sangat berat. Oleh karena itu, perlu dipilih nilai-nilai tertentu yang diprioritaskan penanamannya pada peserta didik.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Pemahaman Peserta Didik Tentang Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter Di SMA Negeri Ajibarang
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas ini dilandasi oleh penelitian tentang kajian pendidikan karakter dan kearifan lokal yang
sebelumnya telah ada, antara lain : 1. Pengintegrasian Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Di
Sekolah, oleh : Marzuki, tahun 2012 Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran
dapat dilakukan dengan pemuatan nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru harus mempersiapkan pendidikan karakter mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga
evaluasinya. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah perlu didukung oleh keteladanan guru dan orang tua murid serta budaya
yang berkarakter. 2. Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati oleh:
Sartini, 2004 Eksplorasi terhadap kekayaan luhur budaya bangsa tersebut
sangat perlu untuk dilakukan, sekaligus juga berupaya untuk mengkritisi eksistensinya terkait dengan keniscayaan adanya
commit to user
perubahan budaya. Ruang eksplorasi dan pengkajian kearifan lokal menjadi tuntutan tersendiri bagi pengembangan institusional
filsafat dan bagi eksplorasi khasanah budaya bangsa pada umumnya. Ada banyak hal untuk menjelaskan bagaimana pengaruh
hubungan lintas budaya dan globalisasi mempengaruhi kearifan lokal.
Dalam konteks nilai religi, hubungan antara religi dan perkembangan budaya juga menunjukkan hal serupa. Bagaimana
nilai tertentu terkait dengan kehidupan religius lokal bertemu dengan budaya asing di Arab sendiri dan di Indonesia dapat dilihat
pada tulisan Islam dan Akulturasi Budaya Lokal dijelaskan bahwa dalam akulturasi budaya Arab dan Islam tidak ada pengharaman
untuk tidak memanfaatkan budaya asing dan sebaliknya. Dalam kasus Indonesia juga dijelaskan bagaimana Islam yang berkarakter
dinamis, elastis, dan akomodatif dengan budaya lokal dapat berjalan bersama dan mengutip Gus Dur, terjadi pribumisasi Islam.
Di dalamnya dicontohkan bagaimana konflik budaya material Masjid Demak juga merupakan bentuk adaptasi budaya.
Bagaimana tradisi Syi’ah dapat memberikan corak khusus bagi Islam di Ternate juga merupakan hasil pertemuan budaya. Ada
banyak peluang untuk pengembangan wacana kearifan lokal Nusantara. Dari beragam bentuk dan fungsinya dapat dilihat pada
pemaparan di bagian depan tulisan ini. Di samping itu kearifan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
lokal dapat didekati dari nila-inilai yang berkembang di dalamnya seperti nilai religius, nilai etis, estetis, intelektual atau bahkan nilai
lain seperti ekonomi, teknologi dan lainnya. Maka kekayaan kearifan lokal menjadi lahan yang cukup subur untuk digali,
diwacanakan dan dianalisis mengingat faktor perkembangan budaya terjadi dengan begitu pesatnya. Pengembangan kuliah dan
kajian ala Hairudin Har un dalam “Weltanschaung Melayu Dalam
Era Teknologi Informasi: Komputer menjadi Teras atau Puncak Tewasnya Pemikiran Tradisional Melayu
” dapat memberi inspirasi bagaimana kita harus berpikir tentang kekayaan dan eksistensi
kearifan lokal Nusantara. Jurnal penelitian ini memiliki relevansi dalam penelitian
ini, terkait dengan konsep dasar tentang wawasan kearifan lokal yang masih bisa untuk terus digali, diwacanakan dan
dikembangkan dalam rangka membentuk karakter. 3. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa
Berwawasan Kearifan Lokal oleh: Imam Suyitno, 2012 Pendidikan nasional Indonesia saat ini masih menghadapi
berbagai masalah. Capaian hasil pendidikan masih belum memenuhi hasil yang diharapkan. pembelajaran di sekolah belum
mampu membentuk
secara utuh
pribadi lulusan
yang mencerminkan karakter dan budaya bangsa. Proses pendidikan
masih menitikberatkan dan memfokuskan capaiannya secara perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
kognitif. Sementara, aspek afektif pada diri peserta didik yang merupakan bekal kuat untuk hidup di masyarakat belum
dikembangkan secara optimal. Karena itu, pendidikan karakter dan budaya bangsa merupakan suatu keniscayaan untuk dikembangkan
di sekolah. Sekolah sebagai pusat perubahan perlu mengupayakan secara sungguh-sungguh pendidikan yang berbasis karakter dan
budaya bangsa. Karakter dan budaya bangsa yang dikembangkan di sekolah harus diselaraskan dengan karakter dan budaya lokal,
regional, dan nasional. Untuk itu, pendidikan karakter dan budaya bangsa perlu dikembangkan berdasarkan kearifan lokal.
Sistem pendidikan nasional dalam batas tertentu telah menghasilkan insan yang berkualitas, misalnya sejumlah orang
yang dipercaya untuk menduduki posisi strategis di semua sektor dan di tengah-tengah masyarakat. Namun, patut diakui bahwa
masih banyak pernyataan yang mengindikasikan sistem pendidikan kita ikut andil akan rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan
masih merebaknya dekadensi moral yang berdampak terhadap krisis multidimensional.
Untuk meminimalisasi dan memperkecil, bahkan menghilangkan krisis multi dimensi, terutama perilaku tak
bermoral yang meluas di masyarakat, maka perlu ditata konsep dan implementasi pendidikan nasional. Dalam menjamin pendidikan
nasional yang mantap, agar dijaga konsistensi pendidikan karakter perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
sejak dari landasan filosofis, sistem pendidikan, sampai dengan praktik pendidikan. Tujuan pendidikan tidak hanya menjadikan
insan berakal, insan kompeten dan berguna, insan
well-adaptive
, insan
agent of change
, dan insan bertaqwa, melainkan insan yang utuh Wahab, 2010.
Dalam proses pendidikan, peserta didik dipandang sebagai individu yang memiliki potensi moral, mental, fisik, sosial, dan
emosional dengan keunikannya. Mereka sebagai
co-subject-object
yang memiliki kebebasan memilih. Karena itu, kurikulum pendidikan tidak hanya berupa kurikulum yang bererientasi pada
peseta didik, masyarakat, atau pengetahuan dan teknologi, tetapi merupakan kurikulum eklektik dan komprehensif yang mencakup
keempat ranah tersebut
student, society, technology, and spiritual oriented curriculum
. Dalam membangun dan menanamkan budaya bangsa
kepada peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan menjadi agen perubahan. Guru tidak hanya kompeten, tetapi juga menjadi
teladan sikap, pikiran, dan perilaku, kreatif, dan
well adaftif
profesional yang utuh. Demikian juga, ia mengupayakan terus untuk peningkatan diri. Konselor harus benar-benar profesional,
yang selalu siap untuk membantu pengembangan diri peserta didik secara optimal dalam melakukan aktualisasi diri. Kepala sekolah
harus memiliki
principle leadership
, disiplin, model, dan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
supervisonship skill
. Kinerja pustakawan dan laboranteknisi harus memliki jiwa dan sikap yang
helpfull
. Di samping itu, dalam pelaksanaan pendidikan, harus tersedia ahli terkait psikolog,
dokter yang ramah dan suka membantu. Pengelolaan pendidikan perlu diupayakan prinsip keadilan,
kebermaknaan, dan keberamahan pada lingkungan. Pengelolaan pendidikan yang demikian dapat diupayakan melalui pendidikan
yang berbasis sekolah dan berbasis masyarakat sadar nilai dengan pertimbangan
balanced centralization-decentralization
yang tetap menempatkan kepentingan daerah.
Proses pendidikan dilakukan secara terpadu dengan menjadikan spiritualitas sebagai ruhnya. Dalam pembelajaran,
perlu dilakukan penambahan durasi waktu efektif belajar sebagai konsekuensi logis orientasi keluaran
output
yang unggul. Di samping itu, pengelolaan pendidikan harus dilakukan secara
transparan, adil, dan akuntabel. Untuk itu, dalam proses pendidikan perlu dilibatkan orang tua dan masyarakat, baik dalam aspek
akademik, maupun aspek non akademik terutama aspek moralitas. Dalam penilaian pendidikan, tidak hanya difokuskan
pada hasil pendidikan, tetapi juga kepada masukan
input
dan proses penilaian komprehensif.
Penilaian pendidikan tidak hanya pada aspek akademik, tetapi juga aspek nonakademik terutama moral menjadi penentu.
commit to user
Karena itu, penilaian pendidikan sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh guru, melainkan juga peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan lainnya, bahkan jika mungkin melibatkan orang tua. Dalam kegiatan penilaian, tidak hanya dilakukan hanya untuk
kepentingan yang bersifat
judgmental
, tetapi juga bersifat apresiatif dan rekognitif.
Dalam membangun karakter budaya bangsa, lingkungan pendidikan harus mengarah pada penciptaan lingkungan keluarga
yang sarat dengan nilai agama, budaya, dan kebangsaan. Kehidupan di lingkungan sekolah harus mengupayakan lingkungan
sekolah yang kondusif bagi pengembangan nilai. Dalam hal ini, sekolah harus mampu mengondisikan lingkungan masyarakat
dengan nilai-nilai yang baik dan mengendalikannya dengan memainkan peran filter terhadap nilai-nilai asing yang masuk. Di
samping itu, pemangku kepentingan pendidikan harus dapat mengawal isi media masa yang memberikan manfaat bagi
penyebaran nilai-nilai dan mengendalikan isi media masa yang berpotensi merusak kepribadian anak dan bangsa.
Dalam melaksanakan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa, strategi
pengembangan pendidikan perlu mengonseptualisasikan individu sebagai makhluk utuh dengan
menekankan pentingnya aspek moral. Proses pendidikan harus diupayakan untuk pendidikan nilai sedini mungkin dan sepanjang
commit to user
hayat. Program pendidikan dan kurikulum harus dikembangkan secara terpadu sesuai dengan latar belakang sosial budaya dengan
menempatkan nilai moral menjadi ruhnya. Aktivitas keseharian harus menempatkan pimpinan institusi dan pendidik menjadi model
dan bertindak adil, amanah, dan kasih sayang. Pembelajaran hendaknya mampu menciptakan gerakan pendidikan nilai dan
mengawalnya secara berkesinambungan, baik dalam konteks pendidikan formal, informal, maupun nonformal.
Proses pendidikan hendaknya memberikan orientasi peserta didik baru dan melepas lulusan setiap jenjang pendidikan dengan
materi nilai-nilai yang dapat diterima di masyarakat. Agar peserta didik tidak tercerabut dari akar budayanya, pendidikan perlu
menginternalisasikan nilai-nilai
yang dijunjung
tinggi di
masyarakat selama dalam proses pembelajaran dan pendidikan dengan mengupayakan lingkungan fisik dan sosial yang bersih dan
menarik. Penelitian tersebut menjadi acuan dan dasar dari penelitian
ini, dimana nantinya nilai-nilai kearifan lokal yang dijadikan sumber dalam pendidikan karakter termasuk dengan menggunakan
kearifan lokal budaya Islam Aboge . Selanjutnya dari perbedaan nilai tersebut, maka akan dapat dicari tentang bagaimana dan
seperti apa konsep kearifan lokal Islam Aboge yang dipegang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
dalam kehidupan masyarakat Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah.
4. Membangun SDM Bangsa Melalui Pendidikan Karakter, Jalaludin, tahun 2012.
Bangsa Indonesia dewasa ini tengah mengalami semacam
split personality
, sejumlah peristiwa yang mengarah pada dekadensi moral menunjukkan bahwa bangsa ini telah hampir
kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang dikenal beradab dan bermartabat. Sementara tradisi pendidikan tampak belum matang
untuk memilih pendidikan karakter sebagai kinerja budaya dan religius dalam kehidupan masyarakat. Di tengah kondisi tersebut,
pendidikan holistik berbasis karakter yang menekankan pada dimensi etis-religius menjadi relevan diterapkan.
Pendidikan holistik merupakan filosofi pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya pendidikan individu
dapat menemukan identitas, makna, dan nilai-nilai spiritual. Pendidikan moral ini dapat membentuk generasi bangsa yang
memiliki karakter yang mengakar pada budaya dan nilai-nilai religius bangsa, sebagaimana negeri Cina yang mampu melahirkan
generasi handal justru dengan mengedepankan karakter dan tradisi bangsanya.
Jurnal penelitian ini memiliki relevansi dalam penelitian ini, terkait dengan fungsi pendidikan karakter yang menekankan pada
commit to user
dimensi etnis religius dalam membentuk karakter individu yang dapat menemukan identitas, makna dan nilai-nilai spiritual.
5. Pembelajaran Nilai-Nilai kearifan Lokal Sebagai Penguat Karakter Bangsa Melalui Pendidikan Informal oleh : Novia Wahyu
Wardhani, 2013. Penelitian ini bertolak dari banyaknya budaya asing yang
masuknya ke Indonesia, sehingga membuat budaya atau nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia khususnya Jawa di Keraton
Kasunanan Surakarta semakin ditinggalkan dan nilai-nilai modern yang masuk ternyata belum dapat diadopsi secara sempurna oleh
masyarakat sehingga mengakibatkan banyaknya manusia yang berkepribadian pecah. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal pada tembang
Asmarandana
dalam
Serat Wulang Reh
melalui pendidikan informal pada masyarakat Keraton Kasunanan
Surakarta sebagai penguat karakter bangsa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi.
Teknik pengumpulan datanya adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1 Tidak adanya desain pembelajaran yang terprogram dan tersistematis pada
pembelajaran nilai-nilai kearifan dalam pendidikan informal karena desain pembelajaran itu sendiri sudah ada di pikiran masing-masing
commit to user
dan berjalan secara spontan, 2 Pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal dalam pendidikan informal tidak terlepas dari tahap-tahap
internalisasi nilai, 3 Hasil yang diperoleh dari pembelajaran ini adalah
terciptanya manusia
yang ber
Ketuhanan, berperikemanusiaan, serta mampu berbuat baik dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, dan 4 Solusi yang pertama adalah
adanya dukungan dari orang tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah dalam pembelajaran nilai-nilai kearifan lokal
khususnya tembang
Asmarandana
demi kelangsungan
pembelajaran nilai yang baik dan berhasil. Kedua Pemberian
keteladanan dan pembiasaan berbuat setelah adanya pemahaman dari
nilai-nilai tembang
Asmarandana. Ketiga
Adanya keseimbangan
antara kemampuan
intelektual, kemampuan
emosional dan kemampuan spiritual. Penelitian tersebut menjadi acuan dan dasar dari penelitian
ini, yaitu pembelajaran mengenai nilai-nilai kearifan lokal dalam pendidikan informal, selanjutnya akan dapat dicari tentang
bagaimana pendidikan formal dapat menggunakan nilai-nilai kearifan lokal dalam pendidikan karakter.
6.
Social Studies Learning For The Development Of Empathic Awereness.by
: Erlin Wiyanarti,
International Journal of History Education,
vol XII, No.2December 2011 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Latar belakang penelitian ini adalah adanya kecenderungan pembelajaran kesadaran yang kuat yang sedang diamati pada
bidang studi sosial disekolah. Permasalahan utama dari penelitian ini adalah penelitian sosial yang dipelajari bagi pengembangan
kesadaran peseta didik yang kuat pada sekolah dasar di Bandung. Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. membuat model-model
pembelajaran sosial pada program pengembangan kesadaran pada peserta didik kelas 5 SD, 2 Untuk mengetahui efektifitas
pembelajaran, 3 Untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi para Guru SD dalam mengembangkan pembelajaran bagi
pengembangan karakter dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Metodologi dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
metode multi variasi dengan dua tahap model desain atau strategi penilaian ganda. Setelah penelitian dilaksanakan berdasarkan
anlisis dan diskusi tahap pertama pada ujicoba dengan menggunakan model pembelajaran kesadaran yang kuat dan stabil
ditemukan hasil penelitian dengan menggunakan
sampling t berpasangan
dengan hasil model pembelajaran sosial dengan menggunakan
story telling
efektif dalam mengembangkan kecerdasan peserta didik pada semua indikator pembelajaran.
Kesulitan yang dihadapi guru lebih berhubungan dengan tingkat pemahaman kesadaraan, kreatifitas dan tingkat inovasi yang
tidak optimal. Berdasarkan analisis, diskusi dan hasil penelitian perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
kesimpulan yang didapatkan adalah perkembangan pembelajaran sesuai dengan tujuan kesadaran yang kuat dalam model
pembelajaran tersebut dapat diaplikasikan melaui perencanaan manajemen dan implementasi melalui metode
story telling
yang memliki impikasi yang baik secara teori dan praktek.
Jurnal penelitian ini memiliki relevansi dalam penelitian ini, terkait dengan tujuan pendidikan karakter yang menekankan pada
proses pembelajaran dalam membentuk karakter peserta didik dengan
pengunanan metode-metode
pembelajaran yang
memberikan ruang kreatifitas bagi pendidik dan peserta didik. 7.
Character Education Intergration In Social Studies Learning.by
Leo Agung
International Journal of History Education
, vol XII, No.2 December 2011.
Di Indonesia banyak terjadi penurunan moral sangat berpengaruh besar terhadap anak-anak remaja. Penurunan moral
tersebut terjadi melalui penyalah gunaan narkotika, prilaku seksual dilaur nikah, tindakan kriminalitas dan lain sebagainya. Krisis multi
dimensional tersebut menyebabkan terjadinya penurunan karakter bangsa dengan demikian maka sudah saat nya bangsa ini kembali
kepada pendidikan yaitu pendidikan karakter. Salah satu mata pelajaran adalah mata pelajaran ilmu sosial yang mempelajari
tentang individu maupun sebagai anggota suatu kelompok agar mampu memiliki kemampuan pengetahuan dan kemampuan sosial
commit to user
seperti nilai sosial, norma sosial, interaksi sosial, sosialisasi dan pembentukan kepribadian.
Mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial sangat
erat kaitanya dengan pendidikan karakter disekolah disetiap jenjang
pendidikan mulai dari dasar sampai pendidikan menengah. Dalam penelitian ini mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial mampu
membentuk karakter peserta didik agar memiliki kecakapan pengetahuan, beriman dan bertakwa, toleransi, pekerja keras,
kreatif, nasionalis dan mampu bekerjasama. Jurnal penelitian ini memiliki relevansi dalam penelitian ini,
terkait dengan konsep dasar pendidikan karakter yaitu bagai mana membentuk karakter peserta didik melaui mata pelajaran salah
satunya adalah pelajaran ilmu pengetahuan sosial, maka akan dapat dicari tentang bagaimana dan seperti apa konsep pendidikan
karakter di SMA Negeri Ajibarang. 8.
Once Upon a Time : A Grimm Approach to Character Education.by
: Laura Bryan,Ed.D,
Journal of Social Studies Research
; Spring 2005;29,1; ProQuest Sociology.
Dalam tulisan ini, disajikan tentang bagaimana membentuk standar moral para peserta didik terhadap kehidupan dan hubungan
antar manusia melalui pendidikan karakter. Kajiannya adalah meneliti bagaimana seorang anak memiliki rasa hormat, tanggung
jawab, kejujuran, kebenaran, peduli, kewarganegaraan, dan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
karakter lainnya yang diinginkan salah satunya melalui cerita rakyat atau dongeng dimana tujuan dasar dari setiap dongeng
adalah untuk menceritakan kisah yang menghibur. Namun, dalam kumpulan cerita seperti yang diteliti oleh Grimm bersaudara,
kebenaran unsur hukum moral dan jenis umum pengalaman manusia disajikan. Ini cerita rakyat tercinta sering meninggalkan
anak-anak lebih baik dan etis daripada sebelum mereka mendengar atau membacanya, dan mereka juga memberikan gambaran yang
dapat diterima oleh pemahaman anak-anak. Mengetahui dan memahami dongeng mampu memperkaya
kehidupan anak-anak dan orang dewasa, meskipun tidak semua prinsip-prinsip etika akan mudah dipahami, kisah-kisah Grimm
bersaudara mengajarkan pembaca tentang pelajaran berharga melalui dongeng.
Dalam masyarakat yang tampaknya menjadi semakin lebih keras, membentuk karakter dan nilai-nilai pemuda hari ini harus
menjadi prioritas yang berkelanjutan oleh pendidik. Untuk alasan itu, mungkin kita harus mempertimbangkan untuk mengambil
pendekatanGrimm. Jurnal penelitian ini memiliki relevansi dalam penelitian ini,
terkait dengan konsep dasar pendidikan karakter yaitu bagai mana membentuk karakter anak-anak melalui dongeng atau cerita rakyat,
maka akan dapat dicari tentang bagaimana dan seperti apa konsep perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
pemahaman peserta didik tentang kearifan lokal Islam Aboge dalam pendidikan karakter di SMA Negeri Ajibarang.
9.
Knowledge and Local Wisdom : Community Treasure
Miss Roikhwanphut
Mungmachon PhD
Candidate in
Intergral Development Studies
Ubon Racthathani University, Thailand,
International Journal of Humanities and Social Sciences, Vol 2
No.13
;
July 2012.
Pendidikan berbasis sekolah yang mengabaikan pentingnya pengetahuan dan kebijakan lokal pada saat ini perkembangan
tentang kearifan lokal terfokus pada pertumbuhan dibidang ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
pengetahuan tentang kearifan lokal yang terdapat dalam mayarakat terutama tentang masalah-masalah dampak dari pembangunan yang
menghasilkan masyarakat yang semakin jauh dari kearifan lokal sehingga menjadi masalah lingkungan dan sosial yang keras
termasuk hilangnya kebijakan dan kearifan lokal. Globalisasi telah memunculkan dampak negatif yang dapat
dirasakan oleh masyarakat, melalui penelitian ini masyarakat banyak belajar dari masalah-masalah yang muncul, menemukan
solusi serta membuat masyarakat menjadi kuat dalam menghadapi berbagai persoalan yang muncul. Melalui pemaknaan kembali
terhadap kearifan lokal dan mengintegrasikan pengetahuan baru dengan kearifan lokal maka masalah-masalah yang muncul dapat
commit to user
dicari solusinya dan adanya perencanaan yang matang dalam pembangunannya.
Jurnal penelitian ini memiliki relevansi dalam penelitian ini, terkait dengan konsep dasar tentang kearifan lokal yaitu bagai
mana memecahkan masalah yang muncul dalam masyarakat akibat dari pembangunan dan globalisasi, maka akan dapat dicari tentang
bagaimana dan seperti apa konsep pemahaman peserta didik tentang kearifan lokal Islam Aboge dalam pendidikan karakter di
SMA Negeri Ajibarang.
C. Orisinalitas Penelitian