16
untuk  mencari  dan  menyelidiki  secara  sistematik,  kritis,  logis,  dan  analitis, sehingga  mereka  dapat  merumuskan  sendiri  penemuannya  dengan  penuh
percaya diri  Gulo, 2008. 4.
Pembelajaran  Kolaboratif  adalah metode pembelajaran yang  menggunakan interaksi  sosial sebagai  sarana membangun  pengetahuan didalamnya
diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok belajar yang dan setiap anggota kelompok tersebut harus bekerja sama secara
aktif  untuk  meraih  tujuan  yang  telah  ditentukan  dalam  sebuah  kegiatan dengan  struktur  tertentu  sehingga  terjadi  proses  pembelajaran  yang  penuh
makna, Barkley, dkk. 2012: 5.
5.
Model Direct Instruction pada  penelitian  ini  adalah  model  pengajaran  yang digunakan untuk menjelaskan konsep atau kemampuan baru kepada kelompok
besar  siswa,  memberikan  ujian  pemahaman  materi  dengan  berlatih  di  bawah pengarahan guru latihan kontrol dan mendorong mereka melanjutkan latihan
di  bawah  pengawasan  guru  latihan  terbimbing.  Model dicect  instruction mempunyai  karakteristik  yang  hampir  sama  dengan  model  pengajaran  yang
yang  diarahkan  oleh  guru  teacher  direction.  Pembelajaran  ini  juga  focus pada  kegiatan  guru  dan  pengorganisasian  kelas  yang  menekankan  pada
penggunaan  waktu  pembelajaran  dalam  kelas.  Fokus  utama  pembelajaran  ini adalah  terletak  pada  belajar,  dan  penekanan  pada  keterlibatan  siswa  dalam
melaksanakan tugas-tugas akademik Arends, 2008: 16.
114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan  hasil  penelitian  yang  telah  di  uraikan  pada  bab  sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model inkuiri  terbimbing berbasis kolaboratif dengan model  pembelajaran
langsung  Direct  Instruction, dimana  siswa  yang  menggunakan  model inkuiri  terbimbing berbasis kolaboratif memperoleh keterampilan  proses
sains sebesar 80,56 lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung DI sebesar 73,97.
2. Ada  perbedaan  yang  signifikan  antara keterampilan  proses  sains  siswa yang memiliki pemahaman konsep tinggi dan pemahaman konsep rendah.
Dari  hasil  ini  dapat  disimpulkan  bahwa siswa  yang  tingkat pemahaman konsep tinggi  memiliki keterampilan  proses  sains yang  tinggi sebesar
80,27 dan  siswa  yang  tingkat pemahaman  konsep rendah  memiliki keterampilan proses sains yang rendah sebesar 73,68.
3. Ada interaksi antara model pembelajaran dan pemahaman konsep terhadap keterampilan  proses  sains siswa. Keterampilan  proses  sains  siswa  yang
diajarkan  dengan  model  inkuiri  terbimbing  berbasis  kolaboratif dipengaruhi juga oleh pemahaman konsep, sedangkan keterampilan proses
sains  siswa  yang  diajarkan  dengan  model  DI Dari  hasil  ini  dapat
115
disimpulkan bahwa interaksi terjadi pada kelas DI tidak dipengaruhi oleh pemahaman konsep siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan  hasil  dan  kesimpulan  penelitian  ini,  maka  peneliti  memiliki beberapa saran untuk pembaca maupun peneliti selanjutnya:
1 Pelaksanaan model inkuiri  terbimbing berbasis kolaboratif memerlukan waktu  yang  cukup  lama,  khususnya  pada  saat  siswa yang  belum  terbiasa
menggunakan  alat-alat  percobaan  dalam  proses  pembelajaran  untuk menyelesaikan  lembar  kerja  siswa sehingga  alokasi waktu  harus  lebih
dipertimbangkan. 2 Supaya  siswa  mempunyai  persiapan  untuk  pertemuan  selanjutnya
hendaknya  pada  setiap  akhir  pembelajaran  diberitahukan  pada  siswa tujuan  dan  topik  pebelajaran  yang  akan  dipelajari  berikutnya. Dalam
pelaksanaan model inkuiri  terbimbing berbasis kolaboratif masalah  yang diberikan hendaknya lebih kontekstual.
3 Disarankan kepada peneliti lanjutan, kiranya dapat melanjutkan penelitian ini  dengan  menerapkan  model  pembelajaran  inkuiri  terbimbing  berbasis
kolaboratif dengan  bantuan  media  pembelajaran  yang  lebih  kreatif  dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.