Realitas Tujuan Pernikahan Menurut Syariat Islam Pada Kehidupan

59 BAB IV TUJUAN PERNIKAHAN MENURUT SYARIAT ISLAM PADA KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA DI DESA PUSAKA RAKYAT KECAMATAN TARUMAJAYA KAUPATEN BEKASI

A. Realitas Tujuan Pernikahan Menurut Syariat Islam Pada Kehidupan

Berumah Tangga Seperti kita ketahui bahwa setiap keluarga itu terdiri dari beberapa anggota keluarga, dimana masing-masing anggota keluarga mempunyai tugas sesuai dengan kedudukan dalam keluarga yang bersangkutan. Pelaksanaan masing-masing peranan sebagaimana mestinya itu membantu mengukuhkan dan menambah keharmonisan kehidupan keluarga, membantu anggota keluarga lainnya serta unit keluarga sebagai suatu kesatuan dalam melaksanakan peranannya masing-masing. Sebaliknya, ketika salah satu bagian atau anggota keluarga tidak dapat menjelankan fungsinya dengan baik, maka bangunan rumah tangga akan rapuh dan keharmonisan rumah tangga akan dapat dirasakan oleh seluruh anggotanya. 1 Apabila telah terjadi ketidakharmonisan dalam sebuah rumah tangga, dimana masing-masing dari suami dan isteri telah keluar dari fungsinya masing-masing, maka akan mengalami pergeseran nilai, baik dari segi hak dan kewajiban suami 1 Fenna Marliasari, Suami vs Istri, Diakses pada tanggal 1 Januari 2015, http: fennamarliasari.blogspot.comsuami-vs-istri.html?m=l 60 terhadap isteri maupun hak dan kewajiban isteri kepada suami dalam menjalankan bahtera rumah tangga. Keharmonisan rumah tangga sesungguhnya merupakan buah atau hasil dari pelaksanaan hak dan kewajiban secara utuh oleh seluruh komponen keluarga. Mengenai kewajiban dan tanggung jawab seorang suami terhadap isteri khususnya dalam pemberian nafkah itu tidak boleh dikesampingkan atau ditinggalkan apabila terjadi konflik yang mengakibatkan ketidakharmonisan sebuah rumah tangga. Islam telah mengatur bahwa kewajiban pemberian nafkah tetap harus dilaksanakan oleh seorang suami dalam keadaan bagaimana pun, termasuk kepada seorang isteri yang telah diceraikan ketika dia masih menjalani masa iddah yang disebut dengan nafakah iddah. Allah SWT. dalam surat al-Thalaq ayat 1 telah berfirman:                                               Artinya: ”Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat menghadapi iddahnya yang wajar dan 61 hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka diizinkan ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru .” At-thalaq:[65]:6 Ayat dapat difahami secara jelas bahwa kewajiban seorang mantan suami untuk memberikan nafkah dan perumahan kepada mantan isterinya yang baik dalam menjalankan iddahnya. Selama masa iddahnya para mantan isteri harus terus dinafkahi dengan baik agar mereka juga dapat menjalankan masa iddahnya sesuai dengan aturan yang telah digariskan dalam ajaran Islam. Pendapat para ulama tersebut didasarkan pada kalimat: “Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka diizinkan ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang”. Di Desa Pusaka Rakyat Kecamatam Tarumajaya berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan responden mengenai pemenuhan hak dan kewajiban pada keluarga, terbukti bahwa pasangan-pasangan tersebut kurang begitu memperhatikan hak dan kewajiban mereka masing-masing. Banyak diantara pasangan suami isteri yang memiliki utang akibat suami tidak memberikan nafkah atau nafkah yang diberikan tidak mencukupi. Bahkan ada suami yang jarang sekali 62 memberikan nafkah atau biaya hidup terhadap isteri dan keluarganya. 2 Menurut hasil pengamatan penulis, hal itu terbukti sampai sekarang. Dan karena permasalahan itulah banyak para isteri yang kurang memenuhi kewajibannya terhadap suaminya.Bentuk penolakan tersebut misalnya isteri tidak mau melakukan hubungan seksual hanya merupakan respon atau reaksi atas keteledoran suami dalam memenuhi kewajiban, seperti memberikan nafkah terhadap keluarga. Keadaan seperti itu telah memaksa para isteri untuk berperan ganda di dalam menjalankan kehidupan rumah tangganya baik sebagai ayah yang mencari nafkah untuk kebutuhan anaknya meskipun anak angkat dan dia sendiri maupun sebagai ibu yang mengurus dan mendidik anaknya. Dengan kata lain, dalam kehidupan rumah tangganya, secara spesifik dalam hal pemenuhan kebutuhan pengurusan anak, isteri harus menjalankan peran isteri sekaligus peran suami. Keadaan itu cukup memberatkan perjalanan hidup seorang isteri. Sebagai seorang suami yang mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya, sudah semestinya suami memberikan nafkah. Terkadang pula terjadi intervensi terhadap kehidupan sebuah rumah tangga, intervensi tersebut mengakibatkan kehidupan rumah tangga tersebut kurang harmonis. 3 Faktor lain yang sering mengganggu kehidupan rumah tangga adalah faktor hubungan seks yang tidak seimbang dan komunikasi yang kurang terjalin dengan baik. Ketidak puasan dalam hubungan seks biasanya akan mengurangi tingkat 2 Ibu DN, Responden, Wawancara tanggal 24 Januari 2015. 3 Wawancara dengan I, tanggal 28 April 2015. 63 keharmonisan rumah tangga begitu juga dengan komunikasi, misalnya karena komunikasi yang kurang terjalin dengan baik, seorang suami atau isteri yang memberi kepada kerabatnya akan dianggap salah oleh salah satu pasangannya.

B. Analisis Faktor-faktor Yang Menyebabkan Tidak Tercapainya Tujuan