Komitmen dan Inisiatif Pemulihan Remedi Komitmen para Pihak

11 Ketiadaan prioritas dan lembaga setingkat menteri untuk penyelesaian konflik-konflik agraria termasuk kehutanan menjadikan konflik tanah dan agraria di wilayah MHA tidak pernah terselesaikan dengan tuntas dan menyeluruh. 12 Upaya MHA mempertahankan dan membela hak-hak tradisionalnya, mengakibatkan mereka menjadi korban pelanggaran HAM, khususnya hak atas rasa aman, dan menimbulkan konflik antar-MHA, sebagai akibat ketiadaan upaya pencegahan dan penyelesaian penuh oleh pemerintah. 13 Inkuiri Nasional menemukan adanya karakteristik khusus pelanggaran HAM: stigmatisasi separatisme di Papua, pengabaian hak-hak MHA dan kondisi ekosistem dalam pengembangan MIFEE di Papua; eksploitasi SDA di pulau- pulau kecil di Maluku dan Maluku Utara; dominasi eks kesultanan dalam politik lokal yang mengabaikan keberadaan MHA di Sumbawa, Maluku Utara, dan Sulawesi Selatan; privatisasi kawasan konservasi minim pengawasan oleh pemerintah menyebabkan pelanggaran HAM di Lampung.

B. Rekomendasi

146. Inkuri Nasional Komnas HAM menyampaikan rekomendasi yang didasarkan pada prinsip dasar “REMEDI” dan berorientasi pada pembaruan hukum yang mencakup tiga tataran saling terkait, yaitu. a Peraturan perundang-undangan; b Pembaruan kebijakan; c Kelembagaan. 147. Remedi remedy meliputi pokok-pokok berikut: 13 a Akses ke peradilan yang setara dan efektif; b Ganti kerugian reparation yang memadai, efektif, dan cepat atas kerusakan harm yang diderita; c Akses ke informasi yang relevan mengenai pelanggaran ganti kerugian. 13 Prinsip-prinsip dan Pedoman tentang Hak atas Remedi dan Ganti Kerugian bagi Korban Pelanggaran Hukum HAM Internasional yang Berat dan Pelanggaran Hukum Humaniter Internasional yang Berat resolusi Komisi tentang HAM PBB 200535 tertanggal 19 April 2005. 148. Remedi yang dilakukan secepatnya berupa ganti kerugian reparation dalam bentuk restitusi, rehabilitasi, kompensasi, pemenuhan rasa keadilan satisfaction. Remedi berlanjut berupa akses ke pengadilan yang setara dan efektif, dan akses ke informasi yang relevan mengenai pelanggaran HAM MHA dan mekanisme perolehan ganti kerugian reparation. 149. Dalam lingkup remedi, Inkuiri Nasional merekomendasikan hal-hal berikut : a Pemerintah perlu menempuh upaya rekonsiliasi antarmasyarakat untuk penyelesaian konflik horizontal akibat perbedaan pandangan tentang kehadiran korporasi dan tumpang tindih klaim tanah adat. Rekonsiliasi hendaknya juga diupayakan bagi penyelesaian konflik vertikal, antara MHA dan penyelenggara Negara; b penyelesaian konflik hak atas tanah yang sudah menahun perlu secepatnya dilakukan secara damai dengan didasari prinsip-prinsip penghormatan dan perlindungan HAM dan hak MHA. Penyelesaian konflik juga harus mempertimbangkan aspek pelestarian lingkungan hidup melalui moratorium perizinan, kegiatan korporasi dan aktivitas masyarakat kecuali terkait kegiatan tradisi. Rekonsialiasi harus juga dibarengi dengan upaya pemulihan para korban. c kepada MHA danatau warganya yang telah menjadi korban pelanggaran HAM dan untuk mencegah berulangnya pelanggaran HAM perlu diberkan remedi remedy. Ada dua kategori remedi yang perlu dilakukan, yaitu remedi yang dilaksanakan secepatnya dan remedi yang dilaksanakan secara berlanjut; d remedi yang dilakukan secepatnya berupa ganti kerugian reparation dalam bentuk. i. Restitusi ganti kerugian yang diberikan oleh korporasi atau lembaga yang dapat dianggap sebagai penanggung jawab terjadinya pelanggaran HAM yang bersangkutan kepada MHA, warganya, danatau keluarga warga dalam hal warga MHA yang bersangkutan telah meninggal, yang dapat berupa, antara lain pengembalian harta milik, pembayaran ganti kerugian untuk kehilangan atau kerusakan benda, dan pembayaran ganti kerugian atas kerusakan harm isik danatau mental atau atas biaya yang telah dikeluarkan oleh korban untuk penyembuhannya.