Tanda dan Makna Landasan Teori

16 S adalah semiotic relation hubungan semiotik; s untuk sign tanda; i untuk interpreter penafsir; e untuk effect pengaruh misalnya suatu tanda diposisi dalam i akan bereaksi dengan cara tertentu terhadap kondisi r pada kondisi - kondisi tertentu c karena s ; r untuk reference rujukan; dan c untuk context konteks atau conditions kondisi. Saat ini dikenal dua jenis semiotika yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi. 1. Semiotika komunikasi yang dikembangkan oleh Charles Sanders Pierce lebih menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode sistem tanda, pesan, saluran komunikasi dan acuan. 2. Semiotika signifikasi yang dikembangkan oleh Ferdinand de Sassure memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu. Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna meaning adalah hubungan antara objek atau ide dan suatu tanda.

2.1.3 Tanda dan Makna

Tanda sebenarnya representasi dari gejala yang memiliki sejumlah kriteria seperti : nama sebutan, peran, fungsi dan tujuan, keinginan. Tanda tersebut berada pada kehidupan manusia. Apabila tanda berada pada kehidupan manusia, maka ini berarti tanda dapat pula berada pada kebudayaan manusia dan menjadi system tanda yang mengatur kehidupanya. Oleh karenanya tanda - tanda itu yang berada pada sistem tanda sangatlah akrab dan bahkan melekat pada kehidupan 17 manusia yang penuh makna meaning action seperti teraktualisasi pada bahasa, seni sejarah, religi, ilmu pengetahuan. Budianto dalam Sobur, 2006: 124 Menurut Bertens 2001 tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk penanda dab petanda dengan kata lain penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan, apa yang didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda sendiri adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsure tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi: penanda atau petanda; signifier atau signified; significant atau signifie. Suatu penanda tanpa petanda tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda itu sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistic. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas”. Sobur, 2004 : 46 Jadi, meskipun antara penanda dan petanda tampak sebagai entitas yang terpisah – pisah namun keduanya hanya ada sebagai komponen tanda. Tandalah yang merupakan fakta dasar bahasa. Maka itu setiap upaya untuk memaparkan metode Saussure mengenai bahasa pertama – tama harus membicarakan pandangan Saussure mengenai hakikat tanda tersebut. Setiap tanda kebahasaan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra sound image, bukan menyatakan sesuatu sebagai nama. Dua konsep signifier 18 dan signified tidak dapat dipisahkan, memisahkan berarti hanya menghancurkan “kata” tersebut. Tanda terdapat dimana - mana. Kata adalah tanda, demikian pula gerak isyarat, lampu lalu lintas, bendera dan sebagainya. Struktur karya sastra, struktur film, bangunan atau nyanyian burung dapat dianggap sebagai tanda. Karya sastra yang besar, misalnya merupakan produk strukturisasi dari subjek kolektif Faruk, 1999 dalam Sobur, 2006 : 124. Subyek kolektif itu dapat berupa kelompok, kekarabatan, kelompok sekerja, kelompok territorial, dan sebagainya. Karena itu jelas bahwa segala sesuatu dapat menjadi tanda. Charles Sanders Pierce seorang ahli filsafat dari Amerika menegaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan sarana tanda. Sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi Sudjiman dan Van Zoest, 1996 dalam Sobur, 2006: 124 Pemikiran Saussure yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandangannya mengenai tanda. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dalam melakukan pemilihan antara apa yang disebut signifier penanda dan signified petanda. Signifier adalah bunyi yang bermakna aspek material yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental yakni pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa. Kedua unsur ini seperti dua sisi dari sekeping mata uang atau selembar kertas. Tanda bahasa dengan demikian dapat menyatukan, bukan hal dengan nama, melainkan konsep dan gambaran akustis. Saussure menggambarkan tanda yang terdiri dari atau signifier dan sigrafiied itu sebagai berikut : 19 Sumber : McQuail, Teknik Riset Komunikasi, 2006 halaman 266 Gambar 2.1 . Diagram Semiotik Saussure Saussure menyebut signifier sebagai bunyi atau coretan bermakna, sedangkan signified adalah gambaran mental atau konsep sesuatu dari signifier. Hubungan antara keberadaan fidik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification. dengan kata lain, signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia. Fiske, 1990 dalam Sobur, 2006: 125 Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk kultural. Hubungan diantara keduanya bersifat arbiter manasuka dan hanya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau peraturan dari kultur pemakai Sign Composed of Signifier Physical existence of the sign} Signified Mental concept External reality of meaning Signification 20 bahasa tersebut. Hubungan anta signifier dan signified tidak bisa dijelaskan dengan nalar apapun, pilihan bunyi - bunyinya maupun pilihan untuk mengkaitkan rangkaian bunyi tersebut dengan benda atau konsep yang dimaksud, karena hubungan yang terjadi antara signifier dan signified bersifat arbitrer, maka makna signifier harus dipelajari yang berarti ada struktur pasti atau kode yang membantu menafsirkan makna. Sifat arbitrer antara signifier dan signified serta kaitan antara kedua komponen ini menarik bila dikaitkan dengan kekuaasaan. Maksudnya, bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifter. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan. Maksudnya bagaimana kekuasaan atau pihak yang memegang kekuasaan dapat menentukan signified mana yang boleh dikaitkan dengan signifier. Hal ini bisa terjadi dalam sebuah kekuasaan yang bersifat otoriter dimana signified tertentu hanya bisa diberi makna oleh pihak penguasa dan signified alternatif atau tandingan tidak diberi tempat. Ketika bahasa berupaya mendefinisikan realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa referensi langsung terhadap yang ditandakan signified. Suatu pengertian atau definisi tentang sesuatu tinggal sebagai definisi belaka. Akibatnya bahasa menjadi kosong sebab bahasa tampak sebagai rangkaian perumusan yang tersimpan dalam kamus atau memori saja. Hubungan antara signifier dan signified ini yaitu Kurniawan, 2001 :30 21 1. Signifier atau penanda adalah bunyi yang bermakna aspek material, yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. 2. Signified atau petanda adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep Aspek mental dari bahasa. Bahasa dimata Saussure seperti kerja musik, baginya bahasa adalah keutuhan yang berdiri sendiri. Pendekatan inilah yang disebut - sebut sebagai Ilmu Linguistik Struktural, pada perkembangan selanjutnya, pemahaman struktural demikan menjadi dasar pemikiran postmodernisme yang diwariskan Saussure. Sobur, 2004: 44. Dua hat yang menjadi strukturalisme sebagai gerakan otonomi adalah pandangan, dimana cara berpikir tentang dunia dikaitkan dengan persepsi dan deskripsi struktur, pada hakikatnya dunia lebih tersusun dari hubungan - hubungan daripada benda itu sendiri Hawks dalam Kusumaningrum, 2005 : 33. Strukturlisme memasukkan gejala, kegiatan atau hasil kehidupan termasuk lirik lagu ke dalam suatu kemasyarakatan atau system makna yang terdiri dari struktur yang mandiri dan tertentu dalam antar hubungan. Pengkajian kerja bahasa berdasarkan strukturalisme dinamik merupakan pengkajian semiotik. Artinya kerja bahasa dipertimbangkan sebagai sistem tanda dan mempunyai dua fungsi, yang pertama adalah otonom, yaitu tidak menunjuk diluar dirinya. Yang ke dua, bersifat informasi yaitu menyampaikan pikiran, gagasan, perasaan, sehingga sebagai sebuah struktur kerja bahasa dalam semiotik selalu dinamis Sayuti dalam Kusumaningrum, 2003 : 651. Adapun lima pandangan Saussure yang menjadi peletak dasar dari strukturalisme yaitu : 22 1. Signifier penanda dan Signified petanda 2. Form bentuk dalam Content isi 3. Language bahasa dan Parole tuturan atau ujaran 4. Synchronic sinkronik dan Diachronic diakronik 5. Syntagmatic sintagmatig dan Associative paradigmatig Saussure juga meletakkan dasar perbedaan antara langue dan parole sebagai dua pendekatan linguistic. Dalam pengertian umum langue adalah abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat individu Hidayat dalam Sobur, 2004 : 50. Langue sebagai totalitas dari kumpulan fakta dan bahasa. Dalam konsep Saussure, Langue dimaksudkan bahasa sejauh merupakan titik milik bersama dari suatu golongan tertentu. Akibatnya, langue melebihi semua individu yang berbicara bahasa itu, seperti juga sebuah simfoni tidak sama dibawakan dalam sebuah konser oleh orkes tertentu. Sobur, 2004 : 49-50 Sedangkan Iparole adalah living speech, yaitu bahasa yang hidup atau bahasa yang sebagaimana terlihat penggunanya. Parole lebih memperhatikan factor pribadi pengguna bahasa. Kalua unit dasar langue adalah kata, maka unit parole adalah kalimat. Sobur, 2004 : 51 Synchronic dan Diachronic, studi sinkronik sebuah bahasa adalah deskripsi tentang keadaan tertentu bahasa tersebut. Sedangkan diakronik adalah menelusuri waktu, jadi studi diakronik atas bahasa tertentu adalah deskripsi tentang perkembangan sejarah. sobur, 2004 : 53 23 Syntagmatic dan Associative, antara sintagmatik dan paragmatik hubungan – hubungan ini terdapat pada kata – kata sebagai rangkaian bunyi – bunyi maupun kata sebagai konsep. Sobur, 2004 : 54 Hubungan paragmatik menurut Cobley dan Jansz dalam Sobur 2004 : 55, harus selalu sesuai dengan aturan sintagmatiknya, bagaimana garis x dan garis y dalam sebuah koordinat Teks lagu disebut juga partitur, yaitu dalam bentuk tulisan. Penulisan teks dalam bentuk syair lirik lagu memerlukan ketrampilan sastra bah sehingga kalimat yang berupa ungkapan isi hati dapat mudah dimengerti maksudnya, enak dirasakan dan dapat menyentuh rasa serta menimbulkan rasa haru. Kartono, 2004: 90 - 92

2.1.4 Teori - teori makna