Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Arizona, Yance, Erasmus Cahyadi, et.al. 2015. “Kepemimpinan Presiden Joko Widodo Menjadi Kunci Percepatan Pelaksanaan Perubahan Fundamental: Refleksi Dua Tahun Putusan MK 35PUU-X2012”. Jakarta: Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Epistema Institute. Arma Z. 2016. “Droe Keu Droe: Wilayah Adat Mukim Lango”, dalam Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan. Jakarta: Komnas HAM. Asia Paciic Forum of National Human Rights Institutions and Raoul Wallenberg Institute of Human Rights and Humanitarian Law. 2012. “Manual on Conducting a National Inquiry into Systemic Patterns of Human Rights Violations”. Sidney, Australia and Lund, Sweden: APF-NHRIs and RWI. Bobero A. 2016. “Ayah dan Ibu, Orang Togutil Dodaga”, dalam Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan. Jakarta: Komnas HAM. Buamona R. 2016. “Mata Rantai Orang Patani”, dalam Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan. Jakarta: Komnas HAM. Cahyono, Eko dan Franky YL. 2016. “Demi dan Atas Nama MIFFE, Suku Malind Dikorbankan”, dalam Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan. Jakarta: Komnas HAM. Dewan Kehutanan Nasional.2013. “Naskah Kebijakan Dewan Kehutanan Nasional DKN Tentang Nota Kesepakatan Bersama 12 Kementerian dan Lembaga Tentang Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan di Indonesia”.http:dkn.or.id20140117naskah- kebijakan-dewan-kehutanan-nasional-dkn-tentang-nota- kesepakatan-bersama-12-kementerian-dan-lembaga-tentang- percepatan-pengukuhan-kawasan-hutan-di-indonesia-2. Jakarta: DKN. Dianto. 2016. “Diusir dari Tanah Adat: Masyarakat Hukum Adat Talonang Terhempas Rezim Konsesi Perkebunan”, dalam Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan. Jakarta: Komnas HAM. Dore A. 2016. “Kami menolak tambang dan juga menolak hutan lindung karena sama saja, akan merampas tanah kami: Kasus perampasan wilayah adat di masyarakat adat Barambang-Katute Kabupaten Sinjai”, dalam Konflik Agraria Masyarakat Hukum Adat di Kawasan Hutan. Jakarta: Komnas HAM. Elmhirst, Rebecca. 2010. “Migrant Pathways to Resource Access in Lampung’s Political Forest: Gender, Citizenship and Creative Conjugality.” Geoforum 42: 173-183.