10
penurunan bolos kerja dan pindah kerja, peningkatan ketrampilan, yang menimbulkan efek positif, yaitu meningkatya produktivitas kerja.
RUU Aparatur Sipil Negara ini menerapkan salah satu model terbaru Management
Sumber Daya
Manusia yaitu
Model Konfigurasional
Configurational Model yang mengasumsikan pentingnya kesesuaian antara strategi organisasi dengan kebijakan dan praktek Manajemen Sumber Daya
Manusia. Berlandaskan pada asumsi teoritis dan empiris sebagaimana diuraikan tadi,
Manajemen Sumber Daya Aparatur Sipil Negara yang diajukan dalam RUU bertujuan untuk menciptakan sumber daya Aparatur Sipil Negara Indonesia
yang mampu mendukung secara efektif pelaksanaan strategi pelaksanaan tugas tugas pemerintahan dan pembangunan nasional dalam rangka
mencapai tujuan Pembangunan Nasional yaitu mewujudkan Indonesia yang Maju, Makmur dan Mandiri pada Tahun 2025.
Untuk mewujudkan Sumber Daya Aparatur Sipil Negara dengan jumlah, komposisi, dan mutu sesuai dengan strategi pemerintahan Negara dan
pembangunan nasional sesuai dengan amanat UUD NKRI Tahun 1945, yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap dengan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Tahun 2005 2024, arah kebijakan dalam penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa dari perspektif manajemen sumber
daya aparatur sipil Negara adalah dengan menetapkan Aparatur Sipil Negara sebagai suatu profesi terhormat yang bebas dari intervensi politik, bebas dari
praktek KKN, dan memiliki kualifikasi dan kompetensi yang diatur dengan peraturan perundang undangan.
RUU Aparatur Sipil Negara mengandung ketentuan ketentuan pokok tentang manajemen
profesi Aparatur
Sipil Negara
yang mencakup
ketentuan ketentuan mengenai norma norma dasar, etika profesi untuk Aparatur Sipil Negara, kualifikasi dan standar kompetensi untuk tiap tiap
jabatan dalam profesi Aparatur Sipil Negara, pengadaan, pembinaan, pemberhentian, penggajian dan kesejahteraan, dan penyelesaian sengketa
antara pegawai dan atasan, serta tata kelembagaan yang mengatur profesi tersebut.
Unsur unsur manajemen kepegawaian yang diatur dalam RUU ASN ini meliputi:
1. Kelembagaan Dalam Pembinaan Aparatur Sipil Negara
RUU ASN ini disusun sebagai pelaksanaan dari UUD NKRI Tahun 1945 Pasal 4 ayat 1 yang menetapkan penyelenggara tertinggi pelaksanaan
pemerintahan Negara termasuk fungsi pembinaan terhadap profesi Aparatur Sipil Negara dan dalam manajemen pengembangan sumber daya
Aparatur Negara berada pada Presiden Republik Indonesia Dalam pelaksanaan pembinaan TNI sebagai Aparatur Militer Negara, Presiden
mendelegasikan kewenangan administrasi dan personalia kepada Menteri Pertahanan, dan kewenangan penggunaan kekuatan militer kepada
Panglima TNI. Dalam pembinaan Polri, Presiden mendelegasikan kewenangannya kepada Kapolri.
Dalam pembinaan pegawai ASN, sesuai ketetapan UUD NKRI Tahun 1945 Presiden dibantu oleh
Menteri, KASN, LAN, dan BKN dengan rincian: 1 Menteri berkaitan dengan kewenangan
perumusan kebijakan umum pendayagunaan Pegawai ASN; 2 KASN berkaitan dengan
kewenangan perumusan
kebijakan pembinaan
profesi ASN
dan pengawasan
11
pelaksanaannya pada Instansi dan Perwakilan; 3 LAN berkaitan dengan
kewenangan penelitian dan pengembangan administrasi pemerintahan
negara, pembinaan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN, dan
penyelenggaraan Akademi Aparatur Sipil Negara; dan 4 BKN berkaitan dengan
kewenangan pembinaan
manajemen Pegawai
ASN, penyelenggaraan seleksi nasional
calon Pegawai ASN, pembinaan Pusat Penilaian Kinerja Pegawai ASN, pemeliharaan dan
pengembangan Sistem Informasi Pegawai ASN, dan pembinaan pendidikan fungsional analis
kepegawaian. Menteri berwenang menetapkan kebijakan pendayagunaan Pegawai ASN
sebagai berikut: a menetapkan analisis keperluan Pegawai ASN untuk
semua Instansi dan Perwakilan; b menetapkan klasifikasi jabatan Pegawai
ASN; c menetapkan skala penggajian dan tunjangan Pegawai ASN; d
menetapkan sistem pensiun Pegawai ASN; e melakukan pemindahan Pegawai ASN antar-jabatan, antar-daerah, dan antar Instansi; f
memberhentikan Pegawai ASN yang diangkat sebagai Pejabat Negara dari
jabatan organik ASN; g mengaktifkan status kepegawaian Pegawai ASN
yang telah menyelesaikan tugas sebagai Pejabat Negara; h mengangkat
kembali Pegawai ASN yang telah menyelesaikan masa bakti sebagai Pejabat
Negara pada jabatan ASN; i menindak Pejabat yang Berwenang atas penyimpangan
terhadap tata cara manajemen Pegawai ASN yang ditetapkan dengan peraturan perundangundangan;
dan j mengoordinasi pelaksanaan tugas BKN dan LAN.
Komisi Aparatur Sipil Negara KASN merupakan lembaga negara yang bersifat
mandiri dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya bebas dari campur tangan danatau intervensi kekuasaan negara. KASN dimaksud
berwenang: a menetapkan peraturan mengenai kebijakan pembinaan profesi ASN; b
melakukan pengawasan pelaksanaan peraturan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c
melakukan penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran peraturan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a; dan d melakukan manajemen kepegawaian Aparatur Eksekutif Senior. Selain
wewenang di atas, KASN berwenang menyampaikan saran kepada Presiden, Menteri, kepala
daerah, atau pimpinan penyelenggara negara lainnya guna perbaikan dan peningkatan kekuatan
dan kemampuan ASN. Lembaga Administrasi Negara LAN berwenang: a melakukan kegiatan
pengkajian; b
merencanakan dan
menyelenggarakan pembinaan
pendidikan dan pelatihan untuk pengembangan kapasitas ASN; dan c
menyelenggarakan Akademi Aparatur Sipil Negara. Adapun Badan Kepegawaian Negara BKN berwenang menyelenggarakan
pembinaan manajemen kepegawaian ASN, seleksi nasional calon Pegawai
ASN, menyelenggarakan Pusat Penilaian Kinerja Pegawai ASN, dan
pembinaan pendidikan fungsional analis kepegawaian. BKN bertanggung jawab memelihara dan mengembangkan Sistem
Informasi Pegawai ASN melalui: a pengumpulan data dan pencatatan
informasi Pegawai ASN; b pemberian informasi data Pegawai ASN; dan c
penataan administrasi Pegawai ASN.
2. Pengadaan Pegawai ASN dan Pegawai Aparatur Eksekutif Senior a. Pengadaan PNS dan PTTP