10
2. Perubahan kebudayaan dan Praktik Religi
Melihat dari latar belakang permasalahannya maka digunakan teori bahwa kebudayaan mempunyai tujuh unsur kebudayaan yaitu: bahasa,
sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan peralatan hidup
Koentjaraningrat, 1985 : 5. Unsur-unsur kebudayaan tersebut yang terkait dengan penelitian ini
adalah sistem religi, Teori W. Robertson Smith dalam bukunya Koentjaraningrat tentang upacara bersaji yaitu terdapat tiga gagasan
penting mengenai azas-azas religi dan agama pada umumnya yaitu: 1. Dalam berbagai religi atau agama upacaranya tetap tetapi latar belakang
keyakinan, maksud atau doktrinnya berubah. 2. Para pemeluk suatu religi atau agama ada yang menjalankan kewajiban mereka untuk
melakukan upacara itu dengan sungguh-sungguh tetapi tidak sedikit pula yang hanya melakukan setengah-setengah saja. 3. Teori mengenai fungsi
sesaji sebagai suatu upacara yang gembira meriah tetapi juga keramat dan tidak sebagai suatu upacara yang khidmat dan keramat Koentjaraningrat,
1987 : 68. Tradisi Sedekah Laut tidak terlepas dari apa yang dinamakan
Selamatan. Menurut Clifford Geertz dalam bukunya berjudul ”Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa” bahwa fungsi slametan adalah
menjaga masyarakat dari roh-roh halus supaya tidak diganggu makhluk halus tersebut. Istilah selamatan secara garis besar dibagi dalam empat
11
jenis yaitu: 1. Selamatan yang berkisar sekitar krisis-krisis kehidupan, misalnya waktu lahir, khitanan, perkawinan dan kematian. 2. Selamatan
yang ada hubungannya dengan hari-hari raya Islam, misalnya Maulud Nabi, Idul Fitri, Idul Adha dan sebagainya. 3. Selamatan yang ada
sangkut pautnya dengan integrasi sosial atau Pemerintahan, misalnya acara 17 Agustus, sedekah bumi. 4. Selamatan sela atau selingan yang
diselenggarakan dalam waktu yang tidak tetap tergantung pada kejadian atau peristiwa luar biasa yang dialami seseorang.
Kebudayaan masyarakat selalu berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan kebudayaan ini menimbulkan terjadinya perubahan
kebudayaan, perubahan tersebut dipengaruhi oleh pola pikir masyarakat yang semakin maju. Tradisi Sedekah Laut di Kelurahan Sugih Waras
mengalami perubahan fungsi yaitu dahulu upacara tersebut dilakukan dengan penuh khidmat tanpa adanya hiburan hanya ada wayang yang
berfungsi untuk meruwat perahu yang dijadikan sebagai tempat sesaji, sekarang upacara tersebut dilakukan dengan di iringi berbagai hiburan
seperti: Orkes, dangdutan, drum band, sunatan massal dan sebagainya. Masyarakat masih percaya dengan tradisi tersebut karena Tradisi Sedekah
Laut bagi masyarakat merupakan kewajiban untuk memberi makan kepada penguasa laut yang memberikan makan atau rezeki pada
masyarakat dan merupakan ungkapan rasa syukur. Masyarakat Kelurahan Sugih Waras sebagian besar memeluk agama
Islam kejawen. Islam Kejawen yaitu suatu kompleks keyakinan dan
12
konsep-konsep, Hindu-Budha yang cenderung kearah mistik yang tercampur menjadi satu dan diakui sebagai agama Islam
Koentjaraningrat, 1994 : 312.
F. Tinjauan Pustaka