Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer

a Bentuk Gelombang Arus Netral b Spektrum Harmonisa Arus Netral Gambar 4.2. Sebelum Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer: a Bentuk Gelombang Arus Netral; b Spektrum Arus Harmonisanya

4.2. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer

4.2.1. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Konvensional TR 1 Data-data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap besaran-besaran listrik setelah penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan konvensional TR 1 pada kondisi beban seimbang ditampilkan pada Tabel 4.2. Sedangkan bentuk gelombang arus dan spektrum harmonisa dari penghantar fasa R dan netral diperlihatkan pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Setelah Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 Besaran Fasa R Fasa S Fasa T Netral Frekuensi Hz 49,948 Tegangan rms V 210,98 209,46 209,25 0,12 Arus rms A 0,976 0,989 1,008 0,131 THD arus 45,3 46,8 45,5 670,6 Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwah terjadi penurunan nilai arus pada penghantar fasa dan penghantar netral. Nilai penurunan arus pada fasa R 1,267 A menjadi 0, 976 A, pada fasa S 1,284 A menjadi 0,989 A, pada fasa T 1,296 A menjadi 1,008 A, sedangkan pada penghantar netral 2,110 A menjadi 0,131 A. Nilai rata-rata penurunan arus pada penghantar fasa sebesar 22,8. Sedangkan nilai penurunan arus pada penghantar netral adalah sebesar 93,7. Arus yang mengalir pada penghantar netral yaitu 13 dari rata-rata arus yang mengalir pada penghantar fasa. THD arus pada penghantar fasa dan penghantar netral juga mengalami penurunan. Nilai penurunan THD pada fasa R 75,3 menjadi 45,3, pada fasa S 74,3 menjadi 46,8, pada fasa T 72,9 menjadi 45,5, sedangkan pada penghantar netral 3188 menjadi 670,6. Nilai rata-rata penurunan THD pada penghantar fasa sebesar 28,3 dan pada penghantar netral sebesar 2517,4. Penurunan nilai arus dan THD pada penghantar fasa dan netral ini disebabkan karena komponen arus harmonisa urutan nol mengalami penurunan setelah penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan konvensional TR 1, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.3b dan Gambar 4.4b. Berdasarkan Persamaan 2.18 dapat dilihat bahwa nilai arus penghantar netral Universitas Sumatera Utara mengalami penurunan karena zero sequence blocking transformer dengan belitan konvensional TR 1 memiliki impedansi urutan nol yang besar. a Bentuk Gelombang Arus Fasa R b Spektrum Harmonisa Arus Fasa R Gambar 4.3. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1 : a Bentuk Gelombang Arus Jala-jala Fasa R; b Spektrum Arus Harmonisanya Universitas Sumatera Utara a Bentuk Gelombang Arus Netral b Spektrum Harmonisa Arus Netral Gambar 4.4. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 1: a Bentuk Gelombang Arus Netral; b Spektrum Arus Harmonisanya 4.2.2. Zero Sequence Blocking Transformer Dengan Belitan Bifilar TR 2 Data-data hasil pengukuran yang dilakukan terhadap besaran-besaran listrik setelah penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan bifilar TR 2 pada kondisi beban seimbang ditampilkan pada Tabel 4.3. Sedangkan bentuk gelombang arus dan spektrum harmonisa dari penghantar fasa R dan netral diperlihatkan pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Setelah Menggunakan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2 Besaran Fasa R Fasa S Fasa T Netral Frekuensi Hz 50,070 Tegangan rms V 213,17 211,44 211,78 0,12 Arus rms A 1,266 1,286 1,268 0,137 THD arus 85 84,2 81,3 710,5 Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwah terjadi penurunan nilai arus pada penghantar netral. Sebelum penggunaan zero sequence blocking transformer nilai arus pada penghantar netral adalah 2.110 A, sedangkan setelah penggunaan zero sequence blocking transformer nilai arus pada penghantar netral menjadi 0,137 A. Besar nilai penurunan arus netral adalah sebesar 93,5. Arus yang mengalir pada penghantar netral yaitu 11 dari rata-rata arus yang mengalir pada penghantar fasa. Nilai arus pada penghantar fasa relatif sama yaitu, fasa R 1,266 A, fasa S 1,286 A, fasa T 1,268 A. THD arus pada penghantar netral mengalami penurunan. Nilai penurunan THD pada penghantar netral 3188 menjadi 710,5. Besar nilai penurunan THD pada Penghantar netral sebesar 2477,5. Sedangkan THD pada penghantar fasa mengalami kenaikan. Nilai kenaikan THD pada fasa R 75,3 menjadi 85, pada fasa S 74,3 menjadi 84,2, pada fasa T 72,9 menjadi 81,3. Besar nilai kenaikan THD pada penghantar fasa sebesar 9,3. Penurunan nilai arus dan THD pada penghantar netral disebabkan karena komponen arus harmonisa urutan nol mengalami penurunan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.6b. Sedangkan kenaikan nilai THD pada penghantar fasa disebabkan karena pada penghantar fasa arus harmonisa urutan nol mengalami Universitas Sumatera Utara penurunan akan tetapi arus harmonisa urutan negatif mengalami kenaikan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.5b. Sehingga perbandingan antara jumlah arus harmonisa dengan arus fudamentar mengalami kenaikan setelah penggunaan zero sequence blocking transformer dengan belitan bifilar TR 2. Berdasarkan Persamaan 2.18 dapat dilihat bahwa nilai arus penghantar netral mengalami penurunan karena zero sequence blocking transformer dengan belitan bifilar TR 2 memiliki impedansi urutan nol yang besar. a Bentuk Gelombang Arus Fasa R b Spektrum Harmonisa Arus Fasa R Gambar 4.5. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2: a Bentuk Gelombang Arus Jala-jala Fasa R; b Spektrum Arus Harmonisanya Universitas Sumatera Utara a Bentuk Gelombang Arus Netral b Spektrum Harmonisa Arus Netral Gambar 4.6. Setelah Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer TR 2: a Bentuk Gelombang Arus Netral; b Spektrum Arus Harmonisanya

4.3. Penggunaan Zero Sequence Blocking Transformer Pada Kondisi Beban Bervariasi