65
tidak masuk akal seperti upacara Tradisi Sedekah Laut, mereka hanya bersenang-senang saja.
2. Pro-Kontra Tradisi Sedekah Laut di Keluraha Sugih Waras
Masyarakat Muslim di Kelurahan Sugih Waras terdapat dua golongan yaitu : Nahdatul Ulama NU dan Muhammadiyah, antara kedua
organisasi tersebut berkembang dan mempunyai perbedaan dalam menyikapi tradisi Sedekah Laut di Sugih Waras. Perbedaan tersebut tidak
dipersoalkan karena masyarakat saling menghormati dan mempunyai jiwa toleransi yang besar.
a. Golongan NU
Kebanyakan masyarakat Sugih Waras menganut golongan NU, golongan ini merupakam golongan yang menerima adanya tradisi
tersebut, mereka mempunyai alasan yaitu: 1.
Tradisi Sedekah Laut merupakan bentuk dari selamatan yaitu sebagai rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rezekinya, rasa syukur tersebut di wujudkan melelui upacara Sedekah Laut.
2. Tradisi ini sangat erat dengan metode yang digunakan oleh Sunan
Kali jaga yaitu perpaduan antara Islam dan budaya jawa. Golongan ini menganggap tradisi ini merupakan perpaduan antara budaya
jawa dan Islam yang tidak mengurangi kepercayaannya terhadap
66
Tuhan YME dan ritual dalam tradisi ini menggunakan cara-cara Islam.
3. Memberikan peluang kepada para pedagang dan jasa untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih yaitu dengan adanya keramaian menjelang Tradisi Sedekah Laut para pedagang
menjualkan dagangannya di sekitar wilayah upacara Tradisi Sedekah Laut.
Menurut golongan Muhammadiyah Tradisi Sedekah Laut merupakan bid’ah tetapi golongan NU mempunyai alasan
tersendiri untuk menyikapi adanya Tradisi Sedekah Laut yaitu bid’ah yang diperbolehkan untuk kepentingan bersama.
Macam-macam bid’ah menurut para ulama salafus shalih bid’ah terbagi menjadi :
1. Bid’ah wajibah, yakni bid’ah yang dilakukan untuk mewujudkan hal-hal yang diwajibkan oleh syara’ seperti mempelajari ilmu
nahwu, syorof, balaghah dll, sebab dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut seseorang dapat memahami Al-Qur’an dan Hadist nabi
Muhammad secara baik dan sempurna. 2. Bid’ah Muharramah, yakni bid’ah yang bertentangan dengan syara’
seperti: mazhab jabariyah dan muji’ah. 3. Bid’ah Mandzubah, yakni bid’ah yang dianjurka meskipun tidak
pernah atau tidak dilakukan nabi sepanjang hidupnya seperti: shalat
67
tarawih secara berjama’ah, mendirikan madrasah, pesantren dan lembaga pendidikan lainnya.
4. Bid’ah Makruhah, yakni bid’ah yang tergolong makruh perbuatan yang tidak disenangi nabi, seperti: menghias masjid dengan
perhiasan yang berlebihan. 5. Bid’ah Mubahah, yakni bid’ah yang diperbolehkan, seperti berjabat
tangan setelah salat berjama’ah dan makan bersama. Busyairi, 2006 : 21
b. Golongan Muhammadiyah