kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi untuk memulai usaha.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensi wirausahaan adalah suatu kebulatan tekat atau keinginan untuk
mendirikan, mengelola, mengembangkan sumber daya, tenaga kerja, alat produksi, untuk menciptakan suatu produk tertentu, dimana
produk itu dijual untuk kelangsungan hidupnya. Dari situ juga individu yang menjalankan dapat menciptakan lapangan kerja bagi
orang lain.
2. Aspek-aspek Intensi Wirausaha
Aspek intensi merupakan aspek-aspek yang mendorong niat individu berperilaku seperti keyakinan dan pengendalian diri.
Terbentuknya perilaku dapat diterangkan dengan teori tindakan beralasan yang mengasumsikan manusia selalu mempunyai tujuan
dalam berperilaku Fisbein Ajzen dalam Riyanti, 2007. Dalam teorinya mengenai intensi, Shapero Sokol dalam Riyanti, 2007
mengadaptasi teori Planned behavior dari Fishbein Ajzen dalam Riyanti, 2007 dan mengaplikasikan secara khusus dalam dunia
wirausaha menjadi teori entrepreneurial event. Dimana menurut Shapero Sokol entrepreneurial event memiliki tiga dimensi:
a.
Perceived desirability adalah bias personal seseorang yang memandang penciptaan usaha baru sebagai sesuatu
yang menarik dan diinginkan. Bias ini tumbuh dari pandangan atas konsekuensi personal pengalaman
kewirausahaan misalnya baik atau buruk, dan tingkat dukungan dari lingkungan keluarga, teman, kerabat,
8
sejawat, dsb. Variabel ini merefleksikan afeksi individu terhadap kewirausahaan.
b.
Perceived feasibility, elemen ini menunjukkan derajat kepercayaan di mana seseorang memandang dirinya
mempunyai kemampuan untuk mengumpulkan sumber daya-sumber daya manusia, sosial, finansial untuk
membangun usaha baru.
c.
Propensity to act menunjukkan dorongan dalam diri seseorang untuk bertingkah laku dan intensitasnya sangat
bervariasi bagi tiap individu. Determinan ini tidak hanya mempunyai pengaruh langsung terhadap intensi tetapi
juga mempunyai pengaruh tidak langsung. Ketika propensity to act individu rendah, intensi untuk
berwirausaha mempunyai kemungkinan yang kecil untuk berkembang, dan
perceived desirability menjadi prediktor satu-satunya intensi. Tetapi, jika propensity to act individu
tinggi, kuantitas pengalaman berwirausaha sebelumnya sebagai tambahan pada perceived feasibility dan
desirability secara langsung mempengaruhi intensi Krueger
dalam Riyanti, 2007 .
Berdasarkan dari teori di atas maka peneiliti menyimpulkan aspek intensi wirausaha merupakan hal yang penting untuk memulai
suatu usaha atau suatu perilaku yang bertujuan berwirausaha. Ada tiga dimensi intensi wirausaha yaitu pandangan bahwa wirausaha itu
menyenangkan dan sesuatu yang menarik dan diinginkan di mana hal tersebut berdasarkan pada pengalaman kewirausahaan dan tingkat
dukungan dari lingkungan sosial. Kemudian adalah kepercaan diri 9
individu terhadap kemampuan mengumpulkan sumber daya yang ada untuk berwirausaha. Kemudian yang terakhir sangat penting yaitu
dorongan dalam diri individu untuk berwirausaha dan hal ini memberika pengaruh secara langsung maupun tidak langsung. Ketika
dorongan ini rendah maka intensi wirausaha menjadi rendah, dan kepercayaan diri individu terhadap dimensi kemampuan
mengumpulkan sumber-sumber wirausaha menjadi dimensi satu- satunya. Namun jika dorongan ini besar maka secara langsung
mempengaruhi dua dimensi sebelumnya.
3. Faktor-faktor Penentu Intensi Kewirausahaan