PENDAHULUAN BAB 30 DEPRESI PADA LANJUT USIA

Depresi pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S.Ked 406071030 BAB XXX DEPRESI PADA LANJUT USIA TUJUAN BELAJAR TUJUAN KOGNITIF Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka Anda sudah akan dapat: 1. Memahami depresi pada lanjut usia. Mengetahui penyebab, patofisiologi, dan gejala-gejala depresi. 2. Mengetahui penatalaksanaan dan komplikasi depresi pada lanjut usia. TUJUAN AFEKTIF Setelah membaca bab ini dengan seksama, maka penulis mengharapkan Anda sudah akan dapat: 1. Menunjukkan perhatian terhadap depresi pada lanjut usia. Membaca lebih lanjut tentang depresi pada lanjut usia. Dapat memberikan pengetahuan tentang depresi pada lanjut usia kepada rekan sejawat. 2. Membaca lebih lanjut mengenai gejala-gejala dan penatalaksanaan depresi pada lanjut usia

I. PENDAHULUAN

Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 97 Depresi pada Lanjut Usia Nancy Sujono, S.Ked 406071030 Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering pada pasien berusia di atas 60 tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling umum dengan tampilan gejala yang tidak spesifik tidak khas pada populasi geriatri. Terdapat beberapa faktor biologis, fisis, psikologis, dan sosial yang membuat seorang berusia lanjut rentan terhadap depresi. Perubahan pada sistem saraf pusat, seperti meningkatnya aktivitas monoamine oksidase dan berkurangnya konsentrasi neurotransmitter terutama neurotransmitter katekolaminergik dapat berperan dalam terjadinya depresi pada usia lanjut. Kondisi multipatologi dengan berbagai penyakit kronik dan polifarmasi kian meningkatkan kejadian depresi pada usia lanjut. Pasien geriatrik yang menderita depresi juga sering memiliki komorbid penyakit vaskular dengan lesi di daerah ganglia basalis dan prefrontal otak. Pasien – pasien ini sering memperlihatkan kemunduran fungsi motorik, kurangnya kemampuan penilaian judgement, dan terganggunya fungsi eksekusi. Faktor – faktor psikososial juga berperan sebagai faktor predisposisi depresi. Orang tua seringkali mengalami periode kehilangan orang – orang yang dikasihinya. Faktor kehilangan fisik juga meningkatkan kerentanan terhadap depresi dengan berkurangnya kemauan merawat diri serta hilangnya kemandirian. Berkurangnya kapasitas sensoris terutama penglihatan dan pendengaran akan mengakibatkan penderita terisolasi dan berujung pada depresi. Berkurangnya kemampuan daya ingat dan fungsi intelektual sering dikaitkan dengan depresi. Kehilangan pekerjaan, penghasilan, dan dukungan sosial sejalan dengan bertambahnya usia turut menjadi faktor predisposisi seorang berusia lanjut untuk menderita depresi. Depresi pada pasien geriatri adalah masalah besar yang mempunyai konsekuensi media, sosial, dan ekonomi yang penting. Hal ini menyebabkan penderitaan bagi pasien dan keluarganya, memperburuk kondisi medis, dan membutuhkan sistem pendukung yang mahal. Depresi pada pasien geriatri sulit diidentifikasi, sehingga tidak terlambat diterapi, mungkin karena perbedaan pola tiap kelompok umur. Selain itu, depresi pada geriatri sering tidak diakui pasien dan tidak dikenali dokter karena gejala yang tumpang tindih, sering komorbiditas dengan penyakit medis lain, sehingga lebih menonjolkan gejala somatik daripada gejala depresinya.

II. DEFINISI