Pranggapan dalam Bahasa Karikatur Harian Kompas (Kajian Pragmatik)

(1)

PRAANGGAPAN DALAM BAHASA KARIKATURHARIAN

KOMPAS

( KAJIAN PRAGMATIK )

SKRIPSI

OLEH

Hertina Nurhayati Ambarita

080701025

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakn bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya orang yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan sepengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali penulis yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang peniulis perbuat ini tidak benar, penulis bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang penulis peroleh.

Medan, juni 2012 Penulis,


(4)

PRAANGGAPAN DALAM BAHASA KARIKATUR HARIAN

KOMPAS

(KAJIAN PRAGMATIK)

Hertina Nurhayati Ambarita Fakultas Ilmu Budaya USU

Abstrak

Penelitian ini menganalisis praanggapan dalam bahasa karikatur harian Kompas (Kajian Pragmatik).Masalah dari penelitian ini yaitu apa tujuan dari pembuatan karikatur, bagaimana gambaran praanggapannya, pesan apa yang muncul dari karikatur, dan praanggapan mana yang dominan dalam harian Kompas edisi Mei 2011. Tujuan penelitian ini adalah memahami tujuan dari pembuatan karikatur, menggambarkan praanggapan karikatur dan mendeskripsikan pesan yang muncul dari karikatur harian Kompas edisi Mei 2011.Teori yang digunakan adalah praanggapan dari kajian pragmatik (Yule, 1996). Pengumpulan data digunakan dengan metode simak dengan teknik catat dan metode yang digunakan metode padan dengan metode pragmatik (Sudaryanto, 1993:13).Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pembuatan karikatur bertujuan untuk menyindir, gambaran praanggapan dalam harian Kompas edisi Mei 2011 menggambarkan karikatur yang bertemakan korupsi, dan terdapat dua jenis presuposisi yang terdapat dalam karikatur harian Kompas edisi Mei 2011 yaitu 8 karikatur yang termasuk presuposisi struktural dan 5 karikatur termasuk presuposisi faktif.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya yang tiada henti-hentinya kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkn terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya,

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si., selaku ketua Departemen

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen pembimbing akademik terima kasih atas perhatian dan kebaikan Bapak selama penulis menjalani perkuliahan.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, selaku Sekretaris Departemen Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Dwi Widayati, M.Hum., selaku pembimbing I dan ibu Dra. Rosliana Lubis selaku pembimbing II. Terima kasih atas kesabaran dan kesediaan ibu berdua dalam meluangkan waktu untuk membimbing penulis serta memberikan sumbangan pemikiran dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara, yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan, baik dalam bidang linguistik, sastra, maupun bidang-bidang umum lainnya, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

6. Kak Tika yang telah membantu penulis dalam hal administrasi di

Departemen Sstra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universits Sumatera Utara.

7. Kedua orang tua saya tersayang, ayahanda P.J. Ambarita, Ibunda L.Br. Samosir yang telah memberikan saya dukungan moral, material , kasih sayang yang tanpa batas dan doa yang tidak pernah berhenti. Kiranya kasih setia dan kemurahan Tuhan yang senantiasa memberkati kalian.

8. Kepada saudara-saudaraku yang terkasih, kak Pida, kak Mega, bang Denny, Bang Ronny, Bang Rido, dan sipudan kami Santa terimakasih atas doa dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

9. Terimakasih kepada Ipan Kydom (cibuku), yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan perkuliahan, ngantar jemput, dan membantu dalam segala hal, terima kasih buat semuanya.

10. Kepada teman-teman stambuk 2008, khususnya Ceri, Idea, Ayue, Paidun, Febry dan Charlie. Terima kasih untuk semangat dan selalu ada tiap penulis senang maupun sedih.

11. Kepasa senior 2005 kak Rapi, kak Vina, kak Intan,kak Eni dan kak Lilis yang selalu mengingatkan penulis untuk serius dalam menjalani kuliah.

12. Kepada Ika (Girly) terimakasih sudah membantu mencari referensi.

13. Kepada senior-senior 2007 Bang Cardo dan Bang Reza, dan Bang Naek, terimakasih untuk motivasinya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga berkat Tuhan melimpah bagi kita semua.

Medan, Juni 2012

Hertina Nurhayati Ambarita 080701025


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN

ABSTRAK

PRAKATA ……….i

DAFTAR ISI ... ….iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.1.1 Latar Belakang ... 1

1.1.2 Masalah ... 4

1.2 Batasan Masalah ... 5

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ... 7

2.1.1 Praanggapan ... 7

2.1.2 Bahasa Karikatur ... 7

2.1.3 Harian Kompas ... 8

2.2 Landasan Teori ... 10

2.2.1 Pragmatik ... 10

2.2.2 Praanggapan ... 11

2.2.2.1 Jenis Praanggapan……….13

2.2.2.2 Karikatur………15

2.3 Tinjauan Pustaka ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Sumber Data ... ………20

3.2 Metode Penelitian………...20

3.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………..20

3.2.2 Metoode dan Teknik Analisis Data……….20 ...

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Tujuan Pembuatan Karikatur ... 22


(8)

4.2.1 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 1………..32 4.2.2 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 2………..33 4.2.3 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 3………..33 4.2.4 Deskripsi dan Analisis Praanggapa ndalam Karikatur 4………..34 4.2.5 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 5………..35 4.2.6Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 6……...36 4.2.7 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 7………..36 4.2.8 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 8……..…37 4.2.9 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 9……..…38 4.2.10 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 10……..39 4.2.11Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 11…...…40 ` 4.2.12 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 12……..41 4.2.13 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 13...…...41

4.3 Pesan yang Muncul dari Karikatur Harian Kompas Edisi Mei 2011 ... .42 4.4 Praanggapan yang Dominan dalam Harian Kompas ………45

Edisi Mei 2011………...46

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan………48

5.2 Saran………..49


(9)

PRAANGGAPAN DALAM BAHASA KARIKATUR HARIAN

KOMPAS

(KAJIAN PRAGMATIK)

Hertina Nurhayati Ambarita Fakultas Ilmu Budaya USU

Abstrak

Penelitian ini menganalisis praanggapan dalam bahasa karikatur harian Kompas (Kajian Pragmatik).Masalah dari penelitian ini yaitu apa tujuan dari pembuatan karikatur, bagaimana gambaran praanggapannya, pesan apa yang muncul dari karikatur, dan praanggapan mana yang dominan dalam harian Kompas edisi Mei 2011. Tujuan penelitian ini adalah memahami tujuan dari pembuatan karikatur, menggambarkan praanggapan karikatur dan mendeskripsikan pesan yang muncul dari karikatur harian Kompas edisi Mei 2011.Teori yang digunakan adalah praanggapan dari kajian pragmatik (Yule, 1996). Pengumpulan data digunakan dengan metode simak dengan teknik catat dan metode yang digunakan metode padan dengan metode pragmatik (Sudaryanto, 1993:13).Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pembuatan karikatur bertujuan untuk menyindir, gambaran praanggapan dalam harian Kompas edisi Mei 2011 menggambarkan karikatur yang bertemakan korupsi, dan terdapat dua jenis presuposisi yang terdapat dalam karikatur harian Kompas edisi Mei 2011 yaitu 8 karikatur yang termasuk presuposisi struktural dan 5 karikatur termasuk presuposisi faktif.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

1.1.1 Latar Belakang

Sebagai media komunikasi massa, surat kabar ataupun media cetak memunyai peranan besar dalam rangka penyampaian informasi. Selain menggunakan kata-kata, gambar juga merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang sering ditonjolkan dalam surat kabar. Dalam hal ini karikatur yang dipahami sebagai karya seni merupakan salah satu bentuk opini yang dituangkan dalam bentuk gambar yang memiliki makna (Natawijaya, 1986:118 ).

Makna memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan bahasa. Tanpa makna suatu tutur disampaikan pada orang lain tidak akan berguna. Dalam pembahasan sintaksis, sebuah kata dalam kalimat ditafsirkan maknanya menurut hubungan formal kalimat itu. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, kata tidak saja bergantung pada penutur yang menyampaikan kalimat itu. Makna yang dikehendaki oleh penutur juga sering terdapat pada informasi bergambar yang dikaji dalam pragmatik.

Informasi bergambar lebih disukai dibandingkan dengan informasi tertulis, karena menatap gambar jauh lebih mudah dan sederhana daripada media verbal. Gambar merupakan media yang cepat untuk menanamkan pemahaman. Gambar memiliki subjek yang mudah dipahami dan merupakan “simbol” yang jelas dan mudah dikenal. Pembuatan suatu gambar komunikasi dimaksudkan untuk


(11)

mendukung suatu pesan. Ada beberapa bentuk gambar informasi antara lain : ilustrasi, logo, dan karikatur. Gambar karikatur adalah suatu media penyampai pesan yang digambar secara sederhana. Walaupun sesungguhnya untuk mencapai kesederhanaan tersebut perlu mempelajari secara tekun dan jeli, sekaligus dituntut memiliki wawasan humoristik yang cukup. Ini berarti bahwa untuk menggoreskan kartun yang sederhana ternyata tidak sesederhana yang dipikirkan orang. Belum lagi masalah bagaimana mengisi karya tersebut agar mempunyai pesan atau misi yang mantap. Karikatur adalah gambar sindiran yang bersifat sinis, ironis, atau sarkasme yang berbentuk humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial, politik, ekonomi dan budaya ( Natawijaya, 198 : 118 ).

Gambar lelucon yang membawa pesan kritik sosial sebagaimana kita lihat disetiap opini surat kabar, kita sebut karikatur. Jika karya kartun yang nampak sederhana tersebut diberi isi, ia akan menjelma menjadi apa yang disebut sebagai karikatur. Arti karikatur yang sebenarnya adalah “potret wajah” yang diberi muatan lebih yang bersifat distortif ataupun deformatif. Namun, secara visual

masih dapat dikenali objeknya. Karya karikatur yang biasa kita lihat di surat kabar menggambarkan pula wajah-wajah tokoh tertentu yang dikenal,yang dilakonkan keterlibatannya dalam suatu peristiwa atau masalah. Karikatur atau wajah deformatif yang tergambar didalamnya hanyalah elemen yang dimaksudkan untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan(Sobur, 2004:141).


(12)

Kata-kata atau kalimat dalam bahasa karikatur baru dapat dipahami dengan baik bila pembaca mengetahui konteksnya. Bila kita tidak mengetahui konteks dari karikatur tersebut, kita sulit mengerti atau bahkan tidak mengerti makna kalimat yang disampaikan dalam karikatur itu.

Nababan (dalam Rahmaw

praanggapan adalah dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa memunyai makna bagi pendengar atau penerima bahasa itu dan sebaliknya, membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa yang dapat dipakainya untuk mengungkapkan pesan yang dimaksud.

Sejalan dengan hal tersebut, Levinson (dalam Rahmawan,

macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan,teori atau ungkapan mempunyai makna.

Karikatur sering dijumpai berupa gambar yang disertai kata- kata atau kalimat. Jika melihat gambar dan memperhatikan kalimatnya, kita biasa menafsirkan makna karikatur tersebut yaitu praanggapan yang ada. Keterkaitan antara gambar dan kalimat inilah yang membuat penulis tertarik untuk membahas masalah praanggapan dalam bahasa karikatur.


(13)

Gambar di atas jenis karikatur yang digunakan adalah gambar biasa yang menggambarkan seseorang yang was-was karena suatu hal. Dia terseret dalam kasus korupsi dan takut ketahuan korupsi oleh pihak yang berwajib dan masyarakat luas.

Bahasa yang digunakan dalam karikatur ini adalah presuposisi stuktural.

Praanggapannya adalah seseorang yang melakukan korupsi.

1.1.2 Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan diatas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Apa tujuan dari pembuatan karikatur ?

2. Bagaimana gambaran praanggapan dalam bahasa karikatur dalam harian Kompas edisi Mei 2011?


(14)

3. Isi pesan apa yang muncul dari karikatur ?

4. Praanggapan mana yang dominan dalam surat kabar harian Kompasedisi Mei 2011?

1.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah ini adalah pada bidang gambaran praanggapan dalam bahasa karikatur pada surat kabar harian Kompas edisi Mei 2011 yang

berkaitan dengan korupsi.

1.3 Tujuan penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini yaitu:

1. Memahami tujuan dari pembuatan karikatur.

2. Mendeskripsikan pesan yang muncul dari karikatur.

3. Menggambarkan praanggapan bahasa karikatur dalam harian Kompasedisi Mei 2011.

4. Menentukan praanggapan yang dominan dalam surat kabar yang berkaitan dengan korupsi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dalam setiap penelitian diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti dan pembaca. Adapun manfaat penelitian ini adalah:


(15)

1. Sebagai bahan untuk memperluas pengetahuan peneliti dan pembaca tentang praanggapan dalam bahasa karikatur.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat khususnya mahasiswa yang berminat mengadakan penelitian lanjutan mengenai masalah yang di teliti.

3. Sebagai sumber acuan dalam penelitian karikatur yang berhubungan dengan praanggapan.


(16)

BAB II

Konsep, Landasan Teori, dan Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep

2.1.1 Praanggapan

Yang dimaksud dengan praanggapan adalah asumsi penutur sebagai hal yang benar atau hal yang diketahui pendengar (Cahyono, 1995:219). Ketika penutur menggunakan kata seperti “di sini”, dalam situasi biasa, dia mengasumsikan bahwa si pendengar mengetahui lokasi yang dimaksudkan secara lebih umum. Penutur merancang pesan-pesan linguistiknya berdasarkan asumsi-asumsi tentang sesuatu yang sudah diketahui pendengar.

2.1.2 Bahasa Karikatur

Bahasa karikatur menurut lazimnya sejak persuratkabaran dan permajalahan muncul di Indonesia bahasanya santai atau tidak baku. Bahasa karikatur seenaknya ditulis kadang-kadang dengan bahasa argot (bahasa dan perbendaharaan kata yang bersifat rahasia dari suatu kelompok orang misalnya bahasa para pencopet) dan tidak kurang lucunya malah menyegarkan. Media massa sesungguhnya memegang peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan bangsa karena media massa dibaca dan didengar oleh khalayak ramai dari berbagai tingkatan.

Dalam karikatur tentunya ada interaksi antara teks atau bahasanya dengan gambar dan logika sehingga kita mudah memahaminya (Natawijaya, 1986:118). Karikatur itu bersifat praktis, deskriptif, dan menyetuh hati.Karikatur merupakan


(17)

salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dan mengena dalam penyampaian pesan ataupun kritik sosial. Dalam sebuah karikatur yang baik terlihat adanya perpaduan antara unsur-unsur kecerdasan, ketajaman, dan ketepatan berpikir secara kritis serta ekspresif dalam bentuk gambar kartun dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas.

Komunikasi dengan mempergunakan bahasa adalah bersifat umum dan universal. Bila sifat itu dilihat dari fungsinya, bahasa memunyai fungsi sebagai berikut (Keraf,1978:14):

1. Untuk tujuan praktis, yaitu komunikasi antarmanusia dalam pergaulan.

2. Untuk tujuan artistik, yaitu apabila manusia mengolah bahasa guna menghasilkan ungkapan yang seindah-indahnya, seperti dalam cerita,kisah,syair,puisi,gambar,lukisan,musik dan pahatan-pahatan.

3. Untuk tujuan filologis, yakni apabila kita mempelajari naskah-naskah kuno,latar belakang sejarah,kebudayaan,adat istiadat manusia, serta perkembangan bahasa.

4. Untuk menjadi kunci dalam mempelajari pengetahuan-pengetahuan lainnya.

2.1.3 Harian Kompas

Harian Kompas adalah nama


(18)

pembaca di seluruh dunia, Kompas juga terbit dalam bent

Kompas Cyber Media. KOMPAS.Com

berisi berita-berita yang diperbarui secara aktual dan juga memiliki sub kanal koran Kompas dalam bentuk digital. Denganmempergunakan bahasa adalah

bersifat umum dan universal.

Harian Kompas adalah satu diantara dua koran di Indonesia yang diaudit

ole

Warta Kota. Ide awal penerbitan harian ini datang dari

yang mengutarakan keinginannya kepada

kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Frans kemudian mengemukakan

keinginan itu kepada dua teman baiknya,

1963. Ojong langsung menyetujui ide itu dan menjadikan Jakob Oetama sebagai editor in-chief pertamanya.

Awalnya harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Salah satu

alasannya, kata Bentara sesuai dengan selera oran Majalah Bentara, katanya, juga sangat populer di sana. Atas usul Presiden

Kompasyang bermaknapemberi arah dan jalan

dalam mengarungi lautan dan hutan rimba. Setelah mengumpulkan tanda bukti 3000 calon pelanggan sebagai syarat izin penerbitan, akhirnya Kompas terbit

pertamakali pada tanggal 28 Juni 1965. Pada mulanya kantor redaksi Kompas

masih menumpang di ruma

kantor redaksi majalah Intisari. Pada terbitan perdananya, Kompas hanya terbit


(19)

dengan pertumbuhannya, seperti kebanyakan surat kabar yang lain, harian Kompas saat ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan yang memuat

berita nasional dan internasional, bagian berita bisnis dan keuangan, serta bagian berita olahraga.

2.2 Landasan Teori

(http://id.wikipedia.org/wiki/Kompas_suratkabar.com)

2.2.1 Pragmatik

Levinson (dalam Rahardi 2008:48) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya.

Pragmatik adalah syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi (Kridalaksana, 1982:343). Pragmatik adalah ilmu yang menyelidiki pertuturan konteksnya dan maknanya (Siregar, 1997:5).

Parker (dalam Rahardi 2008:48) menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasasecara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasiyang sebenarnya.

Yule (1996:3) menyatakan pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, yang melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.

Pragmatik merupakan disiplin baru dalam kajian bahasa. Berbeda dengan kajian bahasa sebelumnya yang cenderung formalis; analisis bahasa lebih banyak


(20)

ditekankan pada analisis struktur bahasa dan elemen-elemen bahasa secara mandiri. Pragmatik berkaitan dengan penggunaan bahasa, yaitu bagaimana bahasa digunakan oleh penutur bahasa di dalam situasi interaksi yang sebenarnya. Pragmatik berkaitan dengan bagaimana masyarakat bahasa (speech community)

menggunakan bahasa mereka; bagaimana percakapan diungkapkan di dalam peristiwa tutur, yakni apakah secara langsung atau tidak, strategi bertutur mana yang dipilih, apakah maksud penutur disampaikan secara tersurat atau tersirat.

2.2.2 Praanggapan

Sebuah tuturan dapat dikatakan mempraanggapkan tuturan lain apabila ketidakbenaran tutran yang dipresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali, mempraanggapkan

adanya mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu. Apabila pada kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya (Rahardi, 2008:42).

Menurut kridalaksana (2001:172-173) peranggapan adalah syarat yang diperlukan benar tidaknya suatu kalimat : misalnyaia berdagang. Ia adalah

pranggapan bagi kebenaran kalimat barang dagangnya sangat laku karena benar

tidaknya suatu kalimat merupakan nilai kebenaran maka peranggapan semacam ini berhubungan dengan segi semantik.

Yule (1996:43) menyatakan praanggapan atau presuppositionadalah

sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan.


(21)

Nababan (dalam Rahmawan praanggapan sebagai dasar mengenai konteks dan situasi berbahasa (menggunakan bahasa) yang membuat bentuk bahasa (kalimat atau ungkapan) memunyai makna bagi pendengar, dan membantu pembicara menentukan bentuk-bentuk bahasa yang dapat dipakainya untuk mengungkapkan pesan yang dimaksud. Sejalan dengan hal tersebut, Levinson (dalam Rahardi 2008:41) juga memberikan konsep praanggapan yang disejajarkan maknanya dengan presupposition sebagai suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang

yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan memunyai makna. Selanjutnya, pendapat lain dikemukakan oleh Cummings (dalam Rahmawan (http://www.ruangbaca.com))

Dari beberapa pendapat ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa presupposition yang dalam bahasa Indonesia berarti praanggapan dimaknai secara berbeda dari tiap-tiap ahli bahasa. Namun demikian, dapat dilihat bahwa para ahli menampilkan beberapa kesamaan sudut pandang. Dari sekian pendapat yang ada, penulis cenderung pada pendapat yang dikemukakan oleh Yule karena lebih sederhana dan mudah dipahami. Dengan bahasa sendiri, penulis pun dapat menyimpulkan berbagai pendapat tersebut bahwa praanggapan merupakan anggapan awal yang secara tersirat dimiliki oleh sebuah ungkapan kebahasaan sebagai bentuk respon awal pendengar dalam menghadapi ungkapan kebahasaan tersebut. Yang mudah dipahami adalah maksud dari praanggapan yang dikemukakan oleh Yule (1996: 44) bahwa praanggapan adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur dalam suatu pernyataan tutur dan setelahnya akan ada

bahwa praanggapan adalah asumsi-asumsi atau inferensi-inferensi yang tersirat dalam ungkapan-ungkapan linguistik tertentu.


(22)

keterikutan yang memiliki makna yang diasumsikan pada sebuah tuturan. Ciri-ciri praanggapan itu sendirilah yang telah menyebabkan pokok permasalahan ini diteliti, baik dilihat dari perspektif semantik maupun perspektif pragmatik.

Setelah mengetahui pengertian praanggapan menurut beberapa ahli seperti yang telah dikemukakan di atas, penulis berusaha memaparkan jenis-jenis praanggapan menurut beberapa ahli bahasa. Menurut Nababan (dalam Rahmawan

ahli-ahli falsafah dengan pendekatan semantik. Belakangan ini, linguis dan ahli antropologi dan psikologi mengkaji praanggapan ini dengan pendekatan pragmatik.

2.2.2.1 Jenis Praanggapan

Yule ( 1996 : 46) menyatakan ada 5 jenis praanggapan atau presuppositionyaitu :

1. Presuposisi faktif (nyata)

Presuposisi faktif (nyata) adalah informasi yang dipraanggapkan yang dianggap sebagai kenyataan. Praanggapan ini muncul dari informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta atau berita yang diyakini kebenarannya.

1a. Dia tidak menyadari bahwa dia sakit

Praanggapan : Dia sakit

1b. Saya tidak sadar bahwa dia sudah menikah


(23)

1c. Dia tidak tahu bahwa Angelina di penjara karena kasus korupsi

Praanggapan : Angelina di penjara 2. Presupposisi leksikal

Presuposisi leksikal adalah praanggapan yang dinyatakan dengan cara tersirat sehingga penegasan atas praanggapan tuturan tersebut biasa didapat setelah pernyataan tersebut.

2a. Dia berhenti merokok

Praanggapan : Dulu dia merokok 2b. Kamu terlambat lagi

Praanggapan : Sebelumnya kamu terlambat 2c. Kamu korpusi lagi

Praanggapan : Sebelumnya kamu korupsi 3. Presupposisi struktural

Presupposisi struktural adalah praanggapan yang dinyatakan melalui tuturan yang strukturnya jelas dan langsung dipahami tanpa melihat kata-kata yang digunakan.

3a. Siapa yang mengetuk pintu?

Praanggapan : Ada orang yang mengetuk pintu. 4. Presuposisi non-faktif


(24)

Presuposisi non-faktif adalah suatu presuposisi yang diasumsikan tidak benar atau masih memungkinkan adanya pemahaman yang salah karena penggunaan kata-kata yang tidak pasti atau masih ambigu.

4a. Dia berpura-pura sakit

Praanggapan : Dia tidak sakit. 4b. Saya bermimpi bahwa saya kaya

Praanggapan : Saya tidak kaya.

5. Presuposisi faktual bertentangan atau berlawanan

Presuposisi faktual bertentangan atau berlawanan adalah praanggapan yang menghasilkan pemahaman yang berkebalikan dari pernyataannya .

5a. Andaikata Anda temanku, Anda akan menolongku

Praanggapan : Anda bukan temanku 2.2.2.2 Karikatur

Karikatur adalah produk keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan,intelektual,teknik melukis,psikologis, bacaan maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita biasa mendeteksi tingkat intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara tidak langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan


(25)

kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar yang lucu dan menarik (Sobur, 2004:140 ).

Karikatur ialah gambar sindiran yang bersifat sinis, ironis, atau sarkamis yang berbentuk humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial, politik, ekonomi dan kebudayaan. Dalam apresiasi budaya, karikatur ini merupakan Profil Satire dan teks daripada karikatur ini dapat berbentuk topik, tema atau pokok pikiran (Natawijaya, 1968:118).

Makna karikatur memberi muatan atau tambahan ekstra. Karikatur telah berkembang sejak abad ke-18 terutama di Perancis. Karikatur sudah sedemikian lama merebak ke segala penjuru dunia, sebagai “seni khusus” gambar distortif wajah dan figur tokoh masyarakat.

Karikatur melukiskan keadaan yang sedang berlaku atau menyindir yang menyinggung hati nurani masyarakat ramai dan merupakan seni berpikir, humor dan menyindir.

Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni karikatur verbal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat, sedangkan karikatur nonverbal cenderung memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca.

Bila diperhatikan, kita akan menemukan beberapa bentuk karikatur sebagai berikut :


(26)

1. Merupakan Sketsa

Sketsa maksudnya adalah gambar rancangan sebelum diwujudkan menjadi sebuah lukisan yang utuh. Biasanya berbentuk samar.

2. Naturalis, gambar biasa

Naturalis maksudnya adalah gambar ilustrasi yang memiliki bentuk dan warna sama dengan kenyataan yang ada dialam tanpa ada pengurangan atau penambahan.

3. Bentuk diagram

Bentuk diagram maksudnya adalah bersifat simbolis dan abstrak sehingga sulit untuk dimengerti.

4. Psikologis

Psikologis yaitu karikatur yang menonjolkan watak pelaku seseorang.

5. Berbentuk jenaka atau humor

Bentuk jenaka (humor) yaitu karikatur yang mampu membuat orang tertawa.

6. Teks deskriptif yang mudah dipahami

Teks deskriptif yang mudah dipahami yaitu karikatur yang mampu memaparkan, menggambarkan sesuatu secara jelas sehingga orang mampu memahami maksudnya dengan mudah.


(27)

7. Teks fenomena yang mengembangkan gejolak masyarakat

Teks fenomena yang mengembangkan gejolak masyarakat yaitu karikatur yang menggambarkan hal-hal yang terjadi pada masa sekarang. Fenomena apa yang sering terjadi dituangkan dalam bentuk karikatur. Natawijaya (dalam Puspita 2011:13)

Pendapat di atas mengandung pengertian betapa pentingnya sebuah komunikasi dalam kehidupan manusia. Pekerjaan komunikasi di dalam pengertian hubungan masyarakat melibatkan usaha mengirimkan atau menyampaikan pesan yang berupa lambang, bahasa lisan, tertulis, atau gambar dari sumber kepada khalayak dengan mempergunakan satu atau beberapa media sebagai saluran dari pesan atau lambang tadi, (misalnya surat kabar, majalah, buku, brosur, surat ataupun lisan), tujuannya untuk mempengaruhi pendapat atau sikap dan tindakan orang-orang yang menerima pesan itu tadi.

Masyarakat lebih menyukai informasi bergambar jika dibandingkan dengan yang berbentuk tulisan, karena melihat gambar jauh lebih mudah dan sederhana. Dengan kata lain media gambar merupakan metode yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman, walau gambar tidak disertai dengan tulisan sekalipun. Gambar berdiri sendiri dan selalu memiliki subyek yang mudah dipahami, sebagai simbol yang jelas dan mudah dikenal.

2.3 Tinjauan Pustaka

Penelitian praanggapan sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya Gayati Nadia Paramytha (2009) dalam skripsinya yang berjudul Praanggapan dalam tuturan Adegan film Janji Joni. Skripsi ini membahas


(28)

praanggapan yang muncul dalam tuturan adegan film Janji Joni. Penelitian ini bersifat deskriptif yang sumber datanya merupakan transkripsi dari tuturan dalam adegan film. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan praanggapan – praanggapan yang muncul dalam adegan film dan mengklasifikasikan jenis praanggapan yang muncul.

Siti Rizki Hardhiansari dalam skripsinya Praanggapan dalam Rubrik

”kutipan” Jawa Pos edisi Desember 2003 – Januari 2004. Dia mendeskripsikan

praanggapan pragmatik dan praanggapan semantik yang terdapat dalam rubrik ''Kutipan" Jawa Pos selama edisi Desernber 2003 -Januari 2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi berdasarkan jenisnya, yakni praanggapan pragmatik dan praanggapan semantik. Dalam pengklasifikasian ini, penulis membuat tabel untuk membedakan kedua praanggapan tersebut


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh (KBBI, 2003:994). Oleh karena itu, dalam penelitian ini yaitu bahasa karikatur dalam harian Kompas yang terbit pada edisi Mei 2011.

Bulan Mei 2011 banyak terdapat karikatur yang bertema korupsi. Sehingga penulis mengambil data pada bulan Mei 2011.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa pada objek yang diteliti. Data dikumpulkan dengan cara menyimak karikatur yang muncul dalam harian kompas sebagai sumber data, metode simak ini diwujudkan dengan teknik catat (Surdayanto, 1993:135). Teknik catat ini digunakan untuk mencatat data-data yang dibutuhkan.

3.2.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan penulis dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis data adalah metode padan. Metode padan alat penentunya di luar,terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan

(Sudaryanto 1993;13). Penulis sendiri menggunakan teknik pilah unsur penentu (PUP) sebagai teknik dasar di dalam penelitian ini. Adapun alatnya adalah daya


(30)

pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993;21). Untuk teknik lanjutannya, penulis menggunakan teknik hubung banding menyamakan.

Berikut adalah salah satu contoh teknik analisis data pada karikatur harian Kompas

Jenis gambar yang digunakan pada karikatur ini adalah gambar psikologis. Kaleng kecil yang berisi uang receh menggambarkan jumlah BLT yang diterima rakyat kecil terlalu sedikit. Dibandingkan dengan melonjaknya harga kebutuhan pokok jumlah BLT yang diterima tidak memiliki arti apa-apa dan bila saja pemimpin kita tidak ada yang korup sudah pasti jumlah BLT yang diterima lebih banyak dan dapat membantu mengimbangi harga kebutuhan pokok yang naik.

Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi faktif.


(31)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tujuan dari Pembuatan Karikatur

Gambar karikatur adalah suatu media penyampai pesan yang digambar secara sederhana dan spontan. Hal yang menjadi topik atau ide pokok dalam pembuatan karikatur biasanya adalah hal-hal yang sedang marak dibicarakan. Karikatur adalah gambar sindiran yang bersifat sinis, ironis, atau sarkasme yang berbentuk humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial, politik, ekonomi dan budaya. ( Natawijaya, 198 : 118 ).

Jadi, tujuan dari pembuatan karikatur adalah untuk menyindir, mengkritisi seorang oknum atau sebuah institusi atas kejadian yang sedang terjadi dan marak dibicarakan pada saat itu.

1. Karikatur 1 tentang Perjalan Pejabat ke Luar Negeri

Gambar 4.1

Tujuan dari karikatur pertama adalah memberi pesan kepada para pejabat agar tujuan mereka melakukan perjalanan keluar negeri tidak hanya semata-mata


(32)

sekedar melakukan perjalan, tetapi melakukan kerja sama yang baik dengan para pejabat luar negeri untuk memajukan Indonesia, sehingga usaha masyrakat menanggung beban semua biaya perjalan ke luar negeri tidak sia-sia.

2. Karikatur 2 tentang Partai Politik

Gambar 4.2

Tujuan dari karikatur kedua adalah memberi pesan agar para partai politik tidak memberikan janji palsu kepada rakyatnya, sehingga masyarakat tidak merasa ditipu oleh partai politik yang mereka pilih.


(33)

3. Karikatur 3 tentang Kerjasama Politik

Gambar 4.3

Tujuan dari karikatur ketiga adalah memberi pesan agar para pemimpin tidak hanya melakukan kesepakatan demi menimbun kekayaan semata dan benar-benar membuat kebijakan-kebijakan yang menyejahterakan rakyat, bukan menyejahterakan diri sendiri.

4. Karikatur 4 tentang Dana Bantuan Sosial


(34)

Tujuan dari karikatur keempat adalah memberi pesan agar para pemimpin tidak memberatkan rakyat dalam memberikan bantuan sosial.

5. Karikatur 5 tentang Raskin

Gambar 4.,5

Tujuan dari karikatur kelima adalah memberi pesan agar Raskin itu diberikan tepat pada masyarakat yang membutuhkan, sehingga Raskin memang benar menjadi solusi jitu mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin.

6. Karikatur 6 tentang Solidaritas


(35)

Tujauan dari karikatur keenam memberi pesan agar kita mampu memperkokoh solidaritas kita, sehingga kita menjadi bangsa yang tidak minus solidaritas.

7. Karikatur 7 tentang Hukum di Negeri

Gambar 4.7

Tujuan dari karikatur ketujuh adalah memberi pesan agar hukum di Indonesia lebih adil lagi. Jangan memandang status dalam memberikan hukuman.


(36)

8. Karikatur 8 tentang Anggota DPR/MPR RI

Gambar 4.8

Tujuan dari karikatur kedelapan adalah memberi pesan agar para anggota DPR/MPR RI lebih memperhatikan rakyat kecil, sehingga rakyat kecil tidak ketakutan melihat mereka.

9. Karikatur 9 tentang Zaman Kleptolitikum


(37)

Tujuan karikatur kesembilan adalah memberi pesan agar para koruptor sebaiknya berada di tempat seharusnya dia berada, yaitu di dalam penjara dan mungkin di dalam penjara dia mampu mengubah perilakunya agar tidak sama seperti binatang.

10. Karikatur 10 tentang Kritikan Rakyat terhadap KKN dan Suap

Gambar 4.10

Tujuan karikatur kesepuluh adalah memberi pesan agar para pemimpin mendengarkan setiap aspirasi rakyatnya.


(38)

11. Karikatur 11 tentang Gudeg Jogya

Gambar 4.11

Tujuan karikatur kesebelas adalah memberi pesan agar para pemimpin tidak semena-mena menggunakan kekuasaannya untuk mengutak-atik penjabat pemerintah daerah tanpa pernah memperhatikan pendapat masyarakat.

12. Karikatur 12 tentang Kekayaan Alam yang Hampir Habis


(39)

Tujuan karikatur keduabelas adalah memberi pesan agar pemerintah memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.

13. Karikatur 13 tentang Politik Bola

Gambar 4.13

Tujuan karikatur ketigabelas adalah memberi pesan agar dunia olahraga tidak dinodai politik-politik yang tidakk sehat

4.2 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Bahasa Karikatur

Karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efektif dan mengena dalam penyampaian pesan dan kritik sosial. Dalam sebuah karikatur yang baik terlihat adanya perpaduan antara unsur-unsur kecerdasan, ketajaman dan ketepatan berpikir secara kritis, serta ekspresif dalam bentuk gambar kartun dalam menanggapi fenomena permasalahan yang muncul dalam kehidupan masyarakat luas.


(40)

Selama ini media cetak seperti surat kabar tidak hanya berperan sebagai pencarian informasi yang utama dalam fungsinya, tetapi bisa juga mempunyai suatu karateristik yang menarik yang perlu diperhatikan untuk memberikan analisis yang sangat kritis yang akan menumbuhkan motivasi, mendorong serta mengembangkan pola pikir bagi masyarakat agar semakin kritis dan selektif dalam menyikapi berita-berita yang ada di dalam media. Belakangan ini media pers Indonesia menampilkan komik kartun dan karikatur sebagai ungkapan kritis terhadap berbagai masalah yang berkembang secara tersamar dan tersembunyi. Pembaca diajak berpikir, merenungkan dan memahami pesan-pesan yang tersurat dan tersirat dalam gambar tersebut (Sobur, 2006 : 140).

Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni karikatur verbal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat, sedangkan karikatur nonverbal cenderung memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca ( Supryadi, 2011 : 89).

Karikatur adalah produk keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan,intelektual,teknik melukis,psikologis, bacaan maupun bagaimana dia memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita biasa mendeteksi tingkat intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga caranya mengkritik yang secara tidak langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk


(41)

menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar yang lucu dan menarik. (Sobur 2004:140 ).

4.2.1 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 1

Karikatur 1 (lihat gambar 4.1) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Gerobak melambangkan perjalan. Ada dua pria yang duduk di atas gerobak, yang memakai topi, pejabat dari luar negeri dan yang memakai kacamata pejabat dari Indonesia sebut saja Susilo Bambang Yudhoyono. Karikatur di atas menggambarkan perjalanan pejabat Indonesia ke luar negeri dan rakyat miskin yang menanggung bebannya. Maksudnya menanggung beban adalah sebenarnya seluruh biaya perjalanan itu menggunakan uang negara yang sepenuhnya milik rakyat dan seharusnya digunakan sebaik-baiknya untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat. Seharusnya mereka melawat ke luar negeri dengan tujuan untuk mempelajari politik dan perkembangan Negara tetangga untuk kemudian diaplikasikan di Negara kita tercinta atau melakukan kerjasama politik demi kemajuan Negara kita. Namun, mereka malah hanya bersenang-senang dan hanya memakai semua fasilitas yang ada untuk kepuasan diri sendiri tanpa memperdulikan amanah rakyat.

Tujuan dari karikatur di atas adalah memberi pesan kepada para pejabat agar tujuan mereka melakukan perjalanan keluar negeri tidak hanya semata-mata sekedar melakukan perjalan, tetapi melakukan kerja sama yang baik dengan para


(42)

pejabat luar negeri untuk memajukan Indonesia, sehingga usaha masyarakat menanggung beban semua biaya perjalan ke luar negeri tidak sia-sia. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah pejabat melakukan perjalanan keluar negeri.

4.2.2 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 2

Karikatur 2 (lihat gambar 4.2) merupakan jenis karikatur verbal, yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat. Bendera dalam karikatur di atas melambangkan bendera partai politik. Partai politik pada saat kampanye menjanjikan kesempurnaan untuk rakyatnya. Akan tetapi, banyak oknum baik dari eksekutif, legislatif, ataupun yudikatif dibalik parpol tersebut yang hanya mengincar uang dan saat mereka naik atau menjabat hampir bisa dipastikan mereka akan melakukan korupsi. Hal tersebut sangat tergambar jelas dari gambar masyarakat yang hanya bisa menggerutu dan menyesalkan atas naiknya parpol tersebut. Gambaran bendera parpol yang usang menggambarkan bahwa semua ulah oknum-oknum tersebut pada akhirnya akan merusak citra parpol tersebut.

Tujuan dari karikatur di atas adalah agar para partai politik tidak memberikan janji palsu kepada rakyatnya sehingga masyarakat tidak merasa ditipu oleh partai politik yang mereka pilih. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah partai politik menjanjikan kesempurnaan untuk rakyatnya.


(43)

Karikatur 3 (lihat gambit 4.3) merupakan jenis karikatur nonverbal yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Jabat tangan dalam karikatur di atas memiliki arti kesepakatan atau kerjasama politik antara dua pemimpin. Di sana terdapat dua buah kereta pengangkut yang seolah telah disiapkan untuk mengambil sumber dana, hal ini menggambarkan bahwa kebanyakan kerjasama atau kebijakan yang tercipta cukup berpengaruh terhadap pundi-pundi uang pribadi mereka. Secara keseluruhan, karikatur di atas menggambarkan kesepakatan antara dua pemimpin dalam menciptakan kebijakan-kebijakan yang menguntungkan diri sendiri atau pihak-pihak tertentu dalam politik pembangunan, hingga mereka memperoleh kekayaan demi memperkokoh kejayaan.

Tujuan dari karikatur di atas adalah agar para pemimpin tidak hanya melakukan kesepakatan demi menimbun kekayaan semata dan benar-benar membuat kebijakan-kebijakan yang menyejahterakan rakyat, bukan mensejahterakan diri sendiri.

Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah pemimpin melakukan kesepakatan politis dan dengan

4.2.4 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 4

Karikatur 4 (lihat gambar 4.4) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Pria berkaca mata


(44)

menggambarkan pemimpin. Tikus kecil melambangkan pejabat-pejabat daerah. Karikatur di atas memiliki arti seharusnya dana bantuan sosial itu meringankan beban rakyat, dan yang terjadi malah sebaliknya. Dana bantuan sosial menjadi beban yang memberatkan rakyat. Sebenarnya dana tersebut juga merupakan dana yang diperoleh dari rakyat. Ironisnya, pemimpin-pemimpin kita yang seharusnya menjadi perantara untuk menghantarkan dana tersebut kepada yang membutuhkan, malah memilih tidak melakukan apa-apa. Parahnya lagi, pejabat-pejabat daerah terkecil pun mulai mengambil kesempatan dengan menggerogoti dana bantuan Sosial tersebut. Hal ini tergambar jelas dari adanya tikus-tikus kecil yang menggerogoti dana bantuan sosial.

Tujuan dari karikatur di atas adalah memberitahukan kepada para pemimpin agar tidak memberatkan rakyat dalam memberikan bantuan sosial. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah dana bantuan sosial meringankan rakyat.

4.2.5 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 5

Karikatur 5 (lihat gambar 4.5) merupakan jenis karikatur verbal, yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat. Pada karikatur di atas tokoh yang berambut kriwil nyeletuk tentang RASKIN (beras miskin) tidak tepat sasaran. Banyak kasus penimbunan Raskin dilakukan oknum tertentu untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Seharusnya Raskin itu menjadi solusi jitu mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin akibat korupsi.


(45)

Tujuan karikatur di atas adalah agar Raskin itu diberikan tepat pada masyarakat yang membutuhkan, sehingga Raskin memang benar menjadi solusi jitu mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah raskin mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin.

4.2.6 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 6

Karikatur 6 (lihat gambar 4.6) merupakan jenis karikatur, nonverbal yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Gambar tangan yang kokoh yang terdapat dalam karikatur di atas melambangkan solidaritas. Karikatur di atas menggambarkan tingkat solidaritas minus akibat uang. Benteng solidaritas yang dulu kokoh dan tidak tergoyahkan, perlahan-lahan terkikis oleh politik uang. Perlahan namun pasti, uang mampu mengikis pondasi solidaritas tersebut. Hingga dapat kita simpulkan bahwa suatu saat benteng itu akan segera runtuh. Kita akan menjadi bangsa yang minus solidaritas karena politik uang.

Tujuan dari karikatur di atas adalah agar kita mampu memperkokoh solidaritas kita, sehingga kita menjadi bangsa yang tidak minus solidaritas. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah bangsa minus solidaritas.

4.2.7 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 7

Karikatur 7 (lihat gambar 4.7) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Gambar timbangan


(46)

pada karikatur di atas melambangkan hukum. Pada gambar di atas digambarkan seorang koruptor bertubuh gemuk, memegang uang banyak dan selalu tersenyum lepas tanpa beban sedangkan orang miskin yang berbadan kurus memegang sandal jepit dengan muka lusuhnya melihat bahwa hukuman yang diterima si koruptor lebih ringan dari pada dia di timbangan itu. Karikatur di atas menggambarkan suatu keadaan hukum yang semakin tidak adil dan menunjukkan rasa duka terhadap hukum yang adil telah mati. Koruptor tetap hidup nyaman dengan uangnya, bahkan dalam beberapa kasus kita melihat banyak tersangka korupsi memiliki akses yang begitu bebas terhadap dunia luar, sedangkan rakyat miskin dengan kesalahan yang sangat kecil pun akan di hukum seberat-beratnya. Adanya karangan bunga melambangkan duka cita, itu menggambarkan hukum yang telah mati.

Tujuan karikatur di atas adalah agar hukum di Indonesia lebih adil lagi. Jangan memandang status dalam memberikan hukuman. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah hukum tidak adil.

4.2.8 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 8

Karikatur 8 (lihat gambar 4.8) merupakan jenis karikatur nonverbal, yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Manusia bertanduk yang terdapat dalam karikatur di atas menggambarkan setan atau iblis yang dalam dunia nyata kita sebut koruptor. Dasi yang digunakan oleh pria bertanduk itu melambangkan bahwa iblis atau setan tersebut menduduki gedung DPR/MPR


(47)

RI dan seolah mereka haus akan kekuasaan. Anak kecil dengan ekspresi ketakutan menggambarkan rakyat kecil yang takut melihat anggota DPR/MPR RI. Karikatur di atas menjelaskan bahwa semua yang berada di dalam gedung DPR/MPR adalah koruptor. Rakyat kecil ketakutan melihat mereka, seperti melihat iblis, nafsu setan dan iblis pada diri pejabat ingin kedudukan yang lebih bukan untuk mengayomi rakyat tetapi menakuti rakyat dan tidak menjadi penyalur aspirasi rakyat kecil namun yang terjadi, mereka hanya berpihak pada pihak-pihak pemodal atau pihak yang sudah pasti memberikan keuntungan pribadi bagi mereka.

Tujuan dari karikatur di atas adalah menyindir para anggota DPR/MPR RI agar mereka lebih memperhatikan rakyat kecil, sehingga rakyat kecil tidak ketakutan melihat mereka. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah rakyat kecil ketakutan.

4.2.9 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 9

Karikatur 9 (lihat gambar 4.9) merupakan jenis karikatur nonverbal yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca. Baju tahanan melambangkan tokoh yang ada digambar seharusnya berada ditahanan. Dasi yang dipakai oleh pria yang terdapat dalam karikatur di atas melambangkan bahwa dia pejabat. Wajah seperti monyet melambangkan dia tidak tahu malu dan lebih mirip seperti binatang. Karung uang melambangkan dia seorang klepto (penyakit yang suka mencuri). Karikatur di atas menggambarkan seorang koruptor yang berkeliaran karena memiliki banyak uang dan seharusnya dia


(48)

berada ditahanan. Karikatur di atas menggambarkan negara kita semakin mengarah ke zaman kleptolitikum, korup menjadi hal yang wajar, sebab hampir

semua kalangan melakukan korupsi.

Tujuan dari karikatur di atas adalah agar para koruptor sebaiknya berada ditempat seharusnya dia berada yaitu di dalam penjara dan mungkin di dalam penjara dia mampu mengubah prilakunya agar tidak sama seperti binatang. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah koruptor memliki prilaku tidak manusiawi.

4.2.10 Deskripsi dan Analisis Praanggapan dalam Karikatur 10

Karikatur 10 (lihat gambar 4.10) merupakan jenis karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat. Pada gambar karikatur di atas, terdapat gambar anak kecil yang menggambarkan rakyat kecil. Di atas anak itu terdapat teks dengan huruf kapital “DULU BANYAK KKN, KASUS SUAP. TAPI HIDUP KITA ENAK YA PAK… SEKARANG MAKIN BANYAK BEGITUAN. KOK HIDUP KITA MAKIN TIDAK ENAK!” ini merupakan gambaran kritikan rakyat terhadap pemimpin yang digambarkan sebagai orang tua yang sedang duduk dan sedikit kesal dengan kritikan tersebut. Pada gambar di sampingnya, terdapat pula teks yang berisi “RUMONGSO BISO NANGING ORA BISO RUMONGSO” (merasa bisa, tapi tidak bisa merasa). Ini merupakan gambaran dari kekesalan pemimpin yang selalu saja di cerca.

Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengkritisi para pemimpin yang seharusnya mendengarkan setiap aspirasi rakyatnya. Praanggapan bahasa


(49)

karikatur di atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah seharusnya seorang pemimpin mendengar aspirasi rakyatnya.

4.2.11 Deskripsi dan analisis praanggapan dalam karikatur 11

Karikatur 11 (lihat gambar 4.11) merupakan jenis karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat. Pada gambar di atas terdapat seorang pria yang duduk di kursi dengan lambang garuda di kursinya sedang mengaduk-aduk gudeg jogja. Hal ini menggambarkan seorang pemimpin yang sedang mengutak-atik penjabat pemerintahan daerah. Terdapat seorang pria dengan pakaian adat dan blangkon dan diatasnya tertulis, “GUDEG JOGJA ENAK LHO PAK,,, KOK DIOBOK-OBOK!”. Ini menggambarkan tokoh masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan pemimpin itu untuk merombak susunan kepemerintahan yang sudah ada karena menurutnya kepemerintahan itu sudah cukup baik dan di sudut kanan bawah terdapat gambar seorang pria dengan pakaian lusuh bertopang dagu. Ini menggambarkan masyarakat kecil yang hanya bisa berpasrah dengan keputusan pemimpin itu.

Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengkritisi para pemimpin yang semena-mena menggunakan kekuasaannya untuk mengutak-atik penjabat pemerintah daerah tanpa pernah memperhatikan pendapat masyarakat .

Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk preusposisi struktural. Praanggapannya adalah seorang pemimpin menggunakan kuasanya untuk merombak penjabat pemerintah daerah.


(50)

4.2.12Deskripsi dan analisis praanggapan dalam karikatur 12

Karikatur 12 (lihat gambar 4.12) merupakan jenis karikatur nonverbal yaitu karikatur yang memanfaatkan gambar sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca.

Pada gambar terdapat sisa-sisa ikan di dalam sebuah piring yang membentuk pola peta Indonesia dan ada garpu dalam posisi tertutup. Hal ini menggambarkan bahwa seluruh kekayaan alam di Indonesia hampir habis dan hanya tinggal sedikit. Kekayaan tersebut bukannya digunakan untuk kemakmuran rakyat, malah untuk kepentingan-kepentingan oknum tertentu. Hal ini tergambar dari adanya seorang pria dengan penampilan lusuh di sudut kanan bawah. Dan ditegaskan lagi oleh teks yang terdapat di atasnya “YANG TERSISA HANYA IKAN ASIN(G)” .

Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengingatkan pemerintah agar memperhatikan kesejahteraan rakyatnya. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi struktural. Praanggapannya adalah kekayaan Indonesia bukan dinikmati rakyat Indonesia.

4.2.13 Deskripsi dan analisis praanggapan dalam karikatur 13

Karikatur 13 (lihat gambar 4.13) merupakan jenis karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat. Pada karikatur di atas, terdapat sebuah kat “POLITIK”


(51)

dengan huruf O berbentuk bola, hal ini menggambarkan bahwa bahkan di ranah olahraga khususnya sepakbola telah tercemar oleh politik-politik yang tidak sehat. Dalam mengambil sebuah kebijakan dalam hal olahraga, seringkali kebijakan itu tidak mementingkan sportifitas dan perkembangan sepakbola di Indonesia. Banyak kebijakan-kebijakan yang terkesan aneh dan membuat rakyat jengkel namun hanya pasrah atas hal tersebut. Hal itu tergambar darigambar dua orang yang sedang bertopang dagu di sudut kanan bawah.

Tujuan dari karikatur di atas adalah untuk mengingatkan bahwa masyarakat tidak ingin dunia olahraga kita dinodai politik-poltik yang tidak sehat. Praanggapan bahasa karikatur di atas termasuk presuposisi faktif. Praanggapannya adalah dunia persepakbolaan yang telah tercemar politik tidak sehat.

4.3 Pesan yang Muncul dari Karikatur

1. Pesan Karikatur 1 tentang Perjalanan Pejabat ke Luar Negeri

Karikatur pertama memberi pesan kepada para pejabat agar tujuan mereka melakukan perjalanan keluar negeri tidak hanya semata-mata sekedar melakukan perjalan, tetapi melakukan kerja sama yang baik dengan para pejabat luar negeri untuk memajukan Indonesia, sehingga usaha masyrakat menanggung beban semua biaya perjalan ke luar negeri tidak sia-sia.


(52)

Karikatur kedua memberi pesan agar para partai politik tidak memberikan janji palsu kepada rakyatnya, sehingga masyarakat tidak merasa ditipu oleh partai politik yang mereka pilih.

3. Pesan Karikatur 3 tentang Kerjasama Politik

Karikatur ketiga memberi pesan agar para pemimpin tidak hanya melakukan kesepakatan demi menimbun kekayaan semata dan benar-benar membuat kebijakan-kebijakan yang menyejahterakan rakyat, bukan menyejahterakan diri sendiri.

4. Pesan Karikatur 4 tentang Dana Bantuan Sosial

Karikatur keempat memberi pesan agar para pemimpin tidak memberatkan rakyat dalam memberikan bantuan sosial.

5. Pesan Karikatur 5 tentang Raskin

Karikatur kelima memberi pesan agar Raskin itu diberikan tepat pada masyarakat yang membutuhkan, sehingga Raskin memang benar menjadi solusi jitu mengatasi kekurangan gizi rakyat miskin.

6. Pesan Karikatur 6 tentang Solidaritas

Karikatur keenam memberi pesan agar kita mampu memperkokoh solidaritas kita, sehingga kita menjadi bangsa yang tidak minus solidaritas.

7. Pesan Karikatur 7 tentang Hukum di Negeri

Karikatur ketujuh memberi pesan agar hukum di Indonesia lebih adil lagi. Jangan memandang status dalam memberikan hukuman.


(53)

8. Pesan Karikatur 8 tentang Anggota DPR/MPR RI

Karikatur kedelapan memberi pesan agar para anggota DPR/MPR RI lebih memperhatikan rakyat kecil, sehingga rakyat kecil tidak ketakutan melihat mereka.

9. Pesan Karikatur 9 tentang Zaman Kleptolitikum

Karikatur kesembilan memberi pesan agar para koruptor sebaiknya berada di tempat seharusnya dia berada, yaitu di dalam penjara dan mungkin di dalam penjara dia mampu mengubah perilakunya agar tidak sama seperti binatang.

10.Pesan Karikatur 10 tentang Kritikan Rakyat terhadap KKN dan

Suap

Karikatur kesepuluh memberi pesan agar para pemimpin mendengarkan setiap aspirasi rakyatnya.

11.Pesan Karikatur 11 tentang Gudek Jogya

Karikatur kesebelas memberi pesan agar para pemimpin tidak semena-mena menggunakan kekuasaannya untuk mengutak-atik penjabat pemerintah daerah tanpa pernah memperhatikan pendapat masyarakat.

12.Pesan Karikatur 12 tentang Kekayaan Alam yang Hampir Habis

Karikatur keduabelas memberi pesan agar pemerintah memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.


(54)

Karikatur ketigabelas memberi pesan agar dunia olahraga tidak dinodai politik-politik yang tidakk sehat.

4.4 Praanggapan yang dominan dalam surat kabar Harian Kompas

edisi.Mei 2011

Dari pendeskripsian dan proses analisis setiap karikatur tersebut, berikut praanggapan terhadap setiap contoh karikatur yang saya teliti tersebut:

1) Praanggapan pada gambar 4.1 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.1 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

2) Praanggapan pada gambar 4.2 termasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.2 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

3) Praanggapan pada gambar 4.3 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.3 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

4) Praanggapan pada gambar 4.4 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.4 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

5) Praanggapan pada gambar 4.5 termasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.5 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.


(55)

6) Praanggapan pada gambar 4.6 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.6 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

7) Praanggapan pad gambar 4.7 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.7 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

8) Praanggapan pada gambar 4.8 termasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.8 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

9) Praanggapan pada gambar 4.9 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.9 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

10)Praanggapan pada gambar 4.10 temasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.10 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

11)Praanggapan gambar 4.11 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.11 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

12)Praanggapan pada gambar 4.12 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.12 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.


(56)

13)Praanggapan pada gambar 4.13 temasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.13 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

Berdasarkan penjabaran praanggapan setiap karikatur tersebut, kita tentukan bahwa dalam karikatur harian Kompas edisi mei 2011, jenis

praanggapan yang paling banyak muncul adalah presuposisi struktural yaitu sebanyak delapan karikatur, sedangkan karikatur yang termasuk presuposisi faktif / nyata sebanyak lima karikatur.(Lihat tabel berikut ini)

Tabel penjabaran jenis presuposisi

Presuposisi Faktif Presuposisi Leksikal Presuposisi Struktural Presuposisi Non-faktif Presuposisi Faktual Bertentangan

K1 

K2 

K3 

K4 

K5 

K6 

K7 

K8 

K9 

K10 

K11 

K12 


(57)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tujuan dari pembuatan karikatur adalah untuk menyindir, mengkritisi seorang oknum atau sebuah institusi atas kejadian yang sedang terjadi dan marak dibicarakan pada saat itu.

Gambaran praanggapan dalam bahasa karikatur harian Kompas edisi Mei

2011 menggambarkan karikatur yang bertemakan korupsi. Ada karikatur tentang perjalanan pejabat keluar negeri, partai politik, kerjasama politik, tentang Dana Bantuan Sosial, Raskin, melambangkan solidaritas, menggambarkan hukum dinegeri, tentang anggota DPR/MPR RI, zaman kleptolitikum, kritikan rakyat terhadap KKN dan suap, Gudeg Jogya, kekayaan alam yang hampir habis, dan politik bola.

Berdasarkan hasil analisis tentang praanggapan dalam bahasa karikatur harian Kompas edisi Mei 2011, dapat ditarik simpulan bahwa praanggapan dalam

bahasa karikatur harian kompas edisi Mei 2011 terdapat dua jenis praanggapan yaitu presuposisi struktural dan presuposisi faktif.

Jenis praanggapan yang paling dominan muncul dalam karikatur harian Kompas edisi Mei 2011 adalah presuposisi structural yaitu sebanyak delapan karikatur.


(58)

5.2 Saran

Berdasarkan uraian-uraian di atas ada beberapa saran yang ingin disampaikan penulis, saran tersebut adalah kajian tentang praanggapan dalam bahasa karikatur dalam surat kabar harus lebih ditingkatkan karena karikatur-karikatur dalam surat kabar itu memiliki makna pragmatik yang sangat unik. Jadi, apabila keunikan ini digali lebih dalam lagi, praanggapan dalam bahasa karikatur surat kabar harian apapun itu akan lebih jelas terlihat makna yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, kajian mengenai Pragmatik harus lebih ditingkatkan lagi karena kajian pragmatik sangat menarik untuk diteliti. Disamping penelitian tentang pragmatik yang harus ditingkatkan, penelitian tentang praanggapan juga harus ditingkatkan misalnya praanggapan dalam bahasa karikatur di surat kabar lain, seperti surat kabar SIB, Analisa, Sindo, Tribun dan Waspada untuk mendeskripsikan variasi praanggapan yang mungkin berbeda dari penelitian ini.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Bagun, Rikard. 1965. Kompas.Kompas Media Nusantara dalam

2011

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Airlangga Univercity Press.

Hardhiansari, Siti Rizki.2004.”Praanggapandalam Rubrik “kutipan” Jawa Pos Edisi Desember 2003-januari 2004”.(Skripsi). Universitas Negeri Surabaya Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti.2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Natawijaya, P. Suparman. 1986. Teras Komposisi. Jakarta: Intermasa

Paramytha, Gayati Nadia.2009.”Praanggapan dalam Tuturan Adegan Film Janji Joni”.(Skripsi). Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia

Parera, J. D. 2004. Teori Semantik. Jakarta : Angkasa

Puspita, Yeni. 2011.”Analisis Semiotika Karikatur Oom Pasikom”. (Skripsi). Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik. Gelora Aksara Pratama

Rahmawan, Arief. 2008. Praanggapan Pragmatik. Dal

diakses tanggal 20 Februari 2011

Siregar, Asrul. 1997.”Pragmatik dalam Linguistik”.(Makalah). Medan : Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Sobur, Alex. 2004 . Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Soemarno, Marmo. 1988. Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya. Jakarta:

Lembaga Bahasa Atmajaya

Sudaryanto. 1993. Metode Linguistik : Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.Yogyakarta : DutaWacanaUniversity press.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik.Bandung : Angkasa Yule, George. 1996. Pragmatik.OxfordUniversity Press


(1)

Karikatur ketigabelas memberi pesan agar dunia olahraga tidak dinodai politik-politik yang tidakk sehat.

4.4 Praanggapan yang dominan dalam surat kabar Harian Kompas

edisi.Mei 2011

Dari pendeskripsian dan proses analisis setiap karikatur tersebut, berikut praanggapan terhadap setiap contoh karikatur yang saya teliti tersebut:

1) Praanggapan pada gambar 4.1 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.1 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

2) Praanggapan pada gambar 4.2 termasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.2 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

3) Praanggapan pada gambar 4.3 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.3 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

4) Praanggapan pada gambar 4.4 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.4 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

5) Praanggapan pada gambar 4.5 termasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.5 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.


(2)

6) Praanggapan pada gambar 4.6 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.6 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

7) Praanggapan pad gambar 4.7 termasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.7 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

8) Praanggapan pada gambar 4.8 termasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.8 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

9) Praanggapan pada gambar 4.9 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.9 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

10)Praanggapan pada gambar 4.10 temasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.10 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

11)Praanggapan gambar 4.11 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.11 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.

12)Praanggapan pada gambar 4.12 temasuk presuposisi struktural. Karikatur 4.12 struktur gambarnya jelas dan langsung dapat dipahami tanpa melihat kata-kata yang terdapat dalam karikatur.


(3)

13)Praanggapan pada gambar 4.13 temasuk presuposisi faktif. Karikatur 4.13 informasi yang ingin disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta.

Berdasarkan penjabaran praanggapan setiap karikatur tersebut, kita tentukan bahwa dalam karikatur harian Kompas edisi mei 2011, jenis praanggapan yang paling banyak muncul adalah presuposisi struktural yaitu sebanyak delapan karikatur, sedangkan karikatur yang termasuk presuposisi faktif / nyata sebanyak lima karikatur.(Lihat tabel berikut ini)

Tabel penjabaran jenis presuposisi

Presuposisi Faktif

Presuposisi Leksikal

Presuposisi Struktural

Presuposisi Non-faktif

Presuposisi Faktual Bertentangan

K1 

K2 

K3 

K4 

K5 

K6 

K7 

K8 

K9 

K10 

K11 

K12 


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Tujuan dari pembuatan karikatur adalah untuk menyindir, mengkritisi seorang oknum atau sebuah institusi atas kejadian yang sedang terjadi dan marak dibicarakan pada saat itu.

Gambaran praanggapan dalam bahasa karikatur harian Kompas edisi Mei 2011 menggambarkan karikatur yang bertemakan korupsi. Ada karikatur tentang perjalanan pejabat keluar negeri, partai politik, kerjasama politik, tentang Dana Bantuan Sosial, Raskin, melambangkan solidaritas, menggambarkan hukum dinegeri, tentang anggota DPR/MPR RI, zaman kleptolitikum, kritikan rakyat terhadap KKN dan suap, Gudeg Jogya, kekayaan alam yang hampir habis, dan politik bola.

Berdasarkan hasil analisis tentang praanggapan dalam bahasa karikatur harian Kompas edisi Mei 2011, dapat ditarik simpulan bahwa praanggapan dalam bahasa karikatur harian kompas edisi Mei 2011 terdapat dua jenis praanggapan yaitu presuposisi struktural dan presuposisi faktif.

Jenis praanggapan yang paling dominan muncul dalam karikatur harian Kompas edisi Mei 2011 adalah presuposisi structural yaitu sebanyak delapan karikatur.


(5)

5.2 Saran

Berdasarkan uraian-uraian di atas ada beberapa saran yang ingin disampaikan penulis, saran tersebut adalah kajian tentang praanggapan dalam bahasa karikatur dalam surat kabar harus lebih ditingkatkan karena karikatur-karikatur dalam surat kabar itu memiliki makna pragmatik yang sangat unik. Jadi, apabila keunikan ini digali lebih dalam lagi, praanggapan dalam bahasa karikatur surat kabar harian apapun itu akan lebih jelas terlihat makna yang terkandung di dalamnya.

Selain itu, kajian mengenai Pragmatik harus lebih ditingkatkan lagi karena kajian pragmatik sangat menarik untuk diteliti. Disamping penelitian tentang pragmatik yang harus ditingkatkan, penelitian tentang praanggapan juga harus ditingkatkan misalnya praanggapan dalam bahasa karikatur di surat kabar lain, seperti surat kabar SIB, Analisa, Sindo, Tribun dan Waspada untuk mendeskripsikan variasi praanggapan yang mungkin berbeda dari penelitian ini.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bagun, Rikard. 1965. Kompas.Kompas Media Nusantara dalam

2011

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal – Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya : Airlangga Univercity Press.

Hardhiansari, Siti Rizki.2004.”Praanggapandalam Rubrik “kutipan” Jawa Pos Edisi Desember 2003-januari 2004”.(Skripsi). Universitas Negeri Surabaya Keraf, Gorys. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kridalaksana, Harimurti.2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Natawijaya, P. Suparman. 1986. Teras Komposisi. Jakarta: Intermasa

Paramytha, Gayati Nadia.2009.”Praanggapan dalam Tuturan Adegan Film Janji Joni”.(Skripsi). Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia

Parera, J. D. 2004. Teori Semantik. Jakarta : Angkasa

Puspita, Yeni. 2011.”Analisis Semiotika Karikatur Oom Pasikom”. (Skripsi). Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Rahardi, Kunjana. 2008. Pragmatik. Gelora Aksara Pratama

Rahmawan, Arief. 2008. Praanggapan Pragmatik. Dal

diakses tanggal 20 Februari 2011

Siregar, Asrul. 1997.”Pragmatik dalam Linguistik”.(Makalah). Medan : Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Sobur, Alex. 2004 . Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Soemarno, Marmo. 1988. Pragmatik dan Perkembangan Mutakhirnya. Jakarta:

Lembaga Bahasa Atmajaya

Sudaryanto. 1993. Metode Linguistik : Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.Yogyakarta : DutaWacanaUniversity press.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik.Bandung : Angkasa Yule, George. 1996. Pragmatik.OxfordUniversity Press