Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Menjahit di LKP Mandiri

65 sukses menjadi gambaran bagi peserta kursus agar mereka dapat mencontoh kesuksesannya. Kesuksesan mereka diperoleh dengan kerja keras dan belajar yang giat. Oleh sebab itu, peserta kursus menjahit juga harus menerapkan kiat-kiat yang diberikan oleh mereka yang telah sukses di bidang menjahit. Peningkatan motivasi belajar dilakukan dengan cara sederhana namun dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Peserta kursus lebih tertarik untuk memperhatikan cerita sukses success story yang diberikan oleh alumni-alumni kursus menjahit di LKP Mandiri daripada dengan pemberian motivasi yang biasa. Peserta kursus juga mempraktekkan kiat-kiat yang diberikan oleh alumni- alumni tersebut agar mencapai kesuksesan yang sama.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kursus Menjahit di LKP Mandiri

a. Perencanaan Pelaksanaan pembelajaran kursus menjahit membutuhkan perencanaan yang matang guna mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan kursus di LKP Mandiri dilakukan secara baik sebelum proses pembelajaran berlangsung. Persiapan pelaksanaaan ini melibatkan pihak penyelenggara yaitu pengelola LKP Mandiri, pendidik dan peserta kursus. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pengelola “SH” sebagai berikut : “Dalam hal perencanaan saya sebagai instruktur biasanya menunggu tugas dari pengelola, agar apa yang direncanakan dan dipersiapkan sesuai dengan target yang 66 dicapai, walaupun dalam merencanakan memang antara pengelola dan instruktur saling bertukar pikiran”. Seperti yang disampaikan oleh salah satu peserta kursus yaitu “SR” sebagai berikut : “Perencanaan dalam kursus di LKP Mandiri dipersiapkan dengan baik. Bahan ajar dipersiapkan sesuai dengan materi pembelajaran yang diberikan”. Hal tersebut disanggah oleh “SY” selaku pengelola yaitu sebagi berikut : ”Sebagai pengelola kami telah mempersiapkan apapun yang harus dipersiapkan agar bisa memenuhi persiapan Standar Nasional yang diberlakukan, misalkan materi belajar maka kami kan menyiapkan bahan ajar sesuai dengan materi pembelajaran tersebut”. Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa program kursus menjahit yang dilaksanakan oleh LKP Mandiri dipersiapkan dan direncanakan dengan terperinci. Perencanaan dilakukan oleh ketua,pengelola dan instruktur agar dalam pelaksanaannya dapat terlaksana dengan maksimal sesuai dengan Standar Nasional yang berlaku. 1 Analisis situasi dan Identifikasi kebutuhan Analisis situasi danidentifikasi kebutuhan menjadi salah satu hal utama dalam penentuan langkah yang akan dilakukan.Sebelum mengidentifikasi kebutuhan yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menganalisis situasi. Analisis situasi dilakukan di LKP Mandiri dan di lingkungan sekitar tempat penelitian. Peneliti menganalisis situasi dan keadaan agar nantinya 67 program kursus yang dilaksanakan dapat sesuai dan memenuhi permintaan lingkungan. Langkah selanjutnya yang dilakukan setelah analisis situasi adalah mengidentifikasi kebutuhan. Identifikasi kebutuhan dilakukan dengan melihat apa yang dibutuhkan oleh peserta kursus dan potensi apa yang dimilikinya. Identifikasi kebutuhan dilakukan oleh penggelola LKP Mandiri langsung pada peserta kursus dan warga sekitar ataupun tokoh masyarkat, sehingga program yang dirancang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peserta kursus, dan peserta kursuspun akan lebih bersemangat apabila dalam program kursus menjahit merupakan pendidikan keterampilan yang bisa langsung mereka aplikasikan untuk kehidupanya, seperti penyataan oleh “SY” penggelola program “sebelum program ini berlangsung kami selaku pengelola selalu mengadakan identifikasi kebutuhan dari peserta kursus sasaran kita mas, agar apa yang kita lakukan bisa sesuai dengan minat mereka, contoh ya; mereka mayoritas perempuan lulusan SMA yang belum mendapatkan pekerjaan mas; nah maka kita selaku pengelola bisa membaca potensi dan kebutuhan mereka sehingga sesuai.Selain itu proses identifikasi termasuk juga ketersediaan instruktur , sarana prasarana dan media pembelajarannya ”. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan “SH” selaku instruktur kursus menjahit bahwa: “identifikasi menjadi landasan bagi kami dalam melaksanakan program mas, peserta kursus akan lebih senang, nyaman dan menikmati pembelajaran apabila ilmu yang diajarkan bisa langsung dipraktekan dan dimanfaatkan untuk kehidupannya ”. 68 Sesuai hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis situasi dan identifikasi kebutuhan manjadi hal terpenting bagi pengelola dalam merencanakan program, agar tepat sasaran dan evisien meliputi peserta kursus, instruktur, sarana prasarana, alat dan media pembelajaran yang digunakan kesemuanya akan mampu menjadikan program tersebut tepat pada sasaran dan mencapai tujuan yang diinginkan. 2 Peserta Kursus dan Pelatihan keterampilan menjahit Peserta dalam kursus dan pelatihan keterampilan menjahit yang dilaksanakan oleh LKP Mandiri merupakan masyarakat yang mayoritas berdomisili di wilayah sekitar Boyolali dan Klaten Jawa Tengah. Usia dari peserta kursus berada pada rentang 18-25 tahun dengan didominasi pendidikan terakhirnya setingkat SMA Sekolah Menengah Atas. Seperti yang diutarakan oleh “FY” selaku pengelola bahwa: “peserta kursus di sini usianya muda-muda mas mereka kebanyakan lulusan SMA. Asal mereka dari wilayah Boyolali dan sekitar K laten”. Hal serupa diperkuat oleh pernyataan dari “SP” instruktur di LKP Mandiri: “peserta kursus kebanyakan rumahnya di daerah Boyolali sini masnamun ada juga yang dari daerah Klaten. Umur mereka sekitar 18- 25 tahun”. Pernyataannya juga disanggah oleh “DA” selaku peserta kursus: 69 “umur saya 20 tahun mas baru lulus dari SMA 2 tahun yang lalu dan tempat tinggal saya berada di kecamatan Mojosongo Boyolali. Teman-teman kursus di sini kebanyakan sepantaran dengan saya. Rumah mereka juga sama di Boyolali”. Untuk daftar peserta kursus dan alamat rumah dapat dilihat dalam tabel di bawah ini. Tabel berikut bersumber dari dokumentasi arsip di LKP Mandiri. Tabel 3. Daftar Peserta Kursus LKP Mandiri No Nama Peserta Kursus Alamat Rumah 1 SR Badran RT03RW1, Brajan Mojosongo 2 SS Pacalan Bendan, Banyudono 3 RA Teras RT06RW01 Teras 4 SH Perum Gupitsari Teras 5 DA Maloan, Teras 6 PW Semaran, Jurug, Mojosongo 7 RW Sumur Kulon RT02RW03 Musuk 8 ST Kalicebong Krasak Teras 9 WS Teras, Teras 10 DES Plumutan, Dukuh, Banyudono 11 HT Slembi Karangnongko 12 NI Kopen Teras 13 DW Cendol, Bangsalan, Teras 14 NI Glintang, Sambi 15 MY Brongkos, Sambi 16 AD Sidorejo, Kopen 17 SN Pulerejo, Madu, Mojosongo 18 ODH Barengan Salakan Teras 19 NF Tulung, Klaten 20 DM Sidomulyo, Mojosongo Sumber: Dokumentasi LKP Mandiri Peserta kursus menjahit di LKP Mandiri merupakan perempuan berusia muda dan ibu-ibu muda yang belum bekerja. 70 Mereka mengikuti kursus menjahit karena ingin mempunyai pengetahuan dan keterampilan menjahit. Selain itu, ada hal yang membuat mereka semakin tertarik untuk mengikuti kursus menjahit di LKP Mandiri. Hal tersebut adalah karena setelah lulus dari kursus menjahit, peserta kursus dijanjikan untuk langsung dapat bekerja di perusahaan garmen yang telah bekerja sama dengan LKP Mandiri. Mereka juga menganggap bahwa LKP Mandiri merupakan lembaga kursus yang sudah memberikan bukti bahwa lulusan dari sana kini telah bekerja di perusahaan garmen. Seperti yang disampaikan oleh “RA” peserta kursus bahwa: “saya ikut kursus menjahit di LKP Mandiri karena ingin bisa menjahit mas. Kalau kursus menjahit disini bisa langsung bekerja di garmen soalnya lembaga ini sudah bekerja sama. Sudah banyak mas lulusan sini yang langsung bekerja di garmen. Saya jadi tertarik karena ingin juga bisa langsung bekerja jadi bisa ikut mem bantu suami”. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh “SR” peserta kursus bahwa: “tertarik ikut kursus menjahit di sini soalnya nanti kalau sudah lulus bisa langsung kerja di garmen mas. Saya kan tadinya nganggur jadi ikut kursus biar bisa menjahit terus bisa ikut kerja di garmen”. 3 Pendidik instruktur pelatihan keterampilan kursus menjahit Dalam pelatihan keterampilan kursus menjahit di LKP Mandiri, instruktur menduduki peran yang sangat sentral. Peran instruktur dalam pembelajaran kursus menjahit tidak hanya menyampaikan materi, namun sebagai orang yang bisa 71 memberikan pendidikan dengan model pendekatan. Seseorang yang menguasai teknik membelajarkan orang dewasa, memahami karakteristik pendidikan orang dewasa, dan memahami potensi yang dimiliki oleh peserta kursus. Instruktur yang mengampu dalam pembelajaran di LKP Mandiri merupakan mereka yang telah berpengalaman berbicara di depan umum dan mempunyai kompetensi dan keahlian secara akademik, teori dan praktekmanjahit sesuai dengan pernyataan “SY” selaku pegelola “instruktur yang kami pilih untuk mengajar kursus menjahit di sini merupakan instruktur yang telah menguasai ilmu dalam menjahit dan berpengalaman dalam hal mengajar dan mampu melihat potensi dari peserta kursus”. Pernyataan tersebut di perkuat oleh “SH” instruktur kursus: “saya menjadi instruktur kursus menjahit di sini sejak awal berdiri sampai sekarang. Sebagai instruktur saya harus mempunyai kompetensi dalam hal menjahit baik teori maupun prakteknya. Selain itu saya juga harus dapat membaca potensi dan menumbuhkan motivasi peserta kursus”. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa instruktur kursus menjahit di LKP Mandiri merupakan instruktur yang telah menguasai dan berkompeten di bidangnya. Selain itu, istruktur juga dituntut untuk dapat menyampaikan ilmunya kepada peserta kursus. Mereka juga telah mempunyai pengalaman dan mampu melihat, mengembangkan dan memberi motivasi kepada peserta kursus. Adapun daftar instruktur kursus menjahit di LKP Mandiri dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: 72 Tabel 4. Daftar Instruktur Kursus Menjahit LKP Mandiri No. Nama Pendidikan TerakhirSertifikat Kompetensi 1. SY S1level 2 2. SH S1terampil 3. SP SMAterampil Sumber: dokumentasi LKP Mandiri 4 Penentuan materi pelatihan keterampilan kursus menjahit Materi yang diberikan dalam kursus menjahit di LKP Mandiri ini dirancang dengan memperhatikan dan penyesuaian dengan kebutuhan peserta didik, pengembangan pelatihan, sesuai dengan kebutuhan pasar kerja serta disesuaikan dengan kondisi dan latar belakang peserta didik.Selain itu materi yang dibuat harus berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan SKL dan kurikulum yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional SKKNI. Se perti yang diungkapkan oleh “FY” pengelola bahwa: “pembuatan materi disini berdasarkan Kompetensi Lulusan SKL dan kurikulum yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional SKKNI dan menyesuaikan kebutuhan peserta kursus dan permintaan pasar kerja”. Pernyataan tersebut disanggah dan ditambah oleh “SY” pengelola bahwa: “materi kursus menjahit yang diberikan di LKP Mandiri harus disesuaikan dengan apa yang peserta kursus butuhkan beserta kondisi dan latar belakangnya, serta disesuaikan juga dengan permintaan pasar kerja. Selain itu dalam pembuatannya juga harus berdasar pada Kompetensi Lulusan SKL dan kurikulum yang mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional SKKNI”. 73 LKP Mandiri dalam menyampaikan materi kepada peserta didik selalu mengacu dan berusaha untuk semaksimal mungkin memenuhi kebutuhan dari peserta kursus. Materi yang diberikan juga senantiasa mengacu pada SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. Walaupun dalam pelaksanaannya belum sepenuhnya sempurna namun LKP Mandiri berusaha sebaik mungkin untuk dapat memberikan materi dan membentuk lulusan sesuai dengan SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. 5 Penentuan sarana prasarana pelatihan keterampilan kursus menjahit Penyediaan sarana prasarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program-program yang ada di LKP Mandiri merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan setiap program. Adapun saran prasarana yang ada di LKP Mandiri dapat dilihat pada tabel berikut: a. Sarana Pendidikan Tabel 5. Sarana LKP Mandiri Jenis Sarana Jumlah Peralatan utama 1. Mesin jahit high speed 20 unit 2. Mesin obras 2 unit 3. Mesin lubang kancing 1 unit 4. Mesin neci 1 unit 5. Mesin pembuat kancing bungkus 1 unit 6. Mesin otomatis 1 unit 74 7. Mesin over deck 1 unit 8. Mesin waist bant 1 unit 9. Mesin jahit manual 15 unit 10. Mesin bordier 3 unit Peralatan pendukung 1. Boneka pasdummy 3 unit 2. Gunting potong 10 unit 3. Alat ukur tubuh 20 unit 4. Kertas pola 50 lembar 5. Gunting benang 12 buah 6. Kapur jahit 5 Pck 7. Penggaris pola 10 set 8. Jarum jahit mesin high speed 10 pack 9. Benang jahit 5 lusin 10. Meja potong 2 unit 11. Kursi praktek 40 unit 12. Jarum pentul 10 pack 13. Jarum tangan 5 dus 14. Jarum jahit manual 5 dus 15. Benang obras 10 rol 16. Kursi teori 20 unit 17. Papan tulis 2 buah Sumber: dokumentasi LKP Mandiri Berdasarkan tabel sarana di atas, dapat terlihat bahwa mesin utama yang dipakai dalam pembelajaran kursus menjahit di LKP Mandiri adalah mesin jahit high speed dengan jumlah 20 buah. Adapun sarana pendukung lainnya juga mempunyai perannya masing-masing dalam proses pembelajaran. Sarana yang ada dalam 75 tabel di atas menunjang keberhasilan pembelajaran kursus menjahit di LKP Mandiri. b. Prasarana Pendidikan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa prasarana yang ada di LKP Mandiri yang digunakan untuk proses kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah tempat belajar teori, ruangan belajar praktek dan ruang pendidik. Ruangan untuk belajar prakteknya cukup luas yaitu 100 m 2. Untuk tempat belajar teori seluas 20 m 2 dan ruang pendidiknya seluas 6 m 2 . Prasarana yang belum ada di LKP Mandiri yaitu ruang perpustakaan. Semua prasarana yang ada di LKP Mandiri menjadi penunjang pembelajaran kursus menjahit. LKP Mandiri berusaha dengan maksimal untuk menyediakan prasarana pendidikan agar peserta kursus dapat terpenuhi kebutuhannya dalam kegiatan belajar mengajar kursus menjahit. 6 Penentuan media pembelajaran pelatihan keterampilan kursus menjahit Media pembelajaran merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Apabila dalam pembelajaran tidak menggunakan media yang tepat maka materi yang akan disampaikan tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Pemilihan media pembelajaran disesuaikan dengan materi yang ingin diberikan dalam kursis menjahit. Adapun materi pembelajaran yang 76 digunakan dalam pembelajaran keterampilan kursus menjahit di LKP Mandiri terdiri dari buku ajar dan buku referensi. Buku ajar terdiri dari modul, buku teks dan hand out. Seperti yang diutarakan oleh “SP” selaku instruktur bahwa: “media pembelajaran yang dipakai di LKP Mandiri modul, hand out, buku ajar dan buku- buku referensi”. Pernyataan tersebut diperkuat oleh “SH” selaku instruktur bahwa: “media yang dipakai untuk pembelajaran kursus menjahit di sini terdiri dari buku ajar, modul, hand out, buku referensi dari tingkat dasar, tingkat terampil, tingkat mahir dan ditambah juga dengan majalah- majalah fashion”. Sedangkan untuk buku referensi terdiri dari buku menjahit tingkat dasar, buku menjahit tingkat terampil, buku menjahit tingkat mahir dan majalah-majalah fashion.Media-media tersebut digunakan oleh instruktur dalam pembelajaran agar peserta kursus dapat lebih mudah menerima materi yang diberikan. 7 Perencanaan evaluasi Perencanaan evaluasi yang akan digunakan dalam pembelajaran kursus keterampilan menjahit di LKP Mandiri dilaksanakan untuk mengetahui dan menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Selain itu, evaluasi juga digunakan untuk mengetahui apakah program kursus yang dilaksanakan sudah sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang 77 dibuat. Berdasarkan hasil wawancara dengan oleh “SH” instruktur kursus bahwa: “evaluasi yang diterapkan di LKP Mandiri ada 2mas yaitu evaluasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi dala m penilaian hasil pembelajaran.” Pernyataan tersebut diperkuat oleh “SY” pengelola bahwa: “agar pelaksanaan kursus menjahit di LKP Mandiri berjalan sesuai dengan perencanaan dan tujuan maka evaluasi dilakukan dengan 2 tahap yaitu evaluasi dalam pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi dalam penilaian hasil pembelajaran.” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaannya, evaluasi akan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi dalam penilaian hasil pembelajaran. b. Pelaksanaan 1 Alokasi waktu dalam pelatihan keterampilan kursus menjahit Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan pengelola dan instruktur diperoleh informasi bahwa alokasi waktu pembelajaran yang diberlakukan di LKP Mandiri dibedakan berdasarkan levelnya. Seperti yang diutarakan oleh “FY” pengelola bahwa: “pembagian waktu pembelajaran disini dibedakan menjadi dua mas sesuai dengan levelnya masing-masing. Setiap hari Senin sampai Jumat, jam 8 sampai jam 11 mas ”. Pernyataan tersebut disanggah oleh “SH” instruktur kursus bahwa: 78 “kursusnya tiap hari Senin sampai Jumat jam 8 sampai 11. Pembagian waktunya berdasarkan levelnya mas, level I atau level II. Soalnya materinya berbeda jadi alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran juga tidak sama. ” Sesuai wawancara di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alokasi dan beban yang diberikan kepada peserta kursus dibagi menjadi dua 2 sesuai dengan levelnya masing-masing. Peserta kursus menjahit di LKP Mandiri harus mengikuti dan menguasai materi kursus level I karena pada level ini merupakan dasar untuk menuju level II. Pertemuan kursus pada level II lebih banyak yaitu sejumlah 50 kali pertemuan dibandingkan dengan level I yang hanya sebanyak 25 kali. Pertemuan untuk level II lebih banyak karena pada level ini materi yang diberikan lebih beragam dan lebih sulit daripada level I. Untuk setiap harinya beban jam yang diberikan sama pada setiap levelnya, yaitu 4 jam perhari dengan pertemuan sebanyak 6 kali perminggunya. Pernyataan “SY” pengelola bahwa: “di LKP Mandiri ini, kegiatan belajarnya menggunakan teori dan praktek dengan perbandingan 20 untuk teori dan 80 untuk prakteknya”. Hal serupa juga diungkapkan oleh “SH” instruktur kursus bahwa: “KBM disini ada dua mas, yaitu teori dan praktek. Tapi perbandingannya lebih banyak ke praktek dari pada teori ya sekitar 80 dibanding 20 mas”. Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa materi kursus menjahit yang diberikan di LKP Mandiri 79 menggunakan 2 kegiatan dalam pembelajaran yaitu teori dan praktek. Adapun prosentase antara teori dan prakteknya lebih banyak ke praktek. Hal ini diberlakukan karena dalam kursus menjahit lebih menggunakan keahlian praktek guna menumbuhkan keterampilan menjahit bagi peserta kursusnya. Prosentase rata-rata kegiatan belajar mengajar antara teori dan praktek sebesar, 20 untuk teori dan prakteknya80 . 2 Materi keterampilan kursus keterampilan menjahit Materi yang diberikan di pelatihan kursus menjahit LKP Mandiri berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara diperoleh informasi bahwa materi diberikan kepada peserta kursus dibedakan menjadi dua level yaitu level I dan level II. Materi pada level II lebih banyak dan lebih rumit jika dibandingkan dengan level I. Level II dipersiapkan untuk masuk ke dalam dunia industri atau membuka usaha menjahit secara pribadi. Materi yang diberikan dalam kursus menjahit di LKP Mandiri disesuaikan dengan SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional IndonesiaAdapun materi yang diberikan di dalam kursus menjahit dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 6. Materi Pembelajaran Kursus Menjahit LKP Mandiri LEVEL I LEVEL II Kesehatan dan keselamatan kerja Menjahit dengan alat jahit Melaksanakan pelayanan prima Membaca sketsa gambar Mengukur tubuh 80 tangan Menjahit dengan mesin 1 Melakukan penyetrikaan Memelihara alat jahit Membuat pola pakaian I Membuat pola pakaian II Merencanakan kebutuhan bahan pakaian Memotong bahan pakaian Menjahit dengan mesin II Mengoperasikan beberapa mesin Pelatihan wirausaha mandiri Sumber: dokumentasi LKP Mandiri Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa materi yang diberikan dalam kursus menjahit di LKP Mandiri disesuaikan dengan kebutuhan peserta kursus. Selain itu, materi-materi tersebut juga harus mengikuti permintaan DUDI dunia usaha dan dunia industri agar nantinya setelah lulus dari kursus peserta dapat menggunakan keterampilannya untuk bekerja.Meskipun dalam pelaksanaanya belum sepenuhnya sempurna seperti dalam SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia namum LKP Mandiri selalu berusaha dan terus memenuhi kebutuhan agar sesuai dengan SKKNI Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia. 3 Metode pelatihan keterampilan kursus menjahit Metode merupakan salah satu komponen penting dalam pembelajaran yang dilaksanakan. Pemilihan metode pembelajaran tepat guna, berdaya guna dan berhasil guna merupakan suatu awal keberhasilan dari instruktur untuk menghantarkan peserta didiknya 81 mencapai tujuan pembelajaran kursus menjahi yang diharapkan. Seperti hasil wawancara dengan “RA” peserta kursus bahwa: “metode yang dipake instruktur di sini dengan metode sistem bimbingan sama sistem latihan praktek langsung mas”. Hal t ersebut diperkuat oleh pernyataan “SY” pengelola bahwa: “dalam proses pembelajaran kursus menjahit di LKP Mandiri dilaksanakan dengan dua metode mas yaitu sistem bimbingan dan sistem latihan praktek langsung mas ”. Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode pembelajaran yang digunakan di LKP Mandiri menggunakan dua metode. Metode pertama adalah dengan sistem bimbingan dari instruktur kepada peserta kursus dan metode pembelajaran kedua adalah dengan sistem latihan praktek langsung namun tetap di bawah pengawasan dari instruktur. Sebelum metode sistem bimbingan dan sistem latihan praktek, LKP Mandiri dulunya memakai metode ceramah. Namum metode ceramah kurang efektif digunakan dalam pembelajaran karena peserta kursus kurang berminat untuk mengikuti dan memperhatikan materi yang dibrikan oleh instruktur. Setelah pengelola, instruktur dan peserta kursus melakukan evaluasi pembelajaran maka diperoleh kesimpulan bahwa metode ceramah yang digunakan kurang menarik sehingga peserta kursus tampak acuh tak acuh. Kemudian metode yang dipakai diganti agar peserta 82 kursus dapat lebih tertarik dalam pembelajaran dan penyampaian materi menjadi lebih efektif. c. Evaluasi 1 Bentuk evaluasi yang dilaksanakan pada pelatihan kursus menjahit di LKP Mandiri Evaluasi yang dilaksanakan dalam pelatihan kursus menjahit di LKP Mandiri bertujuan untuk mengetahui apakah program pelatihan dan kursus menjahit yang dilaksanakan tersebut sudah sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang diharapkan atau belum. Di dalam prosesnya, evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat pertengahan program dan di akhir program saat pelaksanaan program pelatihan kursus menjahit. Seperti yang diutarakan oleh “SH” instruktur kursus bahwa: “evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali mas pada pertengahan program dan pada saat akhir program kursus”. Pernyataan tersebut diperkuat oleh “FY” pengelola bahwa: “Evaluasi pembelajaran disini ada 2 mas yaitu saat tengah program dan diakhir pelaksanaan program”. Adapun bentuk evaluasi yang dilakukan dalam kursus menjahit di LKP Mandiri kepada peserta kursus ada dua yaitu tes tertulis dan lisan serta tes praktek. Kedua tes berikut dilakukan untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan selama ini dapat diterima dengan baik oleh peserta kursus atau belum. Seperti yang diutarakan oleh “RA” peserta kursus bahwa: 83 “disini tesnya ada tes praktek menjahit terus ada juga tes tertulis dan tes lisan mas”. Pernyataan tersebut disanggah oleh “SY” pengelola bahwa: “bentuk evaluasi yang diterapkan di LKP Mandiri ada dua mas, yaitu tes tertulis dan lisan serta tes praktek”. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua bentuk evaluasi yang dilaksanakan di LKP Mandiri yaitu tes tertulis dan lisan serta tes praktek. Selain itu, evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak ilmu yang dapat diserap oleh peserta kursus terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. 2 Aspek yang dievaluasi pada pelatihan keterampilan kursus menjahit Aspek-aspek yang dievaluasi dalam pelatihan kursus di LKP Mandiri disesuaikan dengan materi yang diberikan pada saat pembelajaran. Seperti yang diutarakan oleh “WS” peserta kursus bahwa: “kalau yang dievaluasi itu sama mas dengan materi yang diberikan saat kursus kemarin. Jadi, hasil belajar kita kemarin dinilai diakhir kursus”. Pernyataan tersebut diperkuat oleh “SY” pengelola bahwa: “aspek-aspek yang dievaluasi pada kursus menjahit di LKP Mandiri disesuaikan dengan materi yang diberikan pada saat kegiatan belajar mengajar mas. Jadi ya materi yang diujikan mengacu pada materi, soalnya kan evaluasi juga digunakan untuk mengukur ketercapaian dari proses pembelajaran yang telah dilakukan”. 84 Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti diperoleh informasi bahwa aspek yang digunakan dalam evaluasi tetap mengacu pada materi yang diberikan pada saat kegiatan belajar mengajar. Aspek-aspek yang dievaluasi merupakan bagian dari materi yang diberikan. Evaluasi dilakukan agar lulusan kursus menjahit dari LKP Mandiri telah menguasai materi dan praktek menjahit. Selain itu, peserta juga dievaluasi agar nantinya perusahaan garmen yang menjadi mitra merasa puas telah bekerja sama dan mengambil tenaga kerja dari lulusan kursus menjahit LKP Mandiri. Adapun yang termasuk dalam materi evaluasi dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 7. Materi Evaluasi LKP Mandiri LEVEL I LEVEL II Mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan kerja Menggunakan alat jahit tangan Menjahit bagian bagian potongan pakaian Menganalisa sketsafaham gambar Mengukur bentuk tubuh pelanggan Mengubah pola dasar sesuai ukuran pelanggan Mengubah pola dasar Memotong bahan Menjahit bagian-baggian potongan pakaian Mengoperasikan mesin jahit Membuat produk Sumber: dokumentasi LKP Mandiri 85

3. Dampak Kursus Menjahit di LKP Mandiri Terhadap Peningkatan Ekonomi Alumni Kursus