IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 114 TAHUN 2011 (Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame)

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 114 TAHUN 2011

(Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame)

Oleh

ADI PURNOMO SETIAWAN Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA ADMINISTRASI NEGARA

Pada

Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRACT

THE POLICY IMPLEMENTATION OF BANDAR LAMPUNG LOCAL

GOVERNMENT’S REGULATION NO. 114 TAHUN 2011

(About The Mechanism of Taking Advertisement Tax) By

ADI PURNOMO SETIAWAN

The aims of this research to learn how the implementation of Bandar Lampung Local Government’s regulation No. 114/2011 about the mechanism of Taking Advertisement Tax. Bandar Lampung local government’s regulation No.114/2011 About The mechanism of Taking Advertisement Tax which aims to optimize revenue from the advertisement tax.

This research used descriptive qualitative method Focuses in this research was taken from Implementation Model of Van Meter and Van Horn, those are: (1)standard and purpose of policy implementation, (2) sources of policy, (3)characteristic of officials, (4)communication among the organizations and activities, (5) Disposition of officials, and (6) social, economy, politic condition. This result shows that The Policy Implementation Of Bandar Lampung Local Government’s Regulation No. 114/2011 about The mechanism of Taking Advertisement Tax less effective even though tax revenues target on 2012 achieved.

The conclusion is Bandar Lampung Local Government’s Regulation No. 114/2011 about The mechanism of Taking Advertisement Tax should be replaced by Regional Regulation about Advertisement Tax, and must be improved by : (1) optimize socialization to the policy target, (2) need for the Division of tasks and functions in office of Regional Revenue Board (Dispenda) for the special Income tax advertisement and also adding of staff on Revenues unit so that performance can be maximized, (3) Advertisement placed by the City Government and the political party of Bandar Lampung should be subjected to income tax payers to optimize revenue, (4)SOP should be legalized soon so that the poll tax on advertisement corresponds can be optimized.


(3)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERATURAN WALIKOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 114 TAHUN 2011

(Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame) Oleh

ADI PURNOMO SETIAWAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi dari kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung.Peraturan Walikota ini dibuat untuk mengoptimalkan pendapatan daerah dari sektor pajak reklame.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan fokus yang diambil dari Model Van Meter dan Van Horn, yaitu : (1) Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan, (2) Sumber-sumber kebijakan, (3) Karasteristik badan-badan pelaksana, (4) Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan. (5) Kecenderungan pelaksana kebijakan, (6) Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame kurang efektif walaupun target pajak reklame tahun 2012 tercapai. Kurang efektifnya kebijakan tersebut dilihat dari elemen implementasi dari Van Meter dan Van Horn yang tidak sepenuhnya berjalan efektif.

Kesimpulan yang dapat ditarik yaitu Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame harus segera diganti dengan Peraturan Daerah, dan harus dilakukan beberapa perbaikan yaitu (1) Perlu melakukan Sosialisasi yang maksimal kepada sasaran kebijakan, (2) Perlunya pembagian tugas dan fungsi Bidang pada Dinas Pendapatan Daerah dan UPTD Pendapatan yang khusus menangani pajak reklame dan juga penambahan staf pada UPTD Pendapatan agar kinerja dapat dimaksmalkan, (3) Reklame yang dipasang oleh Pihak Pemerintah Kota Bandar Lampung maupun Partai Politik harus dikenakan wajib pajak agar pendapatan dari sektor pajak reklame lebih optimal (4) SOP harus segera disahkan agar pemungutan pajak reklame sesuai dengan SOP dan lebih optimal..


(4)

IT

a Mahasiswa

:.ztft,

'$aisarta*

:

Nomor POkoh l*Iahasiswa

.turffi

Fhkultas

uEqfand,,$.rH;i'lqq

,' r, 1,,._. -..

IIIP 19740520 2o01lD.''ilffi01i

r

t14,T

?o1r,{Teil

tata

,,, , , F,ennungg.ta p,

pqlak

ne!*rc}

,,$,.1t 'Fi.;.,ltr.F1a

12U 2q0604{.@il

-. :,,:). t,..r l,.i l r ,l:i: ,..i

Ilermawan,

S.Sos., ltl.Sl.


(5)

Dengan ini saya meryaakan bahwa :

1.

Krya tulis sa3a, Slripsi taeas alftir iti, a&lah

*li

dan behm pffiffih di4it lsn untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Lampung naupun diperguruan tinggi lain.

2.

Karyatulis ini murni gagasan, nrmusan danpenelitian saya sendiri, tanpabantuan pihak laia k*rrali arahan Pembimbi*g dan

Peng{i-3.

Dalam karya tulis ini tidak tertlapat karya atau pendapat yang telfi ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secarajelas dicantumkan sebagai acuan dalam

nmkah dengan disebutkan nama pengaf,ang dan dicantumkan dalam daftar

pustaka.

4.

Pernyahan ini ;aya buat deirgan kesungguhan dan apabila dikernudim

hri

terda@

bersedia

dan lceti&**esaran dalm pemy*an ini, mab saya

san*si at<adsmik

kuya

pencabutan gslar yang tetatr karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai de,ngan noflna yang berlahr di Univemitas Lampung

Bandar Larrpung November 2013


(6)

r! :_j

-:li',.

;__: iii.i.,tr

'--::..;i:t

!:,;; il_,1:. 1,

! I:r iJ.itr.ra l'it.iiii :;, r iir;, ...'',.';,:,1.i,

..,1.. : : .-,'

.'


(7)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL

DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...11

B. Rumusan Masalah ...10

C. Tujuan Penelitian ...10

D. Manfaat penelitian ...11

II. TINJAUAN PUSTAKA ...12

A. Kebijakan Publik ...12

B. Implementasi Kebijakan Publik ...15

C. Pendapatan Asli Daerah ...23

D. Pajak Daerah ...24

E. Pajak Reklame ...28

F. Kerangka Pikir ...32

III. METODE PENELITIAN ...33

A. Jenis dan Tipe Penelitian ...33

B. Fokus Penelitian ...34

C. Lokasi Penelitian ...36

D. Jenis dan Sumber Data ...40

E. Teknik Pengumpulan Data ...42

F. Teknik Pengolahan Data ...44

G. Teknik Analisis Data...45


(8)

IV. GAMBARAN UMUM ...46

A. Profil Kota Bandar Lampung ...46

1. Letak Geografis ...46

2. Pembiayaan Pembangunan ...47

3. Perolehan Pajak Reklame di Kota Bandar Lampung ...49

B. Profil Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung ...50

1. Latar Belakang/Riwayat singkat Kota Bandar Lampung ...50

2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ...51

3. Visi dan Misi ...52

4. Tujuan’ ...53

5. Susunan Organisasi ...53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...60

A. Kebijakan Pemungutan Pajak Reklame ...60

B. Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Reklame ...62

C. Analisis Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Reklame ...67

1. Ukuran-Ukuran Dasar Dan Tujuan-Tujuan Kebijakan ... 68

2. Sumber-Sumber Kebijakan ... 74

a. Sumber Daya Manusia (Staf) ... 75

b. Fasilitias ... 80

3. Karasteristik Badan-Badan Pelaksana ... 84

4. Komunikasi Antar Organisasi Dan Kegiatan-Kegiatan Pelaksanaan ... 92

5. Kecenderungan Pelaksana Kebijakan ... 97

6. Kondisi-Kondisi Ekonomi, Sosial, Dan Politik ... 100

a. Kondisi Ekonomi ... 100

b. Kondisi Sosial ... 101

c. Kondisi Politik ... 103

VI. SIMPULAN DAN SARAN ...107

A. Simpulan ...107

B. Saran ...108 DAFTAR PUSTAKA


(9)

TABEL

1. Realisasi Anggaran Pendapatan Pajak Reklame Dinas Pendapatan

Kota Bandar Lampung Tahun 2008 s.d 2011 ... 7 2. Jumlah Titik Reklame Tahun 2009 s.d Tahun 2012 ... 8 3. Data Jumlah Informan ... 40 4. Nama Kecamatan, Ibukota, Jumlah Kelurahan,

dan Luas Wilayah Kota Bandar Lampung per-Kecamatan (km2) ... 47 5. Peringkat Sepuluh Besar Realisasi Pajak Daerah

Kota Bandar Lampung TA.2012 ... 48 6. Target dan Realisasi Pajak Reklame per Kecamatan di

Kota Bandar Lampung Tahun 2012 ... 49 7. Nilai Jual Objek Pajak reklame (NJOPR) (Dalam Rupiah) ... 72 8. Jenjang Pendidikan Pada Dinas Pendapatan Daerah

Kota Bandar Lampung dan UPTD ... 76 9. Distribusi Produk Domestik Regional Bruto


(10)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR

1. Dokumentasi Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Narasumber ...40 2. Foto Tampak Depan Kantor UPTD Tanjung Karang Timur ...82


(11)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Otonomi Daerah membawa dampak pelimpahan wewenang kepada daerah untuk mengurusi daerahnya sendiri. Manajemen pemerintah daerah sebelum otonomi daerah dikendalikan secara penuh oleh pemerintah pusat, karena sistem pemerintahan pada waktu sebelum Otonomi Daerah adalah terpusat. Kekuasaan pemerintah pusat sangat dominan, perencanaan dan pembangunan (termasuk berbagai kebijakan penting) dilaksanakan dari pusat atau dari atas ke bawah ( top-down planning and development). Sistem manajemen pemerintahan sebelum melakukan otonomi daerah yaitu top-down management. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah tidak diberi kewenangan penuh dalam mengurus dan mengatur daerahnya, hal ini berarti mengekang atau tidak mendengarkan aspirasi daerah.

Persoalan terkait tata kelola pemerintahan yang otonom merupakan sebuah tanggung jawab bagi pemerintah daerah. Dalam hal ini daerah diberikan wewenang untuk mengelola daerahnya dan diharapkan pemerintah daerah dan masyarakatnya memiliki semangat untuk membangun daerahnya masing-masing dengan pengelolaan potensi-potensi yang bisa dimajukan di daerahnya sehingga berdampak pada peningkatan kesejahtraan masyarakatnya. Salah satu aspek


(12)

kewenangan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah adalah aspek keuangan. Sebagaimana ketentuan pada pasal 5 ayat 2 Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang mana di dalamnya mengatur sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), 2) Dana perimbangan, 3)Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Pendapatan asli daerah salah satunya bersumber dari Pajak Daerah, pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (UU 34/2000), Pasal 1 ayat (10), dapat dijelaskan sebagai berikut Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Pajak Daerah harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah mendapatkan persetujuan DPRD dan tidak boleh bertentangan dengan pajak Pemerintah Pusat serta tidak boleh bertentangan dengan kebijakan Pemerintah Pusat.

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Pasal 1 menjelaskan bahwa Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan suatu iuran dari rakyat kepada Negara yang


(13)

bersifat dipaksakan bagi wajib pajak yang digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Untuk itu, pajak menjadi sumber pendapatan daerah yang harus dioptimalisasi agar bisa meningkatkan pendapatan daerah.

Pajak reklame merupakan salah satu sumber pajak yang berasal dari pajak daerah. Dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 Pasal 1 ayat 21, Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan Reklame dan pada ayat 22 pengertian reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau Badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, dan atau dinikmati oleh umum. Pajak Reklame di Indonesia ditetapkan berdasarkan ketetapan daerah masing-masing karena kebijakan ada di daerah otonom masing-masing.

Kota Bandar Lampung merupakan daerah otonom yang memiliki kewenangan yang luas dan bebas untuk mengatur dan juga mengurus rumah tangganya sendiri sehingga memiliki hak untuk mempunyai sumber penghasilan sendiri, yaitu dengan memungut pajak dan retribusi. Pajak di Kota Bandar Lampung merupakan sumber utama dalam pendapatan daerah. Salah satu sumber Pajak di Kota Bandar Lampung yaitu Pajak reklame. Dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 Pasal 25 ayat (2) dijelaskan objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame yang meliputi Reklame papan/ billboard/ videotron/ megatron/ large electronic display (LED) dan sejenisnya, Reklame kain ,Reklame melekat, wall painting, stiker,


(14)

Reklame selebaran, Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan, Reklame udara, Reklame apung, Reklame suara, Reklame film/slide dan Reklame peragaan dan pada ayat (3) dijelaskan yang tidak termasuk sebagai objek Pajak Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah (a). Penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya; (b). Label/merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya; (c). Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut; (d). Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, Perwakilan Diplomatik, Perwakilan Konsulat, Perwakilan Persatuan Bangsa-Bangsa serta Badan/Lembaga yang bernaung di bawahnya; (e). Reklame yang diselenggarakan semata-mata memuat nama tempat ibadah dan tempat panti asuhan; (f). Reklame yang diselenggarakan untuk kegiatan sosial, Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Dari Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pajak dan Retribusi Daerah dapat disimpulkan bahwa reklame yang berhubungan dengan Pemerintah Kota dan Partai Politik tidak dikenakan pajak reklame, jadi Pemerintah Kota Bandar Lampung justru dapat mengurangi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandar Lampung yang bersumber dari Pajak reklame.

Pada tanggal 28 November 2011 disahkan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame. Peraturan Walikota ini merupakan penjabaran dari Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah yang bertujuan untuk mengoptimalisasi


(15)

penyelenggaraan dan pemungutan Pajak Reklame di Wilayah Kota Bandar Lampung.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame menetapkan kenaikan tarif pajak reklame sebesar 184%1. Kenaikan tarif pajak reklame yang ditetapkan melebihi batas maksimal tarif tertinggi yaitu sebesar 25%2. Dari kenaikan tarif pajak reklame tersebut diharapkan dapat mencapai target pajak reklame pada tahun 2012 dan ketertiban kota dari reklame dapat tertata. Dalam Peraturan WaliKota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame menjelaskan bahwa pajak reklame dibedakan berdasarkan lokasi jalan tempat papan iklan dipasang. Pajak di jalan utama sebesar Rp570.312 per meter per tahun, pajak di jalan kelas I Rp438.800 per meter, dan jalan kelas II Rp314.812 per meter. Sementara pajak yang dikenakan sebelumnya hanya Rp200.700 per meter pada jalan Utama.

Selain kenaikan tarif pajak reklame yang melebihi batas ketentuan yang ditetapkan, pembuatan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak reklame tidak disertai dengan pembuatan Standar Operating Procedure (SOP3). SOP merupakan standar pelaksanaan dari kebijakan yang dibuat agar implementasi suatu kebijakan dapat dilaksanakan sesuai dengan standar yang ada.

Peneliti melakukan prariset ke perusahaan periklanan yaitu CV. Pelangi Advertising, dari prariset tersebut peniliti melakukan wawancara kepada

1

(Tarif pajak baru-tarif pajak lama)/ tarif pajak lama x 100% = (Rp 570.312– Rp 200.700)/Rp 207.000 x 100% = 184%

2

Marselina, 2005. Bedah Anggaran Daerah. Penerbit Universitas Lampung, Bandar Lampung. Hal 25

3

Berdasarkan hasil survey Peneliti pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung bahwa Peraturan Walikota ini tidak disertai pembuatan Standar Operating Procedure (SOP).


(16)

marketing CV. Pelangi yaitu Ibu Sun Arni yang mengatakan bahwa Tarif yang dikenakan sebelumnya pada reklame billboard yang menggunakan tiang hanya Rp 200.700 per meter per tahunnya, tapi setelah dikeluarkan kebijakan Peraturan Walikota tersebut, semua jenis reklame tarif pajaknya naik misalnya pada reklame billboard menjadi sekitar Rp 570.312 per meter per tahun nya.4 Kenaikan dari tarif pajak reklame pada Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame yaitu adanya penentuan tarif baru dan juga bagaimana pengenaan penambahan tarif pada lokasi-lokasi jalan tertentu, ini yang membuat tarif naik dan adanya perbedaan tarif pada tiap-tiap lokasi sesuai dengan Nilai Strategi Lokasi (NSL).5

Penambahan tarif pajak reklame dan juga perhitungan dari Nilai Strategis Lokasi (NSL) yang ditetapkan pada Peraturan Walikota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak reklame dengan tujuan menaikan Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung pada tahun 2012. Pengoptimalan pencapaian pajak reklame dilakukan karena pada tahun 2011 pajak reklame belum mencapai target. Target pajak reklame pada tahun 2011 Rp 8 Miliar dan hanya tercapai 78,95% atau Rp 6, 315 Miliar pada tanggal 31 Desember 2011.6 Sedangkan target pajak reklame pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 9 Miliar.7

4

Wawancara dengan Ibu Sun Arni selaku Marketing CV. Pelangi Advertising tanggal 20 Mei 2013

5

Wawancara dengan Bapak Aradhana syahrie S.IP, M.Si selaku Kepala seksi Pendapatan dan Retribusi Daerah Tanggal 20 Mei 2013

6

http://issuu.com/lampungpost/docs/lampungpost_edisi_10_januari_2011 (diakses pada tanggal 1 september 2013 pkl 10:42)

7


(17)

Tabel 1. Realisasi Anggaran Pendapatan Pajak Reklame Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung Tahun 2008 s.d 2011

Tahun Target Realisasi

2008 Rp 3.100.000.000 Rp 2.927.798.390

2009 Rp 3.500.000.000 Rp 3.520.691.483

2010 Rp 3.700.675.548 Rp 3.744.573.415

2011 Rp 8.000.000.000 Rp 6.315.626.735

2012 Rp 9.000.000.000 Rp 14.462.490.287

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah (Laporan Realisasi Anggaran pendapatan Daerah Tahun 2008 s.d 2011)

Berdasarkan data diatas, realisasi pajak reklame pada Tahun 2011 tidak mencapai target yang ditetapkan, hal tersebut terjadi karena kebijakan mengenai tata pemungutan pajak reklame baru saja diterapkan dan dilaksanakan pada tanggal 28 November 2011 sehingga pelaksanaan kebijakan tersbut belum optimal. Belum optimalnya pelaksanaan kebijakan tersebut dikarenakan adanya polemik-polemik yang terjadi antara Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan Perusahaan Advertising selama 2 bulan kebijakan tersebut disahkan. Alasan terjadinya polemik tersebut adalah tarif baru dari pajak reklame yang tergolong tinggi yaitu sekitar 184% dari tarif pajak reklame sebelumnya. Dari tabel tersebut dapat dilihat fungsi pajak sebagai Fungsi penerimaan (Budgeter) yaitu fungsi yang letaknya di sektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dan bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.8.

8


(18)

Jumlah reklame yang ada di Kota Bandar Lampung merupakan sumber pendapatan pajak reklame. Jumlah reklame juga mempengaruhi jumlah pendapatan pajak reklame yang ada di Kota Bandar Lampung, untuk itu Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya untuk mengoptimalkan jumlah pendapatan pajak reklame dari jumlah reklame yang ada.

Tabel 2. Jumlah Titik Reklame Tahun 2009 s.d 2012

No Tahun Jumlah Reklame Yang

Terpasang

1. 2009 27 reklame

2. 2010 208 reklame

3. 2011 481 reklame

4. 2012 368 reklame

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung

Data diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah reklame di Kota Bandar Lampung dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Tetapi pada Tahun 2012 terjadi penurunan jumlah titik reklame, hal ini terjadi setelah Peraturan Walikota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak reklame yang didalamnya terdapat kenaikan tarif pajak reklame sebesar 184% dari tarif sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa fungsi pajak sebagai Fungsi mengatur ( Regulation) dapat dilihat dari jumlah reklame dari tahun 2009 sampai tahun 2011, tetapi pada tahun 2012 terjadi penurunan jumlah reklame. Hal tersebut karena upaya Pemerintah Kota Bandar Lampung untuk mengoptimalkan pendapatan dari tarif pajak reklame tetpi di sisi lain juga memperhatikan keindahan Kota Bandar Lampung, yaitu menaikkan tarif pajak reklame untuk membatasi kenaikan jumlah


(19)

reklame, jadi Pemerintah Kota Bandar Lampung mengoptimalkan pendapatan pajak reklame dengan jumlah reklame yang ada.

Peraturan Walikota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame pada implementasinya masih ada penyimpangan dalam penentuan objek yang dikenai pajak reklame. Penyimpangan dalam pemungutan pajak reklame yaitu reklame yang melekat didalam toko masih dikenakan pajak reklame padahal dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 pada Pasal 2 ayat (4) sudah dijelaskan Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi tidak dikenakan pajak reklame. Dalam Rapat Koordinasi di Gedung Semergou, Bapak Herman H.N selaku Walikota Bandar Lampung menegaskan bahwa perlu adanya pelatihan bagi petugas Unit Pelaksana Teknis (UPT), karena masih ada penarikan pajak reklame dua kali, yaitu yang diluar toko dikenakan pajak dan didalam toko juga dikenakan pajak.9

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa petugas UPTD Pendapatan masih belum mengerti bagaimana pemungutan berdasarkan objek reklame yang dimuat dalam Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame karena masih ada penyimpangan pada pelaksanaannya. Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame merupakan kebijakan yang memberatkan Perusahaan Advertising dan masyarakat yang menggunakan reklame pada perusahaan Advertising karena dikenakan tarif pajak yang cukup besar yaitu 184%, tetapi

9

http://lampung.tribunnews.com/2012/03/05/herman-hn-reklame-di-dalam-toko-jangan-dikenakan-pajak (diakses pada tanggal 1 September 2013 pkl 10:09)


(20)

sebagai sasaran kebijakan, Perusahaan Advertising harus melaksanakan kebijakan tersebut walaupun memberatkan salah satu pihak yaitu Pihak Advertising dan masyarakat atau konsumen yang menggunakan reklame.

Namun menariknya, Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame ini ternyata berhasil mewujudkan target penerimaan dan target penurunan jumlah titik reklame di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012, dari sini Peneliti teratrik untuk meneliti. Dengan kebijakan yang bermasalah yaitu tarif pajak reklame yang melebihi batas dan tidak disertai pembuatan SOP tetapi dapat mencapai target pendapatan dan target dan target penurunan jumlah titik reklame di Kota Bandar Lampung. Dalam rangka mengungkap fenomena apa yang terjadi sebenarnya dibalik implementasi kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame, Peneliti menggunakan model implementasi kebijakan publik

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame”.

C. Tujuan Penelitian

Dari masalah yang ada, Peneliti memeiliki tujuan dri penelitian ini , yaitu “ Mendapatkan gambaran implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame”


(21)

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis, penelitian ini dapat menambah wacana keilmuan Administrasi Negara khusunya bidang Implementasi Kebijakan dan Administrasi Perpajakan Daerah.

2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan bahan evaluasi bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung khususnya Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung dalam mengimplementasi kebijakan Peraturan Walikota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak reklame agar lebih optimal.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebijakan Publik

Menurut Freidrich Kebijakan adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud1.Untuk maksud dari kebijakan sebagai bagian dari kegiatan, Frederich menambahkan ketentuanya bahwa kebijakan tersebut berhubungan dengan penyelesaian beberapa maksud dan tujuan.

Sedangkan Dunn mendefinisikan kebijakan publik adalah sebagai suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang menyangkut tugas pemerintahan, seperti pertahanan keamanan, energi, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.2 Kemudian menurut Anderson memberikan pengertian atas definisi “kebijakan publik sebagai serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan”3.

1

Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta : Hal 07

2

Syafiie dkk. 1999. Ilmu Administrasi Publik. Jakarta. Rineka Cipta : Hal 107

3


(23)

Miftah Thoha, (2008:106) mengartikan kebijakan publik dalam arti luas yang mana mempunyai dua aspek pokok, antara lain: Pertama, Kebijakan merupakan praktika sosial, ia bukan peristiwa yang tunggal dan terisolir. Dengan demikian, sesuatu yang dihasilkan pemerintah berasal dari segala kejadian dalam masyarakat dan dipergunakan pula untuk kepentingan masyarakat. Kedua, Kebijakan adalah suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh baik untuk mendamaikan claim dari pihak-pihak yang konflik, atau untuk menciptakan incentive bagi tindakan bersama pihak-pihak yang ikut menetapkan tujuan akan tetapi mendapatkan perlakuan yang tidak rasional dalam usaha bersama tersebut.

Dari uraian di atas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian pilihan-pilihan dari kegiatan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintahan yang saling berhubungan dan memiliki maksud dan tujuan dari pembuatan kebijakan untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, suatu kebijakan harus dibuat secara sistematis. Dalam Hal ini yaitu mengenai implementasi dari Kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame.

Sebagai suatu sistem yang terdiri atas sub-sistem atau elemen, komposisi dari kebijakan dapat dilihat dari dua perspektif: dari proses kebijakan dan dari struktur kebijakan. Dari sisi proses kebijakan, terdapat tahap-tahap sebagai berikut: identifikasi masalah dan tujuan, formulasi kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan. Dilihat dari segi struktur terdapat lima unsur kebijakan menurut Abidin (2004:45) :

1. Tujuan Kebijakan. Bahwa suatu kebijakan dibuat karena ada tujuan yang ingin dicapai. Tanpa ada tujuan tidak perlu ada kebijakan. Dengan demikian tujuan menjadi unsur pertama dari suatu kebijakan. Namun tidak demikian semua kebijakan mempunyai uraian yang sama tentang tujuan itu. Perbedaan terletak tidak sekedar pada jangka waktu mencapai tujuan dimaksud, tetapi juga ada posisi, gambaran,


(24)

orientasi dan dukunganya. Kebijakan yang baik mempunyai tujuan yang baik.Tujuan yang baik sekurang-kurangnya memenuhi empat kriteria: diinginkan untuk dicapai, rasional atau realistis (rational or realistic), jelas (clear), dan berorientasi ke depan (future oriented).

2. Masalah. Masalah merupakan unsur yang sangat penting dalam kebijakan. Kesalahan dalam menentukan masalah secara tepat dapat menimbulkan kegagalan total dalam s eluruh proses kebijakan. Tak ada artinya suatu cara atau metode yang baik untuk pemecahan suatu masalah kebijakan kalau pemecahannya dilakukan bagi masalah yang tidak benar. Dengan cara lain dapat dikatakan, kalau suatu masalah telah dapat diidentifikasikan secara tepat, berarti sebagian pekerjaan dapat dianggap sudah dikuasai.

3. Tuntutan (demand). Sudah diketahui partisipasi merupakan indikasi dari masyarakat maju (Huntington, 1990: 1). Partisipasi itu berbentuk dukungan, tuntutan dan tantangan atau kritik seperti halnya partisipasi pada umumnya, tuntutan dapat bersifat moderat atau radikal. Tergantung pada urgensi dari tuntutan tersebut

4. Dampak atau outcomes. Dampak merupakan tujuan lanjutan yang timbul sebagai pengaruh dari tercapainya suatu tujuan.

5. Saranaatau alat kebijakan (policy instruments). Suatu kebijakan dilaksanakan dengan menggunakan sarana yang dimaksud. Beberapa dari sarana ini antara lain: kekuasaan, insentif, pengembangan kemampuan, simbolis dan perubahan kebijakan itu sendiri


(25)

Menurut Anderson4, konsep kebijakan publik ini kemudian mempunyai beberapa impilikasi, yaitu : Tujuan atau kegiatan yang berorientasi tujuan haruslah menjadi perhatian utama perilaku acak atau peristiwa yang tiba-tiba terjadi : 1). Kebijakan merupakan pola model tindakan pejabat pemerintah mengenai keputusan-keputusan diskresinya secara terpisah, 2). Kebijakan harus mencakup apa yang secara nyata pemerintah perbuat, bukan apa yang mereka maksud untuk berbuat, atau apa yang mereka katakana akan dikerjakan, 3) Bentuk kebijakan bisa berupa hal yang positif atau negative. Kebijakan publik dalam bentuknya yang positif didasarkan pada ketentuan hukum dan kewenangan. Sedangkan tujuan kebijakan publik adalah dapat dicapainya kesejahteraan rakyat melalui peraturan yang dibuat oleh pemerintah.

B. Implementasi Kebijakan Publik

Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai suatu proses, suatu keluaran (output) maupun sebagai suatu dampak (outcome). Ripley dan Franklin berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang di tetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output).5

Sementara itu, Grindle juga memberikan pandangannya tentang implementasi dengan mengatakan bahwa secara umum, tugas implementasi6 adalah Membentuk suatu kaitan (linkage) yang memudahkan tujuan-tujuan kebijakan bisa direalisasikan sebagai dampak dari

4

Winarno. 2012. Kebijakan Publik:teori, proses dan studi kasus, Yogyakarta: PT Media Pressindo

5

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus edisi &Revisi Terbaru. Yogyakarta : CAPS: Hal 147

6


(26)

suatu kegiatan pemerintah. Oleh karena itu, tugas implementasi mencakup terbentuknya “a

policy delivery system” di mana sarana-sarana tertentu dirancang dan dijalankan dengan harapan sampai pada tujuan-tujuan yang diinginkan. Selanjutnya, van Meter dan van Horn membatasi “implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya”7

. Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-undang di tetapkan yang memberikan otoritas program, kebijakan, keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible output).

Terdapat banyak model implementasi kebijakan publik yang disajikan oleh para ahli, berbagai model implementasi kebijakan publik memiliki perbedaan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Model implementasi yang pertama adalah model implementasi milik duet Donald Van Meter dengan Carl Van Horn Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementator dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variable yang mempengaruhi kebijakan publik adalah berikut: (1) Aktivitas implementasi dan komunikasi antarorganisasi, (2) Karakteristik agen pelaksana/implementor, (3) Kondisi ekonomi, sosial dan politik, (4) Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor.8

Kemudian Model yang dikembangkan Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier yang mengemukakan bahwa “implementasi adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan”.9

Model W. Hogwood dan Lewis A. Gunn “mendasarkan pada konsep manajemen strategis yang mengarah pada praktik manajemen yang sistematis dan tidak meninggalkan kaidah-kaidah pokok. Kelemahannya, konsep ini secara tidak tegas menunjukan mana yang bersifat

7

Ibid. Hal 149

8

Nugroho, Rian, 2008, Public Policy, Jakarta: PT Elex Media Komputindo: Hal 438

9


(27)

politis, strategis, dan teknis atau operasional.10 Selanjutnya model Merilee S. Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, barulah implementasi kebijakan dilakukan.11 Keberhasilannya ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut._________________________________

Selanjutnya terdapat model Edwards III menegaskan bahwa “masalah utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation (kurangnya perhatian dari implementasi)”. Dikatakannya, without effective implementation the decision of policymakers will not be carried out successfully (tanpa implementasi yang efektif, pembuat kebijakan tidak akan berjalan lancar)”12. Edwards III menyarankan untuk memperhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, yaitu komunikasi, sumber daya, disposisi atau kecendrungan, dan struktur birokrasi.

Model yang digunakan peneliti adalah model implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn karena model implementasi ini bersifat top down dan bagi para perumus kebijakan dapat dijadikan model dan bagi para implementor dapat digunakan untuk memperbaiki pelayanan publik dari kebijakan yang dilaksanakan seperti halnya pada kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak reklame ini yang merupakan pajak daerah/kabupaten, ada banyak implementor yang terkait kebijakan ini meliputi Pemerintah kota, dinas terkait yaitu Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung dan UPTD Pendapatan di Kecamatan Bandar Lampung

Van Meter dan Van Horn mempunyai enam variabel yang membentuk kaitan (linkage) antara kebijakan dan kinerja (performance)13.Model implementasi kebijakan dari Meter dan Horn menetapkan beberapa variabel yang diyakini dapat mempengaruhi

10

Ibid. Hal : 443

11

Ibid. Hal :445

12

Ibid. Hal :447

13


(28)

implementasi dan kinerja kebijakan14. Teorinya ini beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh kebijaksanaan yang akan dilaksanakan, kedua ahli ini menegaskan pula dengan sendirinya bahwa perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak sebagai konsep-konsep penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Menurut Sintaningrum (2011:230) model Van Meter Van Horn ini memperlihatkan bagaimana keterkaitan antara berbagai variabel, walaupun secara konseptual menggunakan penjelasan secara parsial, tetapi pandangan dalam model ini bagi para perumus kebijakan dapat dijadikan model dan bagi para implementator digunakan untuk memanipulasi dalam perbaikan pelayanan publik dari kebijakan yang dilaksanakannya.

Berdasarkan Model Van Meter dan Van Horn ini, beberapa variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik meliputi :

1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan

Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan kinerja kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno (2012:159), identifikasi indikator-indikator kinerja merupakan tahap yang krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator kinerja ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan. Indiahono juga menyebutkan variabel yang disebut dengan standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. Kejelasan dan sasaran kebijakan harus dapat dilihat secara spesifik sehingga di akhir program dapat diketahui keberhasilan atau kegagalan dari kebijakan atau program yang dijalankan.15

14

Indiahono,Dwiyanto.2009.Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis.Yogyakarta. Gava Media: Hal 38

15


(29)

2. Sumber-sumber kebijakan

Menurut Van Meter dan Van Horn, Sumber-sumber layak mendapat perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan.16 Sumber-sumber yang dimaksud mencakup dana atau insentif lain yang mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif. Menurut Van Meter Van Horn dalam Winarno, tipe dan tingkatan sumber yang disediakan oleh keputusan kebijakan akan mempengaruhi kegiatan-kegiatan komunikasi dan pelaksanaan. Faktor ini meliputi keuangan atau insenrif dalam program untuk mendorong dan memudahkan implementasi yang efektif. Bantuan teknik dan pelayanan-pelayanan lain hanya dapat ditawarkan jika ditetapkan oleh keputusan kebijakan dan semangat para pelaksana dapat dicapai hanya jika sumber-sumber yang tersedia adalah cukup untuk mendukung kegiatan tersebut.17

Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan Undang-Undang di mana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.18 Indiahono juga menyebutkan variabel yang disebut dengan sumber daya yang menunjuk kepada seberapa besar dukungan finansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijakan, hal sulit yang terjadi adalah berapa nilai sumber daya untuk menghasilkan implementasi kebijakan dengan baik dan seharusnya dapat menjelaskan nilai yang efisien.19

3. Karasteristik badan-badan pelaksana

Dalam melihat karasteristik badan-badan pelaksana tidak terlepas dari struktur birokrasi. Van Meter dan Van Horn mengartikan struktur birokrasi sebagai

16

Winarno. 2012.Op.cit. Hal 161

17

Ibid. Hal 170

18

Ibid. Hal 147

19

Indiahono,Dwiyanto.2009.Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis.Yogyakarta. Gava Media: Hal 39


(30)

karasteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan.20 Indiahono (2009:39) juga mengatakan karasteristik badan pelaksana menunjuk seberapa besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal birokrasi.___

Menurut Ripley dan Franklin, implementasi mencakup banyak macam kegiatan; 1) badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber-sumber agar implementasi lancar, 2) badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan konkret, regulasi, serta rencana dan desain program, 3) badan pelaksana harus mengorganisasikan kegiatan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas untuk mengatasi beban kerja.21 Van Meter dan Van Horn, mengetengahkan beberapa unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam mengimplementasikan kebijakan22: (1) Kompetensi dan ukuran staf suatu badan; (2) Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan proses-proses dalam badan-badan pelaksana; (3) Sumber-sumber politik suatu organisasi (dukungan di antara anggota-anggota legislatif dan eksekutif); (4) Vitalitas suatu organisasi; (5) Tingkat komunikasi-komunikasi “terbuka”, yaitu jaringan kerja horizontal dan vertikal secara bebas serta tingkat kebebasan secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu-individu di luar organisasi; (6) Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan “pembuat keputusan” atau “pelaksana keputusan”.

4. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

Komunikasi di dalam dan antara organisasi-organisasi merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit. Menurut Van Meter dan Van Horn, prospek-prospek tentang

20

Winarno. 2012. Kebijakan Publik:teori, proses dan studi kasus, Yogyakarta.PT Media Pressindo: Hal. 166

21

Ibid. Hal 148

22


(31)

implementasi yang efektif ditentukan oleh kejelasan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan yang dinyatakan oleh ketepatan dan konsistensi dalam mengkomunikasikan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan tersebut.23 Indiahono juga menyebutkan variabel yang disebut dengan komunikasi antar badan pelaksana yang menunjuk kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan program, komunikasi ini harus ditetapkan sebagai acuan seberapa sering rapat rutin diadakan, tempat dan waktu.24 Komunikasi antar organisasi juga menunjuk adanya tuntutan saling dukung antar institusi yang berkaitan dengan kebijakan.

5. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik

Kondisi-kondisi ekonomi sosial dan politik merupakan variabel yang diidentifikasi oleh Van Meter dan Van Horn yaitu pengaruh variabel-variabel lingkungan pada hasil-hasil kebijakan. Menurut Van Meter dan Van Horn faktor ini mungkin mempunyai efek yang mendalam terhadap pencapaian badan-badan pelaksana.25 Indiahono juga mengatakan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik menunjuk bahwa lingkungan dalam ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi kebijakan itu sendiri.26

6. Kecenderungan pelaksana

Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Winarno, intensitas kecenderungan-kecenderungan pelaksana akan mempengaruhi kinerja kebijakan. Para pelaksana yang mempunyai pilihan-pilihan negatif mungkin secara terbuka akan menimbulkan sikap menentang tujuan-tujuan program.27 Oleh karena itu para pengkaji implementasi kebijakan

23

Ibid. Hal. 162

24

Indiahono.2009. Op.cit. Hal. 39

25

Winarno. 2012. Kebijakan Publik:teori, proses dan studi kasus, Yogyakarta.PT Media Pressindo: Hal. 167

26

Indiahono,Dwiyanto.2009.Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis.Yogyakarta. Gava Media: Hal. 39

27


(32)

harus mengumpulkan banyak individu yang berasal dari unsur kecenderungan yang beragam. Indiahono juga mengatakan sikap pelaksana menjadi variabel penting dalam implementasi kebijakan, seberapa demokratis antusias dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.28

Bagan 1. Model Implementasi kebijakan Van Meter dan Van Horn

Secara khusus model Van meter dan Horn ini mengarahkan perhatian kepada enam kelompok variabel yang mempengaruhi pemberian pelayanan publik, yakni: menunjukkan relevansi ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi antarorganisasi dan kegiatan-kegiatan, karasteristik-karasteristik dari badan pelaksana, lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi yuridiksi dan organisasi pelaksana, kapabilitas, dan kecenderungan para pelaksana untuk melaksanakan

28

Op.cit. Hal. 39

Komunikasi Antar Organisasi dan

Pelaksanaan kegiatan

Ukuran dan tujuan

Sumber- Sumber Kebijakan

Karasteristik Badan Pelaksana

Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik

Sikap Pelaksana

Kinerja Kebijakan


(33)

keputusan kebijakan yang berhubungan dengan implementasi kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara pemungutan Pajak reklame.

C. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan daerah adalah semua hak yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, serta yang dimaksud dengan penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah29. Pendapatan asli daerah merupakan penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah30. Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pngertian pendapatan asli daerah yaitu penerimaan atau pendapatan untuk daerah yang bertujuan untuk menambah nilai kekayaan daerah yang masuk ke kas daerah yang berasal dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan daerahnya.

Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur sumber pendapatan daerah yang terdiri dari : 1). Pendapatan Asli Daerah terdiri dari: (a) Pajak Daerah, (b) Retribusi daerah, (c) Hasil perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, (d) Lain-lain pendapatan yang sah; 2) Dana Perimbangan terdiri dari: (a) Dana bagi Hasil, (b) Dana Alokasi Umum, (c) Dana Alokasi Khusus, (d) Lain-lain pendapatan daerah yang sah untuk pembiayaan terdiri dari sisa lebih.

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 terdiri dari: Pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut

29

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,

30


(34)

objek pendapatan sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup bagian laba atas penyertaaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

Jenis lain-lain PAD yang sah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah, penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan / atau jasa oleh daerah, penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi. Pendapatan hasil eksekusi atau jaminan, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan. Pendapatan daerah adalah semua hak yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih, serta yang dimaksud dengan penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah31.

D. Pajak Daerah

Menurut. Adriani 32 Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan

31

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.op.cit

32


(35)

pemerintahan.” Kutipan beberapa pengertian pajak yang dikemukakan para ahli lainnya yaitu menurut Prof. Edwin R. A. Seligman dalam buku Essay in taxation yang diterbitkan di Amerika menyatakan: “Tax is compulsory contribution from the person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred.”

Dari definisi di atas terlihat adanya kontribusi seseorang yang ditujukan kepada Negara tanpa adanya manfaat yang ditujukkan secara khusus kepada seseorang. Soemitro33 menyatakan Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian-pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian-pengertian pajak adalah Pajak dipungut oleh Negara baik itu pemerintah pusat maupun daerah berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan dan tidak ditunjukkan adanya kontraprestrasi individual oleh pemerintah.

Ada beberapa fungsi dari pajak34 , yaitu : a. Fungsi Penerimaan (Budgeter )

Fungsi Budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara, yaitu pengeluaran-pengeluaran rutin dan pengeluaran-pengeluaran pembangunan dan bila ada sisa (surplus) akan digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.

33

Soemitro. 1990. Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Hal 5

34


(36)

b. Fungsi Pengaturan (Regulator/Regulerend)

Fungsi Regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan. Fungsi regulerend ini biasanya dapat kita temui pada sektor swasta.

c. Fungsi Demokrasi

Fungsi demokrasi dari pajak adalah fungsi yang merupakan salah satu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintahan dan pembangunan demi kemaslahatan manusia. Fungsi demokrasi pada masa sekarang ini sering dikaitkan dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. Apabila seseorang telah melakukan kewajibannya membayar pajak kepada Negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka ia mempunyai hak pula untuk mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah. Bila pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik, pembayar pajak bisa melakukan protes (complint) terhadap pemerintah bahwaa ia telah membayar pajak, mengapa tidak mendapatkan pelayanan yang semestinya.

d. Fungsi Redistribusi

Fungsi Redistribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan kepada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat. Hal ini dapat terlihat misalnya dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang kecil bagi masyarakat yang mempunyai penghasilan sedikit (kecil).

Pajak Daerah adalah kontribusi wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan


(37)

peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.35 Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dikenal sebagai pajak daerah. PajakPajak daerah digolongkan ke dalam dua kategori menurut tingkat pemerintahan, yaitu : pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.Pajak dibedakan atas Pajak Provinsi dan Kabupaten36. Jenis pajak provinsi adalah :

1. Jenis Pajak provinsi terdiri atas: (1) Pajak Kendaraan Bermotor; (2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; (3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; (4) Pajak Air Permukaan; dan (5) Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: (1) Pajak Hotel,(2) Pajak Restoran, (3) Pajak Hiburan, (4) Pajak Reklame, (5) Pajak Penerangan Jalan, (6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, (7) Pajak Parkir, (8) Pajak Air Tanah, (9) Pajak Sarang Burung Walet,(10) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan, dan (11) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Pemerintah Daerah perlu untuk melakukan upaya-upaya dalam mengoptimalisasi pemungutan pajak daerah. Untuk mengoptimalisasi pungutan pajak dan retribusi daerah diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah. Upaya pemerintah daerah melalui cara intensifikasi37 adalah : (a) Memperluas basis penerimaan yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek,memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan; (b) Memperkuat proses pemungutan dengan mempercepat penyusunan Peraturan daerah, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM; (c) Meningkatkan pengawasan dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki

35

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

36

Undang-Undang nomor 34 tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah

37


(38)

proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah; (d) Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan daerah antara lain memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan admnistrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan; (e) Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di daerah.

E. Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame yaitu benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa, atau orang yang ditempatkan, atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.38 Objek pajak reklame adalah semua penyelenggaraan reklame. Objek Pajak Reklame meliputi39 :

(1) Reklame papan/billboard yaitu reklame yang terbuat dari papan kayu, calli brete, inyle termasuk seng atau bahan lain yang sejenis dipasang atau digantungkan atau dipasang pada bangunan, halaman, di atas bangunan;

(2) Reklame megatron/videotron/large electronic display (LED) yaitu reklame yang menggunakan layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah terprogram dan difungsikan dengan tenaga listrik;

38

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No 01 tahun 2011 tentang Pajak Daerah Pasal 1 ayat (21) dan ayat (22).op.cit

39

Perauran Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara pemungutan Pajak Reklame Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 2 ayat (3)


(39)

(3) Reklame kain yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas, plastik, karet atau bahan lain yang sejenis dengan itu;

(4) Reklame melekat (stiker) yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dari 200 cm2 (dua ratus centimeter persegi) per lembar;

(5) Reklame selebaran yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang, digantungkan pada suatu benda lain;

(6) Reklame berjalan atau kendaraan yaitu reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan mempergunakan kendaraan atau dengan cara di bawa oleh orang.

(7) Reklame udara yaitu reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan gas, laser, pesawat udara atau alat lain yang sejenis;

(8) Reklame suara yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat; (9) Reklame film atau slide yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara

menggunakan klise berupa kaca atau film, atau bahan-bahan yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain di dalam ruangan;

(10) Reklame peragaan yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara;

(11) Reklame apung yaitu reklame yang diselenggarakan dengan cara terapung permukaan air.


(40)

Sementara itu, yang tidak termasuk dalam objek pajak reklame yaitu40: (1) Penyelenggaraan Reklame melalui internet, televisi, radio, warta harian, warta mingguan, warta bulanan, dan sejenisnya, (2) Label atau merek produk yang melekat pada barang yang diperdagangkan, yang berfungsi untuk membedakan dari produk sejenis lainnya, (3) Nama pengenal usaha atau profesi yang dipasang melekat pada bangunan tempat usaha atau profesi diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang mengatur nama pengenal usaha atau profesi tersebut, (4) Reklame yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah, Perwakilan Diplomatik, Perwakilan Konsulat, Perwakilan Persatuan Bangsa-Bangsa serta Badan atau Lembaga yang bernaung di bawahnya, (5) Reklame yang diselenggarakan semata-mata memuat nama tempat ibadah dan tempat panti asuhan, (6) Reklame yang diselenggarakan untuk kegiatan sosial, Partai Politik dan Organisasi Kemasyarakatan.

Peraturan Walikota Nomor 114 tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame juga mengatur tentang subjek pajak dan wajib pajak reklame, di dalam Peraturan Walikota tersebut disebutkan bahwa41: (a). Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Reklame; (b) Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang menyelenggarakan Reklame; (c) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri secara langsung oleh orang pribadi atau Badan, Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan tersebut; (d) Dalam hal Reklame diselenggarakan melalui pihak ketiga, pihak ketiga tersebut menjadi Wajib Pajak Reklame.

Terkait dengan pemungutan pajak reklame, Pasal 6 Peraturan Walikota nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara pemungutan Pajak reklame menjelaskan: (a) Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25% (Dua Puluh Lima Persen); (b) Besaran pokok pajak reklame yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tariff sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

40

Ibid. Pasal 2 ayat (4)

41


(41)

dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4; (c) Untuk reklame yang mempromosikan produk rokok dan minuman beralkohol nilai pajaknya ditambah sebesar 50% (lima puluh persen) dari nilai pokok pajak; (d) Dalam hal reklame belum terisi space (iklan kosong) tetapi mencantumkan gambar, tulisan atau sejenisnya yang bersifat promotif, maka tetap dikenakan pajak reklame sebesar 30% (tiga puluh persen) dari nilai pajak normal yang dihitung per bulan.

Selanjutnya dalam Pasal 10 juga mengatur Tata Cara Pemungutan dan Pembayaran Pajak, yaitu : (1) Setiap wajib pajak wajib mendaftarkan diri ke Dinas Pendapatan daerah guna diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah, (2) Pendaftaran dan pendataan Wajib Pajak, dapat dilakukan pada saat wajib pajak mengajukan permohonan pembayaran pajak dengan mengisi formulir pendaftaran dan pendataan yang diberikan kepada Wajib Pajak. (3) Dinas Pendapatan Daerah menerima formulir pendaftaran dan pendataan yang telah diisi dengan jelas, benar dan lengkap oleh wajib pajak, dan mencatat kedalam Daftar Induk Wajib Pajak sesuai nomor urut untuk selanjutnya diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD), (4) Walikota menunjuk Kepala Dinas Pendapatan sebagai Pejabat yang ditunjuk atas nama Walikota untuk menetapkan pajak terhutang, menertibkan Surat ketetapan pajak daerah, dan memberikan persetujuan atas permohonan wajib pajak untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak terhutang, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Pasal 11 dalam Peraturan Walikota ini juga mengatur bagaimana Tata Cara Pemungutan Pajak reklame, penjelasannya yaitu: (1) Pemungutan pajak reklame dilarang diborongkan; (2) Pemungutan pajak reklame berjalan untuk jenis kendaraan dilakukan berdasarkan domisili dan/wilayah operasi kendaraan tersebut di dalam wilayah Kota Bandar Lampung; (3) Pemungutan pajak reklame dihitung berdasarkan luas bidang reklame.


(42)

F. Kerangka Pikir Bagan 2. Kerangka Pikir

Latar Belakang Masalah :

1. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandar Lampung pada tahun 2012 melalui sektor pajak reklame

2. Pemerintah Kota Bandar Lampung Menaikan Tarif Pajak Reklame.

Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame

Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah

Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang tata Cara Pemungutan Pajak Reklame

Implementasi Kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame :

1. Analisis proses implementasi kebijakan:

1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan

2. Sumber-sumber kebijakan

3. Karasteristik badan-badan pelaksana

4. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

5. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik

6. Kecenderungan pelaksana

Dapat terlihat bagaimana implementasi Peraturan Walikota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah


(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe dan Pendekatan Penelitian

Penelitian menggunakan tipe penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode Deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode deskriptif memusatkan perhatiannya pada penemuan fakta-fakta (fact-finding) sebagaimana keadaan sebenarnya dilokasi penelitiaan.1.Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.2

Sementara itu Moleong mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu

1

Nawawi, M. Hadari dan Mimi Mardini. 1991. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta:GM Universitas Press.

2


(44)

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah3. Dari beberapa definisi yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa suatu penelitian kualitatif dimaksudkan suatu penelitian yang dilakukan secara deskriptif untuk memahami suatu fenomena yang terjadi di masyarakat.

Melalui pendekatan kualitatif deskriptif peneliti bermaksud untuk melakukan pemaparkan mengenai gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah penelitian yaitu mendeskripsikan kejadian empiris mengenai dampak yang sebenarnya dalam pelaksanaan kebijakan Peraturan Walikota Nomor 114/2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame yang merupakan kebijakan untuk menaikan tarif pajak reklame di Kota Bandar Lampung pada tahun 2012.

B. Fokus Penelitan

Dengan melihat proses implementasi kebijakan publik, maka yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah :

1. Kebijakan Pemungutan Pajak Reklame a. Pelaksana pemungutan pajak reklame

b. Nilai Jual Objek Pajak Reklame (NJOPR) dan Nilai Strategi Lokasi (NSL).

c. Subjek dan Objek Pajak Reklame

2. Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Reklame. a. Kenaikan tarif pajak reklame

3


(45)

b. Polemik setelah ditetapkan kebijakan Pemungutan Pajak reklame.

c. Pencapaian dari kebijakan Pemungutan Pajak Reklame 3. Analisis Implementasi Kebijakan Pemungutan Pajak Reklame

a. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya adalah apa yang hendak dicapai oleh kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak reklame, baik yang berwujud maupun tidak, jangka pendek, menengah atau panjang. b. Sumber-sumber kebijakan

Sumber-sumber daya kebijakan yang mendukung pelaksanaan

kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame, yaitu sumber daya manusia dan sarana prasarana.

c. Karasteristik badan-badan pelaksana

Karakteristik berupa bagaimana kinerja dari struktur organisasi dalam melaksanakan kebijakan Peraturan Walikota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame.

d. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan

Komunikasi yang dilakukan oleh badan pelaksana, baik itu internal organisasi dan juga kepada sasaran kebijakan yaitu Perusahaan


(46)

e. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik

Pengaruh kondisi Ekonomi, sosial, Politik terhadap keberhasilan pelaksanaan Implementasi kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 TAhun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak reklame.

f. Kecenderungan pelaksana

Kesiapan stakeholder dalam melaksanakan kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi yang di ambil dalam penelitian ini di tentukan dengan sengaja (purposive). lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melakukan penelitian dalam melihat fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang di teliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dengan mempertimbangkan hal di atas dan membatasi penelitian, maka penelitian ini akan di lakukan di Kota Bandar Lampung. Beberapa alasan yang menjadi dasar pemilihan lokasi ini adalah sebagai berikut : Pertama, Karena di Kota Bandar Lampung banyak reklame-reklame yang terpasang tidak sesuai dengan lokasi yang ditentukan. Kedua, Karena kota Bandar Lampung merupakan pusat perkotaan yang menjadi aktifitas ekonomi di Provinsi Lampung yang banyak menggunakan reklame sebagai ajang promosi iklan.


(47)

D. Jenis dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2005:157) “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Sumber data merupakan suatu benda, hal atau orang maupun tempat yang dapat dijadikan sebagai acuan penelitian untuk mengumpulkan data yang akan dikumpulkan melalui penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder4

1. Data Primer

Data Primer yaitu merupakan kata-kata dan tindakan (informan), serta peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, dan merupakan hasil pengumpulan penelitian sendiri selama berada dilokasi penelitian. Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari respon penelitian, baik dari obeservasi, wawancara maupun dokumentasi sertacatatan lapangan peneliti yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai Implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011. Data primer dalam penelitian ini meliputi : Hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam Implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 yakni Dinas

4

Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Karya. Hal 157-159


(48)

Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung, UPTD Pendapatan, dan Pemilik Perusahaan Reklame di kota Bandar Lampung.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Adapun data-data sekunder yang didapat peneliti adalah data-data dokumen berkaitan tentang pajak parkir di kota Bandar Lampung serta foto-foto yang berkaitan dengan penelitian, adapun dokumen-dokumen yang didapatkan peneliti berupa :

a) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan daerah.

b) Peraturan Daerah Kota Bandar lampung Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

c) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame.

d) Realisasi Anggaran Pendapatan Pemerintah Kota Bandar Lampung dari Tahun 2008-2012.


(49)

e) Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 63 Tahun 2011 Tentang Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Wawancara mendalam

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu5. Wawancara yaitu mengumpulkan data primer dengan jalan mewawancarai sumber-sumber data dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan Peraturan Walikota Nomor 114 tahun 2011 di Kota Bandar Lampung terhadap dampak yang muncul terutama terhadap kondisi sosial ekonominya. Adapun data yang diperlukan didalam pelaksanaan wawancara adalah data primer. Data primer diperlukan sebagai data untuk memperoleh informasi yang akurat. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari lapangan penelitian, baik yang diperoleh dari pengamatan langsung maupun

5


(50)

wawancara kepada informan. Adapun Jumlah informan yang diwawancara adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Informan

No Informan Jabatan

1. Aradhana Syahrie S.IP.M.Si

Kepala Seksi Penerimaan pajak dan retribusi Daerah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung 2. Dony Ardiansyah, SE. Kepala UPTD Pendapatan Kecamatan Rajabasa 3 Bpk Fajar Staff UPTD Tanjung Karang Timur

4 Ibu Sun Arni Marketing dan bagian pengurusan pajak CV. Pelangi advertising

5 Ibu Ana Marketing CV. Media Vista advertising 6 Bpk Franky S. Kepala Ranting CV. Devis Jaya

7 Ibu Yuan Sekretaris Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kota Bandar Lampung

8 Bapak Kahirullah Pimpinan Persidangan Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung

9 Bapak Aryanto Pusat Studi dan Kebijakan Publik 10 ibu Dedeh E.Fauzie,

M.Si.

Kepala Bidang Perencanaan Pengendalian Operasional (P20) Dinas Pendapatan Kota Bandar Lampung 11 ibu Yusiana Pemilik Warung Bakso Moro

Sumber : Data Diolah Oleh Peneliti Tahun 2013 2. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian data, dan merupakan bahan utama dalam penelitian. Adapun data yang diperlukan didalam pelaksanaan dokumentasi berupa data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperlukan dalam penelitian untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari sumber data primer. Data sekunder


(51)

dapat berupa naskah, dokumen resmi, literature, artikel, Koran dan sebagainya yang berkenaan dengan penelitian ini.

Gambar 1. Dokumentasi Peneliti Melakukan Wawancara Kepada Narasumber

(1) (2)

(3)

Keterangan : (1)Peneliti melakukan wawancara kepada Staf Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar lampung;(2)Peneliti melakukan Wawancara kepada CV. Pelangi Advertising;(3) Peneliti melakukan wawancara dengan Pimpinan Persidangan DPRD Kota Bandar Lampung.


(52)

F. Teknik Pengolahan Data

Setelah data selesai di kumpulkan dari lapangan, tahap berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap pengolahan data (Miles and Huberman,1992) yaitu : (1) seleksi data, yaitu untuk mengetahui apakah ada kekurangan atau tidak dalam pengumpulan data dan untuk mengetahui apakah data telah sesuai dengan pokok bahasan penelitian. (2) klasifikasi data, yaitu data yang di peroleh di kumpulkan menurut pokok bahasan yang telah di tetapkan. Data yang ada apakah termasuk dalam pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, maupun hasil dan pembahasan. (3) penyusunan data yaitu menetapkan data pada tiap-tiap pokok bahasan dengan susunan sistematis berdasarkan kerngka tulisan yang telah di tetapkan. Setelah data yang terkumpul selesai di seleksi, kemudian di susun secara sistematis dengan memasukan ke dalam kelompok bahasan masing-masing , kemudian di lakukan penganalisisan untuk mendapatkan gambaran yang benar-benar sesuai dengan apa yang menjadi tujuan penulisan di lakukan

F. Teknik Analisis Data

Tahap selanjutnya setelah data-data yang berkaitan dengan penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulan. Untuk menganalisis data ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang diperoleh merupakan keterangan-keterangan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen


(1)

memasuki lokasi penelitian dan selama proses pengumpulan data. Peneliti menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan persamaan, hal-hal yang sering timbul, yang dituangkan dalam kesimpulan. Dalam penelitian ini penarikan kesimpulan dilakukan dengan pengambilan intisari dari rangkaian kategori hasil penelitian berdasarkan observasi, wawancara serta dokumentasi hasil penelitian.

G. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan standar validitas dari data yang di peroleh. Menurut Moleong (2005:173-174) mengemukakan bahwa untuk menentukan keabsahan data dalam penelitian kualitatif harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu dalam pemeriksaan data dan menggunakan kriteria :

1. Teknik memeriksa Kredibilitas Data (Derajat Kepercayaan) a. Triangulasi

Tekhnik ini memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang di peroleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Triangulasi metode meliputi pengecekan beberapa tekhnik pengumpulan data, dan sumber data dengan metode yang sama. Triangulasi penyidik, di lakukan dengan memanfaatkan


(2)

45

peneliti atau pengamat lain. Triangulasi teori, di lakukan secara induktif atau secara logika. Untuk itu, peneliti dapat melakukannya dengan jalan : (i) Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, (ii) Mengeceknya dengan berbagai sumber data, (iii) Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekan data melalui beberapa sumber lain dengan melakukan wawancara ke beberapa informan yakni dari Dewan perwakilan rakyat Daerah (DPRD), Pusat Studi dan kebijakan Publik (PUSSBIK), Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung, Badan Penanaman Modal dan perizinan Kota Bandar Lampung (BPMP), dan Perusahaan reklame (Cv Pelangi Advertising, CV. Media Vista Advertising, CV. Devis Jaya Advertising cabang Lampung). Selain itu peneliti melakukan triangulasi dengan membandingkan data yang di peroleh melalui sumber wawancara, dokumentasi dan observasi di lapangan.

b. Pengecekan sejawat

Tekhnik ini di lakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

c. Kecukupan referensial

Kecukupan referensial yaitu dengan memanfaatkan bahan-bahan tercatat atau terekam sebagai patokan untuk menguji sewaktu di adakan analisi dan penafsiran data. Misalnya, film atau video tape dapat di manfaatkan untuk membandingkan hasil hasil yang di peroleh dengan kritik yang telah terkumpul.


(3)

VI SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame sudah mencapai tujuan yang diharapkan,tetapi pada implementasi kebijakan tersebut berjalan kurang baik, hal-hal yang mengindikasikannya implementasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Komunikasi dalam implementasi Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame yang dilakukan kurang baik. Hal ini disebabkan tidak terjadinya koordinasi yang baik antara pembuat kebijakan, implementator, dan penerima kebijakan hal tersebut dibuktikan dari kurang maksimalnya sosialisasi yang dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung yang membuat para penerima kebijakan tidak mengetahui adanya kebijakan.

2. Sumber daya yang dibutuhkan oleh UPTD Pendapatan untuk melaksanakan implementasi masih kurang, hal ini dapat dilihat dari indikator Sumber Daya Manusia (Staf) yang masih kurang maksimal karena tidak adanya fokus daripada tugas bidang yang menangani pajak reklame pada tiap-tiap UPTD Pendapatan di Kota Bandar Lampung serta sarana transportasi yang tidak di fasilitasi oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung yang membuat kurang maksimalnya kinerja UPTD Pendapatan dalam pendataan dan penagihan pajak reklame.


(4)

108

3. Disposisi (Kecenderungan pelaksana kebijakan) : tidak terlaksana dengan baik hal ini di karenakan Implementator tidak mendukung dalam implementasi kebijakan tersebut.

B. SARAN

Dari Hasil Penelitian, Kebijakan Peraturan Walikota Bandar Lampung Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame harus dilanjutkan, tetapi dilakukan beberapa perbaikan, yaitu :

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung perlu melakukan Sosialisasi yang maksimal mengenai kebijakan Peraturan Walikota Nomor 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame kepada sasaran kebijakan agar implementasi kebijakan dapat berjalan maksimal.

2. Perlunya pembagian tugas dan fungsi Bidang pada Dinas Pendapatan Daerah dan UPTD Pendapatan yang khusus menangani pajak reklame di Dinas Pendapatan Daerah dan juga pada Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendapatan agar kinerja dapat dimaksmalkan.

3. Pemerintah beserta Partai Politik yang menggunakan reklame harus dikenakan pajak reklame agar dapat mengoptimalkan pendapatan daerah dari sektor pajak reklame,

4. Segera disahkannya Standar Operating Procedure (SOP) pajak reklame karena petugas UPTD masih bekerja secara hierarkis, yaitu sesuai instruksi Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung. Alfabeta Dunn, William. N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Edisi Kedua). Yogyakarta. Gadjah Mada University Press

Halim,Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Salemba Empat. Ilyas, Wiarawan, 2001. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Indiahono,Dwiyanto.2009.Kebijakan Publik: Berbasis Dynamic Policy Analysis.Yogyakarta. Gava Media

Mardiasmo, 2002. Perpajakan Edisi Revisi 2002.Yogyakarta: CV Andi Offset. Marselina, 2005. Bedah Anggaran Daerah. Penerbit Universitas Lampung,

Bandar Lampung.

Moleong, Lexy. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Karya.

Nugroho, Rian, 2011, Public Policy, Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Sidik, Machfud. 2002. Artikel Optimalisasi pajak daerah dan retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah.

Sugiyono.2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif. Bandung: Alfabeta.

Soemitro, Rochmat.1990.Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan. Suparmoko, 2000. Keuangan Negara : Dalam Teori dan Praktek.

Yogyarkarta: BPFE.

Rahardjo, 2011. Manajemen Pemerintahan daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Rahardjo, 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran Daerah.


(6)

Waluyo, 2005. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Wayne Parsons. 2011. Public Policy; pengantar teori dan praktik analisis kebijakan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wibawa, Samudra. Et.Al., 1994. Evaluasi Kebijakan Publik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Widodo, joko. 2009. Analisis Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang; Banyuwangi Publishing

Winarno. 2012. Kebijakan Publik:teori, proses dan studi kasus, Yogyakarta: PT Media Pressindo

Winardi, J. 2003. Enterpreneur dan Eneterpreneurship. Jakarta: Prenada Media. Sumber-sumber lainnya :

(http://www.lampungpost.com/Fokus/naik-184-reklame-bandar-lampung- kosong.html) (diakses pada tanggal 29 Mei 2012 , pukul 22:00 WIB)

(http://issuu.com/lampungpost/docs/edisi_17_okt_2011) , (Diakses pada tanggal 29 mei 2012 , pukul 22.30 WIB)

(http://www.lampungpost.com/Fokus/naik-184-reklame-bandar-lampung-kosong.html) (diakses pada tanggal 29 Mei 2012 , pukul 22:00 WIB)

Dokumen :

- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian di revisi menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah

- Undang-undang Pajak Daerah no.15 Tahun 2008 tentang Wajib Pajak Reklame - Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah

- Peraturan Wali Kota Bandar Lampung No. 114 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pemungutan Pajak Reklame.

- Laporan Realisasi Anggaran pendapatn Daerah Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2008 s.d 2012