Latar Belakang Masalah SABARUDIN BAYURESTIVIANA

tivia G BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sosiologi merupakan bidang kajian yang memiliki implikasi penting terhadap tumbuh dan berkembangnya manusia didalam masyarakat, termasuk tumbuh dan berkembangnya manusia dalam dunia pendidikan. Sosiologi pendidikan dapat membantu memberi bahan yang berharga dalam rangka melihat proses pendidikan dengan meningkatkan kepekaan dalam melihat nilai-nilai, institusi, budaya dan kecenderungan yang ada dalam masyarakat, termasuk didalamnya melihat pendidikan dan relasinya dengan masyarakatMaliki, 2010: 4. Pendidikan adalah sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena itu, pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan karakter manusia. Pendidikan dapat dikatakan sebagai proses pemanusiaan manusia. Dalam keseluruhan proses yang dilakukan manusia, terjadi proses pendidikan yang akan menghasilkan sikap dan perilaku yang akhirnya menjadi watak, kepribadian, atau karakternya. Untuk meraih derajat manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. Pendidikan juga merupakan usaha masyarakat dan bangsa dalam mempersiapkan generasi muda bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik di 2 commit to user masa depan. Keberlangsungan itu ditandai oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi diri, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Sejalan dengan laju perkembangan masyarakat, pendidikan menjadi sangat dinamis dan disesuaikan dengan perkembangan yang adaMarzuki, 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menyatakan bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa ”. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional, maka pendidikan di setiap jenjang, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter peserta perpustakaan.uns.ac.id commit to user didik agar beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan dipersiapkan, dilaksanakan, dan dievaluasi dengan baik serta mengintegrasikan pendidikan karakter didalamnya guna mewujudkan insan-insan Indonesia yang berkarakter mulia. Dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumber daya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan, baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Peserta didik tidak cukup hanya menguasai teori-teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Peserta didik tidak hanya mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah atau kuliah, tetapi juga mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sumber daya manusia yang berkarakter sebagaimana diungkapkan di atas dapat dicapai melalui pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship , yaitu jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, dan jiwa mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Salah satu jiwa entrepreneurship yang perlu dikembangkan melalui pendidikan adalah karakter yang bersumber dari budaya bangsa. Pendidikan yang berbasis karakter dan budaya bangsa adalah pendidikan yang menerapkan prinsip-prinsip dan metodologi ke arah pembentukan karakter anak bangsa pada peserta didiknya melalui perpustakaan.uns.ac.id commit to user kurikulum terintegrasi yang dikembangkan di sekolah. Kerangka pengembangan karakter dan budaya bangsa melalui pembelajaran di kalangan tenaga pendidik dirasakan sangat penting. Sebagai agen perubahan, pendidik diharapkan mampu menanamkan ciri-ciri, sifat, dan watak serta jiwa mandiri, tanggung jawab, dan cakap dalam kehidupan kepada peserta didiknya. Di samping itu, karakter tersebut juga sangat diperlukan bagi seorang pendidik karena melalui jiwa ini, para pendidik akan memiliki orientasi kerja yang lebih efisien, kreatif, inovatif, produktif serta mandiri. Menurut Kepala SMA Negeri Ajibarang bapak Arif Priadi pengembangan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa belum secara jelas masuk dalam pengembangan kurikulumW,ARF,1092012. Nilai-nilai yang ditumbuhkembangkan dalam diri peserta didik berupa nilai-nilai dasar yang disepakati secara nasional. Nilai-nilai yang dimaksudkan di antaranya adalah kejujuran, dapat dipercaya, kebersamaan, toleransi, tanggung jawab, dan peduli kepada orang lainSuyitno, 2012. Franz Magnis-Suseno 2010, dalam acara Sarasehan Nasional “Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” mengatakan bahwa pada era sekarang ini yang dibutuhkan bukan hanya generasi muda yang berkarakter kuat, tetapi juga benar, positif, dan konstruktif. Namun, untuk membentuk peserta didik yang memiliki karakter kuat, tidak boleh ada feodalisme para pendidik. Jika pendidik membuat peserta perpustakaan.uns.ac.id commit to user didik menjadi ”manutan” obedient dengan nilai-nilai penting, tenggang rasa, dan tidak membantah, karakter peserta didik tidak akan berkembang. Kalau kita mengharapkan karakter, peserta didik itu harus diberi semangat dan didukung agar ia menjadi pemberani, berani mengambil inisiatif, berani mengusulkan alternatif, dan berani mengemukakan pendapat yang berbeda. Kepada peserta didik, perlu diajarkan cara berpikir sendiri. Untuk pengembangan pendidikan berbasis karakter dan budaya bangsa, dibutuhkan masukan, antara lain, menyangkut model- model pengembangan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pendidikan nasionalSuyitno, 2012. Kerisauan dan kerinduan banyak pihak untuk kembali memperkuat pendidikan karakter dan budaya bangsa yang berasal dari nilai-nilai kearifan lokal, berdasarkan hal tersebut maka dibutuhkan data- data yang akurat tentang model-model pengembangan karakter dan budaya bangsa yang berasal dari nilai-nilai kearifan lokal perlu digali dan dilaksanakan melalui kajian empiris, yakni kegiatan penelitian. Menurut Kepala Sekolah pelaksanaan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memberikan keleluasaan sekolah dalam mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal diantaranya dengan memasukan nilai-nilai budi pekerti hanya msaih dalam mata pelajaran Pendidikan Agama dan Pendidikan KewarganegaraanW,ARF,1092012. Syarat menghadirkan pendidikan karakter dan budaya bangsa di sekolah harus dilakukan secara menyeluruh. Pendidikan karakter tidak bisa terpisah dengan bentuk perpustakaan.uns.ac.id commit to user pendidikan yang sifatnya kognitif atau akademik. Konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum. Hal ini tidak berarti bahwa pendidikan karakter akan diterapkan secara teoretis, tetapi menjadi penguat kurikulum yang sudah ada, yaitu dengan cara mengimplementasikannya dalam mata pelajaran dan keseharian peserta didik. Globalisasi akan menghilangkan sekat-sekat budaya satu dengan lainnya. Dalam era itu karakter budaya tertentu akan menjadi semakin samar dan tergantikan dengan budaya global yang bersifat umum. Kecenderungan warna budaya tertentu yang berbasis budaya etnis akan semakin luntur, termasuk perlakuan terhadap budaya Jawa. Salah satu upaya untuk mengenalkan dan mempertahankan budaya Jawa yang komprehensif adalah melalui dunia pendidikan. Budaya Jawa memiliki kearifan lokal yang sangat kaya. Kearifan lokal terdapat dalam semua aspek kehidupan budaya Jawa. Untuk itu, kearifan lokal budaya Jawa perlu diangkat, didokumentasikan, dilestarikan, dan direvitalisasi. Salah satu aspek penting yang tak terpisahkan dari budaya adalah kearifan lokal. Bangsa Indonesia harus mampu menyaring budaya asing yang masuk agar tidak bertentangan dengan kepribadian bangsa. Salah satu cara untuk mengimplementasikan kearifan lokal dalam membangun karakter adalah perlu adanya revitalisasi budaya lokal untuk membangun pendidikan berkarakter, hal ini diharapkan agar peseta didik mampu perpustakaan.uns.ac.id commit to user mencintai budaya dan daerahnya sendiri. Pendidikan berbasis kearifan lokal dapat digunakan sebagai media untuk melestarikan potensi masing- masing daerah serta untuk membentuk karakter khususnya bagi peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa pendidikan karakter atau pembangunan karakter relevan dengan kearifan lokal, yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya bangsa kita. Dengan demikian, pemahaman terhadap kearifan lokal sebagai nilai-nilai budaya luhur bangsa kita dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan karakter bangsa. Persoalannya sekarang, sejauh mana kearifan lokal itu telah dimanfaatkan untuk pembentukan karakter bangsa. Padahal, dampak manusia berkarakter atau manusia yang mengamalkan kearifan lokal sangat besar untuk keberhasilan seorang individu, bahkan keberhasilan sebuah bangsa. Di sinilah urgensinya kajian tradisi budaya untuk mendapatkan kearifan lokal sebagai warisan leluhur kita. Dengan kata lain, kita mengharapkan karakter bangsa kita berasal dari kearifan lokal kita sendiri sebagai nilai leluhur bangsa kita. Atas dasar itu, karakter bangsa yang diharapkan adalah karakter yang berbasis kesejahteraan dan kedamaian. Karakter yang cinta kesejahteraan meliputi karakter yang pekerja keras, disiplin, senang belajar, hidup sehat, cinta budaya, gotong royong, tidak bias gender, peduli lingkungan, sedangkan karakter yang cinta kedamaian meliputi sikap yang berkomitmen, berpikir positif, sopan santun, jujur, setia kawan, suka bersyukur, dan hidup commit to user rukun. Pendidikan karakter berarti pendidikan kepribadian yang cinta kesejahteraan dan cinta kedamaian. Cinta kesejahteraan didasari oleh kearifan lokal inti etos kerja core local wisdom of work ethics , sedangkan cinta kedamaian didasari kearifan lokal inti kebaikan core local wisdom of goodness Sartini, 2004. Sehingga semua cakupan karakter di atas dapat diajarkan dan diterapkan dalam dunia pendidikan. Penerapan pendidikan karakter yang berasal dari kearifan lokal sebagai warisan budaya leluhur akan menjadikan anak-anak bangsa ini berhasil dalam bidang akademis dan ekonomi yang dapat mempersiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang beradab dan sejahtera di masa depan. Kita dapat melihat negara-negara yang menerapkan pendidikan karakter di atas, semuanya menjadi negara maju yang sejahtera. Tiga negara tersebut Amerika Serikat, Jepang, dan Cina masing-masing memiliki peringkat dunia pertama, kedua, dan ketiga tersejahtera Jalaludin, 2012. Apapun alasannya, inilah yang diidam- idamkan oleh semua manusia dan semua bangsa. Bangsa Indonesia memberikan prioritas pada pembentukan karakter bangsa berdasarkan budaya bangsa Indonesia demi persiapan masa depan generasi mendatang. Dengan demikian, menurut wakil kepala sekolah urusan kurikulum pemahaman terhadap kearifan lokal sebagai nilai-nilai budaya luhur bangsa kita dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan karakter bangsa. Persoalannya sekarang, sejauh mana kearifan lokal itu telah dimanfaatkan dalam pembentukan karakter bangsa. Padahal, perpustakaan.uns.ac.id commit to user dampak manusia berkarakter atau manusia yang mengamalkan kearifan lokal sangat besar untuk keberhasilan seorang individu, bahkan keberhasilan sebuah bangsa. Dibandingkan dengan 2 penelitian diatas maka terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan penelitian yang berjudul Pemahaman Peserta Didik Tentang Kearifan Lokal Islam Aboge dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Karakteryaitu: 1. Penerapan Pendidikan Karakter yang berasal dari 2. Kearifan Lokal Islam Aboge dapat menjadikan peserta didik memliki nilai-nilai karakter Nasional dan nilai-nilai karakter Islam Aboge antara lain rila, nerima, sabar, prihatin dan temenan. 2. Pemahaman tentang kearifan lokal sebagai nilai-nilai luhur budaya bangsa mampu membentuk karakter dengan mengamalkan kearifan lokal Islam Aboge peserta didik mammpu memiliki karakter yang responsif, semangat, ikhlas dan bertanggungjawab. Pendidikan saat ini hanya mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan peserta didik. Jika peserta didik sudah mencapai nilai atau lulus dengan nilai akademik memadai atau diatas Kriteria Ketuntasan Minimal KKM, pendidikan dianggap sudah berhasil. Pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya bangsa didalam diri peserta didik semakin terpinggirkan. Rapuhnya karakter dan budaya dalam kehidupan berbangsa bisa membawa kemunduran peradaban bangsa. Padahal, kehidupan masyarakat yang memiliki karakter dan commit to user budaya yang kuat akan semakin memperkuat eksistensi suatu bangsa dan negara. Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul “Pemahaman Peserta Didik Tentang Kearifan Lokal Islam Aboge Dalam Pendidikan Karakter Studi Kasus Pada Peserta Didik Di SMA Negeri Ajibarang Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam melaksanakan pendidikan karakter berbasis budaya lokal dan Dinas Pendidikan dalam rangka membentuk karakter peserta didik yang selaras dengan tujuan pendidikan nasional yang berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal setempat termasuk nilai-nilai kearifan lokal Islam Aboge.

B. Rumusan Masalah