatan yang berarti dan berguna untuk meningkatkan kemampuan menikmati pengalaman yang meyenangkan.  Menunjukkan kepedulian melalui sentuhan fisik yang wajar.  Meninjau kembali apa yang telah dicapai di masa lalu untuk membangkitkan rasa mampu dan harga diri. Pendekatan aspek sosial dalam penanganan pasien depresi meliputi, antara lain diikutkan dalam lembaga sosial kemasyarakatan yang berperan dalam mendukung sosialisasi dan mengatasi beberapa masalah sosial ekonomi day care centres, senior club, self help groups, domiciliary care, dan lain – lain ; jangan lupa untuk melibatkan keluarga pada saat yang tepat. Faktor – faktor yang memperberat depresi perlu diperhatikan, antara lain penyakit fisik, penyakit neurologis didapat sekitar 50 depresi pasca stroke yang timbulnya dapat tertunda sampai 12 bulan, 30 – 50 penderita alzheimer menderita depresi , obat – obatan, kehilangan pasangan hidup, perpisahan teman dekat dan anggota keluarga, taraf kesehatan yang menurun, kehilangan rasa aman, kekuasaan jabatan dan kebebasan , serta kemiskinan sosial dan lingkungan. Indikasi pemberian obat antidepresi Secara umum indikasi pemberian obat antidepresi adalah untuk gangguan depresi sedang sampai berat, episode depresi berulang, dan depresi dengan gambaran melankolia atau psikotik. Karena manifestasi klinis depresi pada usia lanjut seringkali tidak khas, maka menentukan indikasi pemberian obat antidepresi pada pasien geriatri seringkali merupakan pertimbangan klinis berdasarkan pada pengalaman klinis dalam mengenali tanda dan gejala depresi yang terselubung. Pemilihan obat antidepresi Pemilihan jenis obat antidepresi bagi pasien usia lanjut lebih merujuk pada profil efek samping obat. Antidepresi generasi lama seperti golongan trisiklik dan golongan penghambat enzim monoamin oksidase, meskipun cukup efektif meredakan gejala – gejala depresi, namun mempunyai profil efek samping yang kurang menguntungkan untuk digunakan pada pasien geriatri. Efek samping antikolinergik, hipotensi ortostatik, serta gangguan konduksi jantung dapat menjadi beban tambahan bagi status fisik pasien geriatri, bahkan dapat memicu komplikasi medik yang serius. Profil efek samping ini terutama sangat menonjol pada obat – obat golongan tersier trisiklik amitriptilin, imipramin sehingga obat – obat ini kurang dianjurkan penggunaannya pada usia lanjut. Preparat sekunder trisiklik desipramin, nortriptilin masih cukup aman dan efektif untuk digunakan pada usia lanjut. Antidepresi generasi baru bekerja pada reseptor susunan saraf otak, bersifat lebih selektif dan spesifik, sehingga profil efek sampingnya lebih baik. Termasuk dalam kelompok ini adalah serotonin selective reuptake inhibitor Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 109 Depresi pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S.Ked 406071030 SSRI fluoxetin, sertralin, paroksetin, fluvoksamin, sitalopram , serotonin enhancer tianeptin , reversible MAOIs moclobemide , antidepresi lainnya trazodone, nefazodone, mirtazepin, venlafaksin . Profil efek samping yang baik akan mengurangi resiko komplikasi dan memperbaiki kepatuhan pasien. Oleh sebab itu, saat ini pemilihan antidepresi lini pertama untuk pasien geriatri mulai bergeser ke generasi baru. Saat ini golongan SSRI merupakan obat antidepresi yang dianjurkan sebagai lini pertama pengobatan depresi pada usia lanjut. Dari golongan SSRI, sitalopram, dan sertralin dianggap paling aman karena kedua obat ini sangat sedikit dimetabolisme oleh isoenzim cytokhrom P 450 , sehingga mengurangi resiko interaksi obat yang merugikan. Efek samping SSRI umumnya berkaitan dengan keluhan serotoninergik, seperti sakit kepala, mual, diare, insomnia, dan agitasi psikomotor. SSRI juga dapat menimbulkan efek samping ekstrapiramidal, khususnya pada pasien depresi dengan komorbiditas penyakit saraf. Salah satu efek samping berbahaya dari SSRI adalah central serotonine syndrome, yang dapat timbul bila digunakan bersama obat – obat yang dapat memacu transmisi serotonin, seperti MAOIs dan obat – obat dekongestan misalnya: phenylpropanolamine . Penggunaan fluvoksamin bersama teofilin harus dihindari karena dapat menyebabkan takikardi supraventrikular yang serius. Pertimbangan lain dari pemilihan obat antidepresi adalah tampilan gejala – gejala klinis yang akan menjadi bagian dari target terapi. Pasien dengan keluhan insomnia dapat dipilihkan preparat antidepresi yang bersifat sedatif kuat, seperti mirtazepin atau trazodone. SSRI dan tianeptin bersifat non sedatif dan dikatakan efektif memperbaiki keluhan gangguan kognitif pada pseudodemensia. Trazodone baik untuk mereka dengan keluhan disfungsi seksual, tetapi hati – hati terhadap efek samping hipotensi ortostatik. Pemberian antidepresi dimulai dengan dosis rendah, dinaikkan perlahan – lahan start low and go slow . Pengobatan antidepresi dibedakan atas 3 fase, yaitu: ☻ Fase akut yang berlangsung antara 6 – 12 minggu, pada tahap ini, dosis optimal obat untuk memperbaiki gejala depresi diharapkan telah tercapai. ☻ Tahap kedua disebut sebagai fase lanjutan, yakni dosis optimal dipertahankan selama 4 sampai 9 bulan untuk mencegah terjadinya relaps. ☻ Tahap berikutnya disebut sebagai terapi rumatan yang dapat berlangsung hingga 1 tahun atau lebih. Terapi rumatan diberikan terutama untuk gangguan depresi dengan riwayat episode berulang. Beberapa penelitian terakhir meneguhkan anjuran pemberian obat antidepresi pada pasien geriatrik sampai minimal satu tahun, karena terbukti menurunkan resiko relaps maupun rekurens dibandingkan apabila hanya diberikan sampai 6 bulan. Terapi elektrokonvulsi ECT Untuk pasien depresi yang tidak bisa makan dan minum, intoleransi terhadap efek samping obat antidepresi atau gagal terapi, kecenderungan tidak patuh minum obat, berniat bunuh diri, atau retardasi hebat, maka ECT diberikan 1 – 2 kali seminggu pada pasien rawat inap, unilateral untuk mengurangi problem memori. Terapi ECT diberikan sampai ada perbaikan mood sekitar 5 – 10 kali , dilanjutkan dengan obat antidepresi untuk mencegah kekambuhan. Terapi ini masih efektif dan aman kematian kurang dari 1 per 10.000 bagi depresi mayor, angka remisi lebih dari 90 dengan efek samping paling sedikit kemunduran ingatan, bingung confusion . Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 110 Depresi pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S.Ked 406071030 Olahraga ternyata bermanfaat dalam tatalaksana depresi, namun efeknya lambat, dan hasil nampak sesudah 16 minggu. Nutrisi sangat perlu diperhatikan, karena penderita depresi sangat sering mengalami malnutrisi, jika perlu dipasang NGT makanan lewat sonde . Komplikasi depresi yang dapat terjadi adalah malnutrisi dan pneumonia akibat imobilisasi dan berbaring terus . Dalam mengelola pasien depresi perlu diingat beberapa hal yang berkaitan dengan edukasi, yakni:  Pasien jangan menghentikan obat tanpa instruksi dokter.  Ada jarak waktu untuk sembuh membutuhkan waktu sekitar 1 – 2 minggu sesudah obat diminum.  Terangkan tentang efek samping yang mungkin terjadi.  Olahraga dan psikoterapi adalah hal yang sangat menunjang kesembuhan. Perawatan lanjut dan asuhan rumah home care Setelah terdapat perbaikan selama 6 bulan, biasanya pasien mempunyai sedikit resiko untuk episode baru depresi kambuh . Pengobatan antidepresi harus dilanjutkan sedikitnya 6 bulan lagi fase lanjutan . Pengobatan ini digunakan untuk mencegah kekambuhan. Pasien dengan resiko tinggi untuk kambuh harus mendapat pengobatan berkelanjutan untuk sedikitnya 1 – 2 tahun, antidepresi yang dapat dipakai antara lain sertralin, fluoxetin, dan paroxetin. Pelayanan kesehatan asuhan rumah bagi usia lanjut adalah salah satu unsur pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk kesehatan perorangan atau kesehatan keluarga di tempat tinggal mereka dalam segi promotif, rehabilitatif, kuratif, dalam upaya mempertahankan kemampuan individu untuk mandiri secara optimal selama mungkin. Asuhan rumah bagi para usia lanjut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perawatan dalam menghadapi kondisi tubuh yang makin rapuh atau sakit kronik. Upaya penyelenggaraan asuhan rumah yang dikoordinasikan oleh rumah sakit merupakan upaya yang secara ekonomis layak sebagai alternatif lain dari perawatan di RS sejauh pertimbangan – pertimbangan medis, lingkungan sosial, dan aspek –aspek psikologik dapat terjaga secara cocok dan serasi. Kunjungan rumah oleh seorang dokter dan atau paramedic sebagai satu tim amat bermanfaat bagi penderita karena dapat meningkatkan pemahaman menyeluruh penderita dan akan dapat memberikan pilihan terbaik untuk penderita yang dirawat, selain dapat meningkatkan kepuasan penderita yang akhirnya akan mempercepat proses perbaikan. Idealnya, asuhan rumah dilaksanakan oleh suatu tim dengan melibatkan dokter keluarga, bila diperlukan dokter spesialis, ahli gizi, paramedis, care giver pramuwerdha , relawan usia lanjut, dan lain – lain dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup usia lanjut, sedang tujuan khususnya adalah: ☼ Menekan serendah mungkin biaya perawatan kesehatan penghematan biaya pemondokan di RS . ☼ Mengurangi frekuensi hospitalisasi dan memperpendek lama perawatan di rumah sakit setelah fase akut. ☼ Meningkatkan usaha promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. ☼ Melakukan pencegahan primer, sekunder, dan tersier, misalnya: melaksanakan imunisasi influenza dan pneumonia , melakukan penatalaksanaan paliatif penderita dengan keganasan, serta memperlambat mencegah timbulnya gangguan fungsi tubuh disability , sehingga penderita Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 111 Depresi pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S.Ked 406071030 dapat mempertahankan otonominya dititik beratkan pada kemampuan ADL dan IADL selama mungkin. Keuntungan manfaat program lainnya dari asuhan rumah ini bagi pasien depresi dan keluarganya adalah mengurangi stres akibat perawatan di RS dan pasien lebih mudah berkomunikasi dengan orang – orang sekitarnya ; serta memberikan suasana yang lebih nyaman dan akrab bagi pasien.

VIII. KOMPLIKASI 