Latar belakang IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENATAAN MINIMARKET (Studi Implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung)

7 lokasi pendirian minimarket. Serta jarak minimarket dengan pasar tradisional. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung, pada tahun 2011 hanya ada dua minimarket yang disetujui untuk didirikan. Kedua minimarket ini telah melengkapi semua persyaratan yang telah ditentukan dalam perwali. Kemudian pada awal tahun 2012 Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung tersebut direvisi kembali menjadi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 11 Tahun 2012 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan Kota Bandar Lampung yang mengarah sebagai Kota Metropolitan dengan berbagai aktivitas kegiatan baik siang maupun malam hari. Oleh karena itu sangat diperlukan perubahan terkait peraturan tentang persyaratan dan penataan minimarket di Kota Bandar Lampung. Melalui peraturan ini, pemerintah bersama badan terkait memberikan izin mengenai waktu pelayanan dan penyelenggaraan usaha minimarket untuk buka selama 24 jam bagi minimarket yang berada di lokasi tertentu. Melalui perubahan konsep peraturan mengenai persyaratan dan penataan minimarket diharapkan akan dapat menjadi titik tengah antara pedagang eceranpasar tradisional dan pasar modern, sehingga tidak menguntungkan dan merugikan salah satu pihak. Serta tujuan akhir pemerataan dan kesejahteraan seluruh masyarakat akan tercapai. Kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, langsung atau tidak langsung akan menimbulkan sikap 8 pro dan kontra dalam pemerintah daerah, pengusaha atau masyarakat. Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam proses kebijakan. Implementasi kebijakan pada dasarnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Namun kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah tidak sepenuhnya dapat dijalankan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dengan adanya beberapa minimarket di Kota Bandar Lampung yang masih beroperasi meski dengan jelas melanggar kebijakan perwali yang berlaku. Misalnya, saat ini masih sering ditemui minimarket yang berada tidak jauh dari pasar tradisionalpedagang eceran atau kurang dari 250 meter. Kemudian beberapa minimarket menggunakan waktu buka tidak sesuai dengan aturan yang ada di Perwali, yakni kurang dari pukul 09.00 WIB. Serta beberapa minimarket berlokasi di daerah pemukiman padat penduduk. Beberapa contoh pelanggaran diatas telah diatur dalam Perwali Nomor 89 Tahun 2011 dalam BAB II yaitu tentang Persyaratan Pembangunan Minimarket. Pada bagian kesatu mengenai persyaratan lokasi pasal 2 poin I disebutkan bahwa “Lokasi usaha minimarket berjarak minimal radius dua ratus lima puluh meter dari pasar Tradisional dan berjarak radius 250 dua ratus lima puluh meter dari warung pedagang eceran yang berlokasi pada jalan kolektor”. Kemudian di bagian kedua tentang Persyaratan perizinan pasal 3 disebutkan bahwa “ waktu pelayanan penyelenggaraan usaha dimulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB”. Oleh karena itu, maka perlu dipertanyakan mengenai persyaratan perizinan minimarket yang tertuang dalam Perwali Nomor 89 Tahun 2011 tentang 9 Persyaratan dan Penataan Minimarket. Perizinan merupakan aspek regulasi dan legalitas dari berbagai bidang kegiatan masyarakat yang ditetapkan oleh pejabat pemerintah melalui prosedur tertentu. Masalah Perizinan menyangkut dua sisi kepentingan yaitu, kepentingan pemerintah daerah untuk melakukan regulasi terhadap kegiatan tertentu yang dilakukan oleh masyarakat agar sesuai dengan perencanaan, kondisi dan kebutuhan pemerintah daerah, di sisi lain adalah kepentingan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh kepastian hukum dalam melakukan usaha dan kegiatan yang mempunyai efek di bidang sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. 1 Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukanan di atas, maka perlu dikaji mengenai Implementasi Peraturan Walikota Nomor 89 tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket Kota Bandar Lampung. Hal ini karena Peraturan Walikota Nomor 11 Tahun 2012 masih dalam tahap sosialisasi, oleh karena itu belum dapat diteliti sejauh mana implementasi peraturan tersebut. Berdasarkan beberapa kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Lampung, peneliti tertarik untuk melakukan studi di Kota Bandar Lampung. Hal ini karena, minimarket lebih banyak berkembang di Kota Bandar Lampung dari pada Kabupaten atau Kota lain. 5 Data terlampir. Penelitian ini penting karena melihat kondisi pasar tradisionalpedagang eceran yang tampak termarginalisasikan dengan adanya pasar modern khususnya minimarket, meskipun pemerintah telah membuat regulasi mengenai hal tersebut, sehingga 5 Ibid 10 dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat melihat permasalahan dan memberikan solusi yang tepat mengenai pasar modern dan pasar tradisional. Berdasarkan berbagai masalah yang melatar belakangi hal ini, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Kebijakan Minimarket” Studi Implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung. 11

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uaraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Implementasi Peraturan Walikota Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minim arket yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung ”?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah, untuk menganalisis pelaksanaan Peraturan Walikota Nomor 89 Tahun 2011 tentang Persyaratan dan Penataan Minimerket yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung 12

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitain ini adalah 1. Akademis Memperkaya Khazanah keilmuan Ilmu Pemerintahan dan menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya mengenai implementasi kebijakan tentang persyaratan dan penataan minimarket di Kota Bandar lampung 2. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada instansi pemerintah dalam hal ini pembuat kebijakan yaitu walikota dan implementor yang terkait yaitu Badan Penanaman Modal dan Perizinan khususnya bidang Pengawasan dan Penanaman 3. Masyarakat a. Pengusaha dan pedagang eceran Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengusaha minimarket terkait persyaratan dan penataan minimarket di Kota Bandar Lampung. Serta dapat menemukan titik tengah terkait masalah ketimpangan pendapatan antara minimarket dan pedagang eceran dengan harapan dapat meningkatkan eksistensi pedagang eceran. b. Masyarakat konsumen Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana kepada masyarakat umum mengenai implementasi Peraturan Walikota tentang Persyaratan dan Penataan Minimarket di Kota Bandar Lampung 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kebijakan

Kebijakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan dalam mencapai tujuan atau sasaran. Secara etimologis, menurut Dunn menjelaskan bahwa istilah kebijakan policy berasal dari bahsa Yunani, Sanksekerta dan Latin. Dalam bahasa Yunani dan kebijakan disebut dengan polis yang berarti “ negara-kota” dan sansakerta disebut dengan pur yang berarti “kota” serta dalam bahasa Latin disebut dengan politia yang berarti negara. 1 Beberapa ilmuwan menjelaskan berbagai macam mengenai kebijakan diantaranya, Carl Friedrich dalam Indiahono menyatakan bahwa 2 “kebijakan merupakan suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang di usulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. “ 1 Dunn, 2000 :51-52 2 Indiahono,2009:18 14 Ia juga mengatakan bahwa didalam kebijakan terdapat suatu hal pokok yaitu adanya tujuan goal, sasaran objective atau kehendak purpose. Sementara itu Jones mendefinisikan kebijakan yaitu : “Perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada didalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum. Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis. Ini akan dibicarakan secara khusus dalam bagian lain, dalam hubungan dengan sifat dari kebijakan” 3 Menurut Abidin kebijakan secara umum dibedakan menjadi 3 tiga tingkatan : 1. Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan 2. Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu undang-undang 3. Kebijakan teknis, yaitu kebijakan operasional yang berada dibawah kebijakan pelaksanaan 4 Berdasarkan penjelasan beberapa definisi terkait kebijakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan merupakan upaya atau tindakan untuk mempengaruhi sistem pencapaian tujuan yang diinginkan. Upaya dan tindakan tersebut bersifat strategis yaitu berjangka panjang dan menyeluruh. 3 Abidin, 2004: 25 4 Ibid, 31-30 15 Menurut Aderson dan Winarno konsep kebijakan memiliki beberapa implikasi, yakni : 5 1. Titik perhatian dalam kebijakan publik berorientasi pada maksud atau tujuan dan bukan pada prilaku yang serampangan. Kebijakan publik secara luas dalam sistem politik modern bukan suatu yang terjadi begitu saja melainkan direncanakan oleh aktor yang terlibat dalam sistem politik. 2. Kebijakan merupakan arah atau pola tindakan yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah dan bukan merupakan keputusan- keputusan tersendiri. Suatu kebijakan mencakup tidak hanya keputusan untuk menetapkan undang-undang mengenai suau hal tetapi juga keputusan –keputusan besrta pelaksananya 3. Kebijakan adalah apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengendalikan inflasi, atau mempromosikan perumahan rakyat dan bukan apa yang di inginkan pemerintah 4. Kebijakan publik mungkin dalam bentuknya bersifat positif atau negatif. Secara positif, kebijakan mungkin mencakup bentuk tindakan pemerintah yang jelas untuk mempengaruhi suatu masalah tertentu. Secara negatif, mungkin kebijakan mencakup suatu keputusan oleh pejabat-pejabat pemerintah, tatapi tidak untuk 5 Winarno, 2007 :20-21 16 mengambil tindakan dan tidak untuk melakukan sesuatu mengenai suatu persoalan yang memerlukan keterlibatan pemerintah 5. Kebijakan publik memiliki paksaan yang secara potensial sah dilakukan. Hal ini berarti bahwa kebijakan publik menuntut ketaatan yang luas dari masyarakat. Sifat yang tarakhir inilah yang membedakan kebijakan publik dengan kebijakan lainya. Secara umum kebijakan merupakan aturan tertulis yang merupakan keputusan formal organisasi yang bersifat mengikat anggota yang terkait dengan organisasi tersebut, yang dapat mengatur perilaku dengan tujuan menciptakan tatanilai baru dalam masyarakat. Berbeda dengan hukum dan peraturan, kebijakan hanya menjadi sebuah pedoman tindakan dan tidak memaksa seperti hukum. Meskipun kebijakan mengatur apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan namun kebijakan hanya bersifat adaptif dan intepretatif. Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving serta diharapkan bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal suatu organisasi atau lembaga, dengan kata lain kebijakan harus memberi peluang di interpretasikan sesuai dengan kondisi yang ada.

2.2 Kebijakan Publik

Dalam ruang lingkup pemerintahan kebijakan sering dikaitkan dengan kebijakan publik. Berdasarkan berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan 17 berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi. 6 Demikian pula berkaitan dengan kata kebijakan Ndraha mengatakan bahwa kata kebijakan berasal dari terjemahan kata policy, yang mempunyai arti sebagai pilihan terbaik dalam batas-batas kompetensi aktor dan lembaga yang bersangkutan dan secara formal mengikat. Oleh karena itu kebijakan publik ini dapat diartikan sebagai suatu hukum. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik yang harus dilakukan dan disusun serta disepakati oleh para pejabat yang berwenang. Kemudian ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik, misalnya menjadi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah atau Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut berubah menjadi hukum yang harus ditaati. Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks, karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Tahap – tahap kebijakan publik dapat digambarkan sebagai berikut, 7 6 Nugroho, 2011:387 7 Wiliam Dunn 1999 dalam Winarno 2012: 35