Pertimbangan dalam Pemberian Maaf

2. Pertimbangan dalam Pemberian Maaf

Dasar hukum pemberian maaf dalam hukum pidana Islam terdapat pada Surah al-Baqarah ayat 178, yang mana ayat tersebut juga yang selalu penulis rujuk dalam hal mewajibkan pelaksanaan kisas: ٌةَْمَرَو ْمُكِبر نِم ٌفيِفَْخ َكِلَذ ٍناَسْحِإِب ِْيَلِإ ءاَدَأَو ِفوُرْعَمْلاِب ٌعاَبِ تاَف ٌءْيَش ِيِخَأ ْنِم َُل َيِفُع ْنَمَف ٌميِلَأ ٌباَذَع َُلَ ف َكِلَذ َدْعَ ب ىَدَتْعا ِنَمَف Artinya: … Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah yang memaafkan mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah yang diberi maaf membayar diat kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik pula. yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih. Namun yang menjadi pusat analisa penulis dalam sub bab ini adalah pertimbangan-pertimbangan baik secara eksternal maupun secara internal bagi ahli waris terbunuh terhadap pelaku pembunuhan. Dalam hal ini penulis mencoba menganalisanya dari beberapa kutipan alquran dan hadis, diantaranya adalah: a. Pemberian maaf itu dipandang sebagai sedekah dari waliahli waris korban kepada pelaku. Hal ini sebagimana terdapat didalam Alquran surah an- Nisa‟ ayat 92: ْمُكَْ يَ ب ٍمْوَ ق نِم َناَك نِإَو ٍةَِمْؤم ٍةَبَ قَر ُريِرْحَتَ ف ٌنِمْؤْم َوَُو ْمُكل ٍوُدَع ٍمْوَ ق نِم َناَك نِإَف ْاوُقدصَي نَأ اِإ ًةَِمْؤم ٍةَبَ قَر ُريِرَََْو ِِلَْأ َِإ ٌةَملَسم ٌةَيِدَف ٌقاَثيِم ْمُهَ ْ يَ بَو Artinya: …kecuali jika mereka keluarga terbunuh bersedekah. Jika ia si terbunuh dari kaum kafir yang ada perjanjian damai antara mereka dengan kamu, maka hendaklah si pembunuh membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya si terbunuh serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Dengan demikian bahwa pemberian maaf dipandang sebagai sedekah sedekah nyawa. Ayat di atas juga di dukung oleh Surat Al- m idah ayat: 45 ُل ٌةَرافَك َوُهَ ف ِِب َقدَصَت نَمَف Artinya: Barangsiapa yang melepaskan hak kisas nya, maka melepaskan hak itu menjadi penebus dosa baginya. b. Bahwa jika waliahli waris korban dengan ikhlas hati tidak menuntut kisas terhadap pelaku, baik dengan mengganti dengan diyat ataupun dengan membebaskan segala tuntutan, maka ahli waris akan mendapatkan pahala dari sisi Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Asy- Sy ra ayat 40: َنِمِلاظلا بُِ َا ُنِإ ِللا ىَلَع ُُرْجَفَف َحَلْصَأَو اَفَع ْنَمَف اَهُلْ ثِم ٌةَئِيَس ٍةَئِيَس ءاَزَجَو Artinya: Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik Maka pahalanya atas tanggungan Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. c. Sesuai dengan tiga buah ayat diatas yang mengindikasikan bahwa maaf itu adalah sedeqah dan pemberian maaf mendatangkan pahala bagi ahli waris dari sisi Allah, maka disini penulis menunjukan bahwa pemberian maaf itu pada intinya berupa jalan munuju taqwa. Hal ini sebagaimana terdapat didalam Alquran surah al-Baqarah ayat: 237 ٌرِصَب َنوُلَمْعَ ت اَِ َّللا نِإ ْمُكَْ يَ ب َلْضَفْلا ْاُوَسَت َاَو ىَوْق تلِل ُبَرْ قَأ ْاوُفْعَ ت نَأَو Artinya: …dan pemaafan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan. Dari semua ayat diatas penulis dapat menarik sebuah analisa bahwasanya yang menjadi pertimbangan dalam pemberian maaf baik secara eksternal maupun secara internal oleh wali korban terhadap pelaku adalah karena akan mendekatkan kepada Allah selain dari pada itu dengan cara memafkan, dapat menjaga kelangsungan hidup bagi manusia pembunuh bahkan dengan membunuh kisas pelaku tidak menghidupkan kembali korban. Selain beberapa alasan diatas pada dasarnya pemberian maaf itu bagian dari perintah Allah, sebagiamana yang terdapat dalam surah al- A‟raf ayat 199: َي ِلِا َ ْا ِيَ ْ ِ ْ َ َ ِ ْ ُ ْا ِ ْ ُمْ َ َ ْ َ ْا ِ ُ Artinya: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang maruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.

3. Prosedur Permohonan dan Pemberian Maaf