Nita Nitiya Intan Tanbrin, 2015 PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan tempat belajar pertama yang dilakukan oleh anak karena dalam keluarga akan terlihat setiap detail perkembangan anak yang ia
lewati. Pendidikan pertama yang dimiliki oleh anak tentu saja berasal dari keluarga. Bagaimana ia dapat mengetahui lingkungan di sekitarnya tentu saja
berhubungan dengan stimulasi yang diberikan oleh keluarganya saat anak masih dalam tahap perkembangan usia balita. Dalam Gunarsa Yuli 2008, hlm. 17
bahwa: Jhon Locke memperkena
lkan teori “tabula rasa” mengungkapkan pentingnya pengaruh pengalaman dan lingkungan hidup terhadap
perkembangan anak. Ketika dilahirkan seorang anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsang-rangsang yang berasal dari
lingkungan. Orang tua menjadi tokoh penting yang mengatur rangsang-
rangsang dalam mengisi “secarik kertas” yang bersih ini. Orang tua dapat memberikan stimulasi kepada anak karena ia memiliki
pengalaman saat ia menjadi anak-anak atau saat memiliki saudara baru. Namun lain halnya jika orang tua diberikan tanggung jawab anak berkebutuhan khusus,
mereka akan kesulitan karena minimnya pengalaman dalam pengasuhan dan pendidikan awal bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak dengan
hambatan motorik Cerebral Palsy karena ia tidak dipersiapkan untuk menjadi orang tua dari anak cerebral palsy. Tidak aneh jika orang tua merasa kesulitan
dalam merawat dan mendidik anak cerebral palsy karena minimnya tempat untuk bertukar pengalaman dalam merawat anaknya. Kesulitan ini akan dirasakan
seperti yang disebutkan Stoneman dalam Smith, Romski, dkk. 2011, hlm. 135, “parents raising a child with disability face challenges that may not be shared by
parents of typically children.” Sebagai orang tua tentu akan sulit berbagi untuk
mendiskusikan permasalahan anaknya karena permasalahan anak berkebutuhan khusus memang tidak luas dikenal. Termasuk permasalahan pada anak cerebral
palsy.
Nita Nitiya Intan Tanbrin, 2015 PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Peter Rosenbaum 2006, hlm 9 menjelaskan bahwa cerebral palsy adalah gangguan permanen atau menetap pada perkembangan gerak atau motorik dan
sikap tubuh yang menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan yang bersifat mundur yang terjadi pada perkembangan janin atau otak
bayi. Gangguan motorik pada anak cerebral palsy seringnya disertai dengan gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, dan perilaku, gangguan epilepsi,
dan permasalahan muskuloskeletal sekunder. Permasalahan-permasalahan tersebut akan terlihat pada masa usia dini. Di masa ini pula terkadang orang tua
mengalami dilematis dalam penerimaan anak cerebral palsy, karena hambatan yang dimiliki oleh anak sangat terlihat perbedaannya diantara anak tipikal.
Sehingga permasalahan orang tua anak cerebral palsy tentu akan menjadi sangat kompleks. Permasalahan ini muncul dan dirasakan sangat berat biasanya ketika
anak cerebral palsy ini masih berusia dini. Usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam perkembangan unik,
karena proses perkembangannya tumbuh dan kembang terjadi bersama dengan golden age masa keemasan. Golden age merupakan waktu paling tepat untuk
memberikan stimulasi yang kuat kepada anak. Pada masa keemasan ini, kecepatan perkembangan otak sangat signifikan. Slamet Suyanto 2003, hlm. 6 menjelaskan
bahwa Golden age merupakan masa yang sangat tepat untuk menggali segala potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Masa ini peran orang tua sangat
penting dalam memberikan stimulasi kepada anak sehingga anak dapat melewati setiap perkembangannya dengan baik. Terlebih anak cerebral palsy yang memang
memiliki permasalahan dalam perkembangannya. Di masa perkembangan anak cerebral palsy, biasanya mereka memiliki perkembangan yang terlambat. Untuk
mengejar keterlambatan ini peran orang tua sangat dibutuhkan dalam memberikan stimulasi kepada anak, sehingga keterlambatan dalam perkembangan yang anak
hadapi tidak terlalu jauh dari perkembangan anak tipikal. Salah satu keterlambatan perkembangan yang anak cerebral palsy hadapi
adalah kemampuan motorik tangan. Kemampuan motorik tangan adalah kemampuan pertama yang dimiliki anak dalam perkembangan fisik di usia dini.
Saat menginjak umur nol tahun, kemampuan motorik tangan ini harus distimulasi sejak dini. Karena kondisi anak cerebral palsy yang sangat beragam terutama
Nita Nitiya Intan Tanbrin, 2015 PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
keadaan motorik halus dan kasar yang mengalami hambatan memungkinkan anak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari Activity Daily
Living. Sedangkan kemandirian anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari tersebut harus dilatih sedini mungkin sehingga kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari tersebut dapat dilakukan oleh dirinya sendiri dan hal ini pun membutuhkan latihan yang optimal dan berkelanjutan.
Ketika keluarga mengetahui anaknya mengalami hambatan ataupun keterlambatan di dalam perkembangan maka orang tua akan berkonsultasi dengan
dokter anak ataupun psikolog. Lalu sebisa mungkin mengupayakan untuk diberikan intervensi dini. Intervensi dini merupakan upaya pertolongan pada anak
yang mengalami hambatan. Intervensi dini berupa pendidikan atau pelatihan yang ditujukan untuk mempersiapkan anak dalam menghad
api kehidupan „yang sebenarnya
‟. Ketika mengupayakan intervensi dini, biasanya orang tua memberikan terapi-terapi yang dianjurkan oleh dokter anak atau psikolog dan hal
ini memberikan paradigma kepada orang tua bahwa ia telah menolong anaknya. Namun di sisi lain, orang tua merupakan pendidik utama saat anak berusia nol
sampai enam tahun. Peran orang tua sangat dibutuhkan dalam usia ini karena waktu anak bersama orang tua lebih banyak daripada dengan para terapis.
Kefektifan dalam mencapai perkembangan anak pun akan berbeda apabila intervensi dini ini dilakukan secara terus menerus, dengan kata lain bahwa orang
tua seharusnya ikut terlibat dalam intervensi dini. Bagaskorowati 2010, hlm. 87 menyatakan bahwa “pada dasarnya intervensi bertujuan menstimulasi perubahan
sebuah sistem yang mencakup anak, orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah yang menghendaki hasil-hasil positif secara bersama-
sama”. Intervensi dini untuk anak cerebral palsy hendaknya menempatkan orang
tua menjadi fokus utamanya. Sejalan dengan pernyataan dalam Individual with Disabilities Education Act Amandement IDEA tahun 1997 yang mengamanatkan
“orang tua adalah fokus dalam meningkatkan perkembangan komunikasi, kognitif, sosial, emosional, dan motorik anak
”. Orang tua merupakan orang pertama yang paling bertanggung jawab
terhadap perkembangan anaknya. Pendidikan pertama yang dilalui anak pun berasal dari orang tua. Oleh sebab itu, orang tua sangat perlu memiliki
Nita Nitiya Intan Tanbrin, 2015 PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan agar mereka dapat memberikan pendidikan dan pengasuhan yang optimal kepada anaknya dan mengoptimalkan
waktu yang dimiliki antara anak dengan orang tua untuk mengejar keterlambatan dalam perkembangan motorik anak. Untuk mendapatkan keterampilan tersebut,
kita sebagai guru pendidikan khusus sudah seharusnya memberikan pendampingan dan bimbingan dalam melakukan proses mendidik dan merawat
anaknya di dalam lingkungan keluarga. Pada observasi awal yang dilakukan di rumah subjek penelitian yaitu di
daerah Dago, Bandung, diketahui bahwa kondisi motorik tangan pada subjek yang berinisial S.S.A yang saat ini berusia 4 tahun mengalami cerebral palsy tipe
Spastic dan mengalami gangguan pada perkembangan motorik tangan. Kemampuan S.S.A dalam perkembangan motorik tangan dalam memegang benda
hanya pada memegang benda tersebut dengan mengenggam oleh tangannya. Sehingga untuk melakukan kegiatan motorik tangan biasanya S.S.A masih
memerlukan bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba melatih kemampuan motorik tangan SSA dengan program yang sudah disesuaikan
dengan kebutuhan S.S.A serta melibatkan langsung perang orang tua khususnya ibu anak untuk melakukan intervensi motorik tangan pada S.S.A yang sebelumnya
telah diberikan pelatihan untuk bekal kemampuan orang tua dalam melatih kemampuan motorik tangan S.S.A.
Melihat usia S.S.A yang masih pada masa anak usia dini dan masih memiliki banyak waktu dengan orang tuanya maka intervensi dini bersumber daya
keluarga ini dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik tangan S.S.A dengan melatih orang tua untuk melakukan intervensi motorik tangan pada anak
berupa intervensi dini yang melibatkan gerakan tangan, lengan, pergelangan tangan, hingga jari-jari. Setelah orang tua memiliki kemampuan untuk melatih
motorik tangan anak, orang tua pun dilatih untuk memiliki kemampuan intervensi kemampuan memegang benda untuk melakukan aktivitas sehari-hari dalam hal
makan dan minum. Dengan adanya intervensi dini bersumber daya orang tua ini diharapkan orang tua dapat berperan aktif dalam memberikan intervensi kepada
anaknya secara optimal dan kontinu.
Nita Nitiya Intan Tanbrin, 2015 PENGARUH INTERVENSI DINI BERSUMBER DAYA KELUARGA DALAM MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MOTORIK TANGAN ANAK CEREBRAL PALSY USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang pelatihan intervensi dini bersumber daya
keluarga dalam meningkatkan kemampuan motorik tangan anak cerbral palsy usia dini.
Jika anak cerebral palsy spastic tidak dilatih kemampuan motorik tangannya sejak usia dini, maka anak akan mengalami kesulitan dalam
mengerjakan aktivitas sehari-hari yang memerlukan kemampuan motorik tangan seperti kegiatan makan dan minum.
Pada penelitian ini diharapkan menjadi salah satu solusi dalam hal intervensi dini, serta menjadi inovasi baru yang bisa diterapkan kepada anak saat
anak masih usia dini yang memang memiliki banyak waktu bersama keluarga agar kemampuan motorik tangan dapat terus dilatih.
B. Identifikasi Masalah