61
C. Kerangka Pemikiran
1.  Hubungan Variabel Operasional Penelitian dengan Return Saham. a.   Pengungkapan Sosial
Umumnya  perusahaan  mengeluarkan  biaya-biaya yang
termasuk dalam biaya pertanggungjawaban sosial adalah seperti dalam program  1  pendidikan  beasiswa,  renovasi  fisik  bangunan  sekolah,
bantuan  buku  perpustakaan;  2  kesehatan  pengobatan  massal, pembangunanrenovasi  gedung  puskesmas;  3  ekonomi  bantuan
modal, kegiatan ekonomi produktif, mediasi ke akses permodalan; 4 bidang  sosial-keagamaan  pembangunan  sarana  ibadah,  khitanan
massal;  5  bantuan  bencana  bantuan  obat  dan  makanan,  upaya evakuasi  hingga  pembangunan  kembali  rumah  dan  infrastruktur  yang
rusak Wibowo, 2007. Tentunya  munculnya  biaya  tersebut  pada  mulanya  masuk
dalam  kategori  pusat  biaya  cost  centre  karena  pengembalian  yang diharapkan dalam mengeluarkan biaya sosial saat ini masih tidak pasti,
ini  didasari  pada  banyaknya  pengujian  yang  telah  dilakukan  peneliti akademisi  maupun  praktisi  baik  dalam  maupun  luar  negeri  bahwa
hubungan  pertanggungjawaban  sosial  dengan  kinerja  keuangan cenderung tidak memiliki pengaruh yang signifikan.
Menurut Soana 2009, Saleh  et.all  2008  Brine  et.all  2007, Adi 2008, Nelling dan Webb 2006,  dan Sembiring 2005, bahwa
adanya pengungkapan sosial tidak memberikan pengaruh positif  yang
62 signifikan terhadap kinerja keuangan financial performance. Dengan
perbedaan  sampel,  waktu,  dan  geografis  dari  penelitian-penelitian tersebut tentunya fakta ini memang telah teruji.
Sependapat  dengan  hasil  penelitian  mereka  seperti  Zubaidah 2008,  Hill  et.all  2007  dalam  Majalah  Bisnis  dan  CSR,  Rosmasita
2007,  Kenta  2006,  Tsoutsoura  2004,  Orlitzky  et.all  2003, Mahoney  dan
Roberts  2002  bahwa  pengungkapan  sosial mempengaruhi  secara  pasti  kinerja  keuangan.  Penelitian  tersebut
tentunya dengan waktu, variabel, dan sampel yang berbeda. Dari  hasil-hasil  penelitian  yang  mayoritas  asing  tersebut,
penemuan  yang  paling  penting  dari  meta  analysis  ini  dari  52 penelitian,  rentang  waktu  30  tahun  dan  dengan  beberapa  industri,
bahwa  business  social  performance  SP  positif  berhubungan  dengan business financial performance
FP Orlitzky, 2005. Menurut  pemenang  hadiah  Nobel  dalam  bidang  ekonomi,
Milton  Friedman,  satu-satunya  tanggung  jawab  sosial  yang  dimiliki organisasi  adalah  memuaskan  pemiliknya,  yaitu  pemegang  saham.
Dengan  memaksimalkan  keuntungan,  perusahaan  memaksimalkan kekayaan
dan kepuasan
pemegang saham.
Dan Friedman
menganjurkan  hal  tersebut  dengan  asumsi  bahwa  pemegang  saham dapat  menggunakan  waktu  dan  menambah  kekayaan  untuk
disumbangkan  kepada  kegiatan  amal,  sosial,  atau  lembaga  lain  yang
63 mereka  inginkan,  bukan  lembaga  yang  dikhendaki  perusahaan
Tunggal, 2008, 24-25. Sesuai  dengan  pendapat  Daniri  Majalah  Bisnis  dan  CSR,
2008,  perusahaan  yang  laporan  tahunannya  menyampaikan  aktifitas CSR-nya  mendapat  perhatian  lebih  positif  dari  para  investor  saham.
Malah harga sahamnya bisa lebih baik karena kelangsungan usahanya atau  corporate  sustainability-nya  lebih  meyakinkan  investor.
Perusahaan itu
diyakini memperhatikan
aspek sosial
dan lingkungannya.
Berdasarkan survey  yang pernah dilakukan oleh sejumlah fund manager
terhadap  perusahaan  yang  melakukan  CSR,  fund  manager mau  memberikan  harga  yang  lebih  baik  ketimbang  terhadap
perusahaan  yang  tidak  melakukan  CSR.  Logikanya  sederhana, perusahaan  ini  menjadi  listed  company  terpercaya,  kelangsungan
usahanya  lebih  terjamin  ketimbang  yang  tidak  melakukan  GCG  dan CSR.  Bahkan,  sekarang  banyak  fund  manager  yang  membuat  list
sendiri mengenai perusahaan yang menerapkan GCG dan CSR Daniri dalam Majalah Bisnis dan CSR, 2008.
b.  Profil Perusahaan Sifat  dan  jenis  industri  suatu  perusahaan  telah  diidentifikasi
sebagai  faktor  yang  potensial  menentukan  praktek  pengungkapan sosial. Menurut Dieker dan Preston 1977 dalam Khoirunnisa 2006
64 berpendapat  bahwa  perusahaan  yang  aktifitas  eksternal  mengolah
lingkungan,  lebih  cenderung  mengungkapkan  informasi  tentang pengaruh  aktifitasnya  terhadap  lingkungan  daripada  industri  lainnya
sehubungan  dengan  jumlah  pengungkapan  tanggungjawab  sosial perusahaan.  Patten  1991  dan  Robert  1992  dalam  Khoirunnisa
2006  telah  menemukan  hubungan  yang  positif  antara  high  profile industri  dengan  jumlah  pengungkapan  tanggungjawab  sosial
perusahaan. Untuk membedakan kedua jenis industri dalam high profile
dan  low  profile,  Utomo  2000  dalam  Khoirunnisa  2006 mendefinisikan  perusahaan  high  profile  dan  perusahaan  low  profile
sebagai berikut : a  Robert 1992 dalam Khoirunnisa 2006 mendefinisikan perusahaan
high  profile sebagai  perusahaan  yang  memiliki  consumer  visibility,
tingkat  resiko  dan  tingkat  kompetensi  yang  tinggi.  Cowen  et.all dalam  Khoirunnisa  2006  menambahkan  bahwa  perusahaan  yang
berorientasi kepada
pelanggan akan
lebih memperhatikan
pertanggungjawaban  sosialnya  kepada  masyarakat  karena  hal  ini dapat  meningkatkan  citra  perusahaan  dan  mempengaruhi  tingkat
penjualan. b  Diekers  dan  Preston  dalam  Khoirunnisa  2006  menggambarkan
industri  high  profile  sebagai  perusahaan-perusahaan  yang  aktivitas ekonominya  memodifikasi  lingkungan,  misalnya  industri  ekstraktif
65 yang  lebih  sering  mengungkapkan  informasi  tentang  dampak-
dampak lingkungannya daripada industri lain.
Berdasarkan  penelitian-penelitian  sebelumnya,  perusahaan yang  terklarifikasi  dalam  kelompok  industri  high  profile  antara  lain  :
Patten  1991  dalam  Khoirunnisa  2006  mengklasifikasikan perusahaan perminyakan, pertambangan lain, kimia, dan kertas sebagai
industri  high  profile.  Sementara  Robert  1992  dalam  Khoirunnisa 2006  mengklasifikasikan  perusahaan  otomotif,  penerbangan,  dan
industri minyak sebagai perusahaan high profile. Henny dan Murtanto 2001 menambahkan industri minuman, energi  listrik, engineering,
kesehatan,  serta  transportasi  dan  pariwisata  sebagai  industri  high profile
. Sedangkan industri low profile terdiri dari bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok peralatan medis, properti, retailer, tekstil dan
produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga. Menurut  penulis,  pengungkapan  sosial  yang  dilakukan  pada
perusahaan high profile lebih diperhatikan oleh  investor asing, karena dengan  diadakannya  program  pertanggungjawaban  sosial  maka
perusahaan itu kemungkinan besar akan exist, meskipun dalam negara berkembang  seperti  di  Indonesia  penerapan  CSR  pada  sebagian  besar
perusahaan masih terbatas. Sebaliknya, untuk perusahaan low profile, pengungkapan  yang
dilakukan  rasanya  tidak  mempengaruhi  keputusan  investor.  Karena
66 pada dasarnya, inti usaha perusahaan low profile tidak mempengaruhi
dampak  lingkungan  dan  sosial  secara  signifikan.  Sehingga  terdapat perbedaan  hasil  antara  perusahaan  high  profile  dan  low  profile
mengenai pengaruh pengungkapan sosial terhadap return saham.
67
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Variabel Independen                                           Variabel Dependen
D. Perumusan Hipotesis