Praanggapan Bahasa Karikatur Konsep

BAB II Konsep, Landasan Teori, dan Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep

2.1.1 Praanggapan

Yang dimaksud dengan praanggapan adalah asumsi penutur sebagai hal yang benar atau hal yang diketahui pendengar Cahyono, 1995:219. Ketika penutur menggunakan kata seperti “di sini”, dalam situasi biasa, dia mengasumsikan bahwa si pendengar mengetahui lokasi yang dimaksudkan secara lebih umum. Penutur merancang pesan-pesan linguistiknya berdasarkan asumsi- asumsi tentang sesuatu yang sudah diketahui pendengar.

2.1.2 Bahasa Karikatur

Bahasa karikatur menurut lazimnya sejak persuratkabaran dan permajalahan muncul di Indonesia bahasanya santai atau tidak baku. Bahasa karikatur seenaknya ditulis kadang-kadang dengan bahasa argot bahasa dan perbendaharaan kata yang bersifat rahasia dari suatu kelompok orang misalnya bahasa para pencopet dan tidak kurang lucunya malah menyegarkan. Media massa sesungguhnya memegang peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan bangsa karena media massa dibaca dan didengar oleh khalayak ramai dari berbagai tingkatan. Dalam karikatur tentunya ada interaksi antara teks atau bahasanya dengan gambar dan logika sehingga kita mudah memahaminya Natawijaya, 1986:118. Karikatur itu bersifat praktis, deskriptif, dan menyetuh hati.Karikatur merupakan Universitas Sumatera Utara salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dan mengena dalam penyampaian pesan ataupun kritik sosial. Dalam sebuah karikatur yang baik terlihat adanya perpaduan antara unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif dalam bentuk gambar kartun dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas. Komunikasi dengan mempergunakan bahasa adalah bersifat umum dan universal. Bila sifat itu dilihat dari fungsinya, bahasa memunyai fungsi sebagai berikut Keraf,1978:14: 1. Untuk tujuan praktis, yaitu komunikasi antarmanusia dalam pergaulan. 2. Untuk tujuan artistik, yaitu apabila manusia mengolah bahasa guna menghasilkan ungkapan yang seindah-indahnya, seperti dalam cerita,kisah,syair,puisi,gambar,lukisan,musik dan pahatan-pahatan. 3. Untuk tujuan filologis, yakni apabila kita mempelajari naskah-naskah kuno,latar belakang sejarah,kebudayaan,adat istiadat manusia, serta perkembangan bahasa. 4. Untuk menjadi kunci dalam mempelajari pengetahuan-pengetahuan lainnya.

2.1.3 Harian Kompas