penyakit,model ini menekankan perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen. Dalam model ini faktor agent adalah yang bertanggung jawab terhadap
penyebab penyakit infectious agent yaitu organisme penyebab penyakit. Faktor host adalah individu atau populasi yang berisiko terpajan penyakit
meliputi faktor genetik atau gaya hidup. Faktor environment adalah tempat dimana host hidup termasuk kondisi cuaca dan faktor-faktor lingkungan yang mendukung
terjadinya suatu penyakit tersebut muncul. Menurut model segitiga epidemiologi ini sehat dan sakit dapat dipahami dengan mendalami karateristik, perubahan dan
interaksi diantara agent, host dan environment.
1. Faktor Agent
adalah penyebab dari penyakit pneumonia yaitu berupa bakteri,virus,jamur, dan protozoa sejenis parasit. Namun pada penelitian ini faktor agent faktor
yang saya tidak teliti.
2. Faktor Host Faktor Anak
Faktor risiko infeksi pneumonia pada host dalam hal ini anak balita meliputi: usia, jenis kelamin,berat badan lahir,status imunisasi campak,
pemberian ASI eksklusif, status pemberian vitamin A,BBLR.
a. Hubungan Imunisasi Campak
Imunisasi bertujuan memberikan kekebalan kepada anak terhadap penyakit dan menurunkan angka kematian dan kesakitan yang disebabkan penyakit-
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Seperti diketahui 43,1 - 76,6 kematian ISPA yang berkembang penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi,seperti Difteri dan Campak. Bila anak sudah dilengkapi dengan imunisasi campak, dapat diharapkan perkembangan penyakit ISPA tidak akan
menjadi berat. Maka peningkatan cakupan imunisasi akan berperan besar dalam pemberatasan ISPA. Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar
11 kematian pneumonia balita dapat dicegah. Berdasarkan penelitian oleh Hatta 2001 menyatakan bahwa, balita yang
tidak mendapat imunisasi campak mempunyai risiko 2.307 kali lebih besar untuk menderita pneumonia dibandingkan dengan balita yang mendapat
imunisasi campak.
b. Riwayat Pemberian Vitamin A
Adanya hubungan antara pemberian vitamin A dengan risiko terjadinya pneumonia Sommer,1984. Penelitian yang dilakukan oleh Herman 2002,
dinyatakan bahwa balita yang tidak pernah mendapatkan vitamin A dosis tinggi lengkap mempunyai risiko untuk menderita pneumonia 4 kali
dibandingkan dengan balita yang mendapatkann vitamin A dosis tinggi lengkap. Hasil penelitian Herman 2002 menggambarkan bahwa balita yang
tidak mendapat vitamin A dosis tinggi lengkap mempunyai peluang 3,8 kali terkena pneumonia dibanding anak yang mempunyai riwayat pemberian
vitamin A dosis tinggi lengkap dan secara statistik mempunyai hubungan bermakna dengan nilai OR = 3,8 95 CI :2,4-6,2 p=0,000.
c. Riwayat Pemberian ASI
ASI air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, karena itu
untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal ASI perlu diberikan secara eksklusif Nelson, 2000. Bayi dianjurkan untuk
disusui secara ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan pendamping ASI, idealnya selama
dua tahun pertama kehidupan. Menyusui secara eksklusif terbukti memberikan resiko yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit infeksi dan
penyakit menular lainnya di kemudian hari. Hasil penelitian Naim 2001 di Jawa Barat menjelaskan anak usia 4 bulan sampai 24 bulan yang tidak
mendapat ASI ekslusif menunjukkan adanya hubungan yang bermakna terhadap terjadinya pneumonia dan memiliki risiko terjadinya pneumonia
4,76 kali dibanding anak umur 4 bulan sampai 24 bulan yang diberi ASI eksklusif ditunjukkan dengan nilai statistik OR=4,76 95 CI 2,98
– 7,59 dan nilai p=0,000.
d. Berat Badan Lahir