keterikutan yang memiliki makna yang diasumsikan pada sebuah tuturan. Ciri- ciri praanggapan itu sendirilah yang telah menyebabkan pokok permasalahan ini
diteliti, baik dilihat dari perspektif semantik maupun perspektif pragmatik. Setelah mengetahui pengertian praanggapan menurut beberapa ahli seperti
yang telah dikemukakan di atas, penulis berusaha memaparkan jenis-jenis praanggapan menurut beberapa ahli bahasa. Menurut Nababan dalam Rahmawan
http:www.ruangbaca.com , mula-mula pengkajian praanggapan dikerjakan oleh
ahli-ahli falsafah dengan pendekatan semantik. Belakangan ini, linguis dan ahli antropologi dan psikologi mengkaji praanggapan ini dengan pendekatan
pragmatik.
2.2.2.1 Jenis Praanggapan
Yule 1996 : 46 menyatakan ada 5 jenis praanggapan atau presuppositionyaitu :
1. Presuposisi faktif nyata
Presuposisi faktif nyata adalah informasi yang dipraanggapkan yang dianggap sebagai kenyataan. Praanggapan ini muncul dari informasi yang ingin
disampaikan dinyatakan dengan kata-kata yang menunjukkan suatu fakta atau berita yang diyakini kebenarannya.
1a. Dia tidak menyadari bahwa dia sakit Praanggapan : Dia sakit
1b. Saya tidak sadar bahwa dia sudah menikah Praanggapan : Dia sudah menikah
Universitas Sumatera Utara
1c. Dia tidak tahu bahwa Angelina di penjara karena kasus korupsi Praanggapan : Angelina di penjara
2. Presupposisi leksikal
Presuposisi leksikal adalah praanggapan yang dinyatakan dengan cara tersirat sehingga penegasan atas praanggapan tuturan tersebut biasa didapat
setelah pernyataan tersebut. 2a. Dia berhenti merokok
Praanggapan : Dulu dia merokok 2b. Kamu terlambat lagi
Praanggapan : Sebelumnya kamu terlambat 2c. Kamu korpusi lagi
Praanggapan : Sebelumnya kamu korupsi 3.
Presupposisi struktural Presupposisi struktural adalah praanggapan yang dinyatakan melalui
tuturan yang strukturnya jelas dan langsung dipahami tanpa melihat kata-kata yang digunakan.
3a. Siapa yang mengetuk pintu? Praanggapan : Ada orang yang mengetuk pintu.
4. Presuposisi non-faktif
Universitas Sumatera Utara
Presuposisi non-faktif adalah suatu presuposisi yang diasumsikan tidak benar atau masih memungkinkan adanya pemahaman yang salah karena
penggunaan kata-kata yang tidak pasti atau masih ambigu. 4a. Dia berpura-pura sakit
Praanggapan : Dia tidak sakit. 4b. Saya bermimpi bahwa saya kaya
Praanggapan : Saya tidak kaya. 5.
Presuposisi faktual bertentangan atau berlawanan Presuposisi faktual bertentangan atau berlawanan adalah praanggapan
yang menghasilkan pemahaman yang berkebalikan dari pernyataannya . 5a. Andaikata Anda temanku, Anda akan menolongku
Praanggapan : Anda bukan temanku
2.2.2.2 Karikatur
Karikatur adalah produk keahlian seorang karikaturis, baik dari segi pengetahuan,intelektual,teknik melukis,psikologis, bacaan maupun bagaimana dia
memilih topik isu yang tepat. Karena itu, kita biasa mendeteksi tingkat intelektual seorang karikaturis dari sudut ini. Juga cara dia mengkritik yang secara tidak
langsung membuat orang yang dikritik justru tersenyum. Karikatur adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus.
Semula, karikatur ini hanya merupakan selingan atau ilustrasi belaka. Namun, pada perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan
Universitas Sumatera Utara
kritik yang sehat. Dikatakan kritik yang sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambar-gambar yang lucu dan menarik Sobur, 2004:140 .
Karikatur ialah gambar sindiran yang bersifat sinis, ironis, atau sarkamis yang berbentuk humor, sebagai refleksi dari suatu keadaan sosial, politik,
ekonomi dan kebudayaan. Dalam apresiasi budaya, karikatur ini merupakan Profil Satire dan teks daripada karikatur ini dapat berbentuk topik, tema atau pokok
pikiran Natawijaya, 1968:118. Makna karikatur memberi muatan atau tambahan ekstra. Karikatur telah
berkembang sejak abad ke-18 terutama di Perancis. Karikatur sudah sedemikian lama merebak ke segala penjuru dunia, sebagai “seni khusus” gambar distortif
wajah dan figur tokoh masyarakat. Karikatur melukiskan keadaan yang sedang berlaku atau menyindir yang
menyinggung hati nurani masyarakat ramai dan merupakan seni berpikir, humor dan menyindir.
Karikatur pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis, yakni karikatur verbal dan nonverbal. Karikatur verbal yaitu karikatur yang dalam
visual gambarnya memanfaatkan unsur-unsur verbal, seperti kata, frase dan kalimat, sedangkan karikatur nonverbal cenderung memanfaatkan gambar
sebagai bahasa bertutur agar maksud yang termaksud dalam gambar tersampaikan kepada pembaca.
Bila diperhatikan, kita akan menemukan beberapa bentuk karikatur sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Merupakan Sketsa
Sketsa maksudnya adalah gambar rancangan sebelum diwujudkan menjadi sebuah lukisan yang utuh. Biasanya berbentuk samar.
2. Naturalis, gambar biasa
Naturalis maksudnya adalah gambar ilustrasi yang memiliki bentuk dan warna sama dengan kenyataan yang ada dialam tanpa ada
pengurangan atau penambahan. 3.
Bentuk diagram
Bentuk diagram maksudnya adalah bersifat simbolis dan abstrak sehingga sulit untuk dimengerti.
4. Psikologis
Psikologis yaitu karikatur yang menonjolkan watak pelaku seseorang.
5. Berbentuk jenaka atau humor
Bentuk jenaka humor yaitu karikatur yang mampu membuat orang tertawa.
6. Teks deskriptif yang mudah dipahami
Teks deskriptif yang mudah dipahami yaitu karikatur yang mampu memaparkan, menggambarkan sesuatu secara jelas sehingga orang
mampu memahami maksudnya dengan mudah.
Universitas Sumatera Utara
7. Teks fenomena yang mengembangkan gejolak masyarakat
Teks fenomena yang mengembangkan gejolak masyarakat yaitu karikatur yang menggambarkan hal-hal yang terjadi pada masa
sekarang. Fenomena apa yang sering terjadi dituangkan dalam bentuk karikatur. Natawijaya dalam Puspita 2011:13
Pendapat di atas mengandung pengertian betapa pentingnya sebuah komunikasi dalam kehidupan manusia. Pekerjaan komunikasi di dalam pengertian
hubungan masyarakat melibatkan usaha mengirimkan atau menyampaikan pesan yang berupa lambang, bahasa lisan, tertulis, atau gambar dari sumber kepada
khalayak dengan mempergunakan satu atau beberapa media sebagai saluran dari pesan atau lambang tadi, misalnya surat kabar, majalah, buku, brosur, surat
ataupun lisan, tujuannya untuk mempengaruhi pendapat atau sikap dan tindakan orang-orang yang menerima pesan itu tadi.
Masyarakat lebih menyukai informasi bergambar jika dibandingkan dengan yang berbentuk tulisan, karena melihat gambar jauh lebih mudah dan
sederhana. Dengan kata lain media gambar merupakan metode yang paling cepat untuk menanamkan pemahaman, walau gambar tidak disertai dengan tulisan
sekalipun. Gambar berdiri sendiri dan selalu memiliki subyek yang mudah dipahami, sebagai simbol yang jelas dan mudah dikenal.
2.3 Tinjauan Pustaka
Penelitian praanggapan sudah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya Gayati Nadia Paramytha 2009 dalam skripsinya yang berjudul
Praanggapan dalam tuturan Adegan film Janji Joni. Skripsi ini membahas
Universitas Sumatera Utara
praanggapan yang muncul dalam tuturan adegan film Janji Joni. Penelitian ini bersifat deskriptif yang sumber datanya merupakan transkripsi dari tuturan dalam
adegan film. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan praanggapan – praanggapan yang muncul dalam adegan film dan mengklasifikasikan jenis
praanggapan yang muncul. Siti Rizki Hardhiansari dalam skripsinya Praanggapan dalam Rubrik
”kutipan” Jawa Pos edisi Desember 2003 – Januari 2004. Dia mendeskripsikan praanggapan pragmatik dan praanggapan semantik yang terdapat dalam rubrik
Kutipan Jawa Pos selama edisi Desernber 2003 -Januari 2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan data yang telah diidentifikasi berdasarkan
jenisnya, yakni praanggapan pragmatik dan praanggapan semantik. Dalam pengklasifikasian ini, penulis membuat tabel untuk membedakan kedua
praanggapan tersebut
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh KBBI, 2003:994. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
yaitu bahasa karikatur dalam harian Kompas yang terbit pada edisi Mei 2011. Bulan Mei 2011 banyak terdapat karikatur yang bertema korupsi. Sehingga
penulis mengambil data pada bulan Mei 2011.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa pada objek yang diteliti. Data dikumpulkan dengan
cara menyimak karikatur yang muncul dalam harian kompas sebagai sumber data, metode simak ini diwujudkan dengan teknik catat Surdayanto, 1993:135. Teknik
catat ini digunakan untuk mencatat data-data yang dibutuhkan.
3.2.2 Metode dan Teknik Analisis Data