Bonika dan Mc Donald 1995 mengemukan persepsi tentang nyeri bergantung pada jaringan kerja neurologis yang utuh. Neurofisiologi nyeri mengikuti proses yang
dapat diperkirakan : a.
Rangsangan bahaya diketahui melalui reseptor yang ditemukan di kulit, jaringan subkutan, sendi, otot, periosteum, fascia, dan visera. Nosiseptor reseptor nyeri adalah
terminal serat delta A kecil yang diaktivitasi oleh rangsang mekanis atau panas dan serat aferan C yang diaktivitasi oleh rangsangan mekanis, termal dan kimiawi. Rangsangan
noseseptif di bawah tingkat kepala transmisikan melewati serat-serat aferen ini ke kornu dorsal medula spinalis.
b. Rangsang kemudian transmisikan melalui struktur yang sangat rumit yang
mengandung berbagai susunan neuron dan sinaptik yang memfasilitasi derajat tinggi memproses infut sensori. Beberapa implus kemudian ditransmisikan melalui neuron
internunsial ke sel kornu anterior dan anterolateral, tempatnya merangsang neuron yang mempersyarafi pembuluh darah, visera dan kelenjar keringat.
c. Implus yang naik ke otak kemudian masuk ke hipotalamus yang mengatur
system autonomic dan respons neuroendokrin terhadap stress dan ke korteks serebral yang memberi fungsi kognitif yang didasarkan pengalaman masa lalu, penilaian dan
emosi Walsh, Linda V, 2008 hal 208.
3. Etiologi rasa nyeri
Waktu melahirkan juga telah ditemukan berkaitan dengan beratnya nyeri, persalinan kala dua yang terjadi pada malam hari memiliki peringkat nyeri lebih rendah
Walsh, Linda V, 2008, hal261.
Universitas Sumatera Utara
a. Rasa nyeri pada Kala I
Selama persalinan Kala Satu, nyeri terutama dialami karena rangsangan nosioper dalam adneksa uterus, dan ligament pelvis. Bonita dan mc. Donal 1995
mengemukakan bahwa nyeri persalinan kala satu adalah akibat dilatasi serviks dan segmen uterus bawah dengan distensi lanjut peregangan, dan trauma pada serat otot dan
ligamen yang menyokong struktur – sturktur ini. Dan juga menyatakan faktor- faktor yang dibawah ini juga mendukung teori tersebut di atas : 1. Peregangan otot polos
intensitas nyeri yang dialami pada kontraksi dikaitkan dengan derajat dan kecepatan dilatasi serviks dan segmen uterus bawah, 2. Intesitas dan waktu nyeri dikaitkan dengan
terbentuknya tekanan intrauterine yang menambah dilatasi struktur tersebut. Pada awal persalinan, terdapat pembentukan tekanan yang lebih cepat yang mengakibatkan waktu
kelambatan minimal sebelum adanya persepsi nyeri, 3. Ketika serviks dilatasi cepat pada wanita yang tidak melahirkan, mereka mengalami nyeri serupa dengan yang
dirasakan selama kontraksi uterus Walsh, Linda V, 2008, hal 260. b.
Rasa nyeri pada Kala II Nyeri saat ekspulsi nyeri somatik: 1. Peregangan jaringan perineum, 2.
kontraksi pada peritoneum dan dorongan utero-cervikal pada saat kontraksi, 3. Kekuatan ekspulsi atau tekanan dari kandung kemih, rectum. Implus nyeri melalui
sacrum 1-4 dan sistem para simpatik dari jaringan perineal c.
Rasa nyeri pada Kala III Nyeri pada saat pengeluaran plasenta: 1. Nyeri disebut after pain sama dengan
nyeri kala I, 2. Nyeri bisa lokal dengan disertai kram dan robekan karena laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum, 3. Nyeri seperti terbakar karena peregangan
jaringan, sakit tajam, mual dan kram, 4. Respon nyeri : perubahan sikap, cemas,
Universitas Sumatera Utara
menagis, meraung dengan syarat tangan berpengangan kuat, memeras atau dengan gerak tubuh Hutahaean Serri, 2009 hal 126.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri