Analisis Faktor-faktor Yang Menyebabkan Tidak Tercapainya Tujuan

63 keharmonisan rumah tangga begitu juga dengan komunikasi, misalnya karena komunikasi yang kurang terjalin dengan baik, seorang suami atau isteri yang memberi kepada kerabatnya akan dianggap salah oleh salah satu pasangannya.

B. Analisis Faktor-faktor Yang Menyebabkan Tidak Tercapainya Tujuan

Pernikahan Menurut Syariat Islam Pada Kehidupan Berumah Tangga Perjalanan rumah tangga akan sangat tergantung kepada suami sebagai kepala rumah tangga dan isteri dengan anak-anak jika ada sebagai anggotanya. Atau diumpakan kepada sebuah kapal laut, suami adalah seorang nakhoda sedangkna anak dan isterinya adalah penumpang. Dalam kehidupan rumah tangga adalah sangat penting bagi suami dan isteri untuk bisa mengungkapkan sebab-sebab dan akar terjadinya ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Sama sekali tidak ada yang berharap pernikahan yang suci harus tergores oleh permasalahan, apalagi sampai menyebabkan pertengkaran yang menakutkan. Sama sekali tidak ada yang menginginkan pernikahan yang kokoh dan kuat harus hancur berantakan. Juga tidak ada yang mendambakan pernikahan yang suci harus berwarna kelam karena tidak ada lagi tempat untuk bersatu. Singkatnya sangat banyak hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya benturan keras dalam rumah tangga. Sebagian sebab-sebab itu memang tidak sepatutnya terjadi. Sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Tahu kebaikan dibalik segala ketetapan-Nya, namun sebagai makhluk-Nya, kita harus berusaha untuk 64 mempertahankan kehidupan keluarga, jangan sampai hancur berantakan, karen ahal itu bertentangan dengan semangat Syari‟at Islam. Demikian halnya dengan keberadaan pasangan pasangan yang ada di Desa Pusaka Rakyat, sebagaimana setiap keluarga pada hakikatnya masing-masing mendambakan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Mereka sama sekali tidak menginginkan keadaan rumah tangganya seperti telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya. Mereka sebagaimana masyarakat Muslim pada umumnya mendambakan kehidupan rumah tangga yang berjalan normal yang penuh dengan kebahagiaan lahir dan batin. Tetapi diantara perjalanan hidup rumah tangga mereka ditakdirkan lain; mereka jauh dari atmospir bahagia atau harmonis; yang ada hanyalah penderitaan- penderitaan yang berkepanjangan yang dirasakan oleh isteri dan anak. Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan ketidakharmonisan sebuah rumah tangga. Penyebab ketidakharmonisan dalam rumah tangga di Desa Puakajaya bermacam-macam, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Faktor Ekonomi Secara empirik, bagi sebagian besar pasangan suami isteri, ketidaksiapan ekonomi menjadi faktor penyebab utama terjadinya masalah dalam kehidupan rumah tangga. Walaupun tingkat keyakinan agama pasangan itu kuat, bahwa Tuhan akan memurahkan rezekinya kepada mereka setelah menjalani pernikahan, tetapi hal ini bisa menolak fakta bahwa salah satu penyebab terjadinya masalah dalam rumah tangga adalah masalah ekonomi. Dalam al- Qur‟an surat al-Nur ayat 32 Allah berfirman sebagai berikut: 65                    Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang- orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba- hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.”An-Nur:[24]:32 Konon, menurut cerita orang tua, para isteri tempo dulu yang perkawinannya tidak bahagia, pada umumnya tidak mempunyai pilihan lain untuk menyelesaikan kemelut rumah tangga, kecuali tetap hidup bersama suami. Pada masa sekarang, para isteri yang tidak bahagia bisa melakukan banyak pilihan, antara lain mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Dalam keluarga yang isterinya bekerja di luar rumah, tingkat ketergantungan terhadap suami menjadi kurang dan hal ini memungkinkan rumah tangga menjadi lebih rapuh. 4 Di Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya faktor ekomoni ini pun menjadi salah satu faktor ketidak harmonisan kehidupan berumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 1. 4 Hendi Suhendi Ramdani Wahyu, Pengantar Studi Sosiologi Keluarga, Bandung: Pustaka Setia, 2001, hlm.134 66 Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena Faktor Ekonomi di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014 Faktor Ekonomi Frekuensi Persentasi Berpengaruh terhadap keharmonisan 56 70 Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 24 30 Jumlah 80 100 Faktor Ekonomi Frekuensi Persentasi Bepengaruh terhadap keharmonisan 56 70 Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 24 30 Jumlah 80 100 Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 pasangan suami isteri. Berdasarkan tabel 1 diatas, 56 70 responden menyatakan bahwa faktor ekonominafkah yang diberikan suami terhadap isterinya berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga. Sedangkan 24 30 responden menyatakan bahwa faktor ekonominafkah yang diberikan suami tidak berpengaruh terhadap keharmonisan rumah tangga. Sebagai deskripsi dari data diatas penulis melakukan wawancara dengan salah satu pasangan yaitu pasangan D dan I. Sebenarnya, kualitas kehidupan pasangan D 67 dan I seharusnya relatip cukup, hal ini dapat dilihat dari pekerjaan masing-masing yang sehari-hari berprofesi sebagai PNS guru SD yang keduanya sudah bergolongan IVa. Dalam suasana perekonomian Indonesia seperti sekarang ini, dimana laju pertumbuhan angkatan kerja jauh lebih cepat daripada perkembangan lapangan kerja, sehingga banyak penganggur, bahkan mereka yang sudah bekerja pun banyak yang di-PHK, pasangan D dan I seharusnya serba cukup dari segi ekonomi untuk hidup. Bahkan dengan adanya kenaikkan gaji PNS dan pegawai lain mulai Januari 2006 seharusnya kehidupan rumah tangga D dan I semakin mantap, menatap masa depan dengan penuh optimis. Tetapi, menurut I isteri dari D mengatakan bahwa masalah yang sering dialaminya adalah justeru yang berkaitan dengan ekonomi keluarga, karena D yang jarang sekali memberikan gajinya kepada isterinya pada setiap bulannya. I sebagai isteri tidak pernah diberi tahu, tentang penggunaan uang gaji yang diperoleh suaminya setiap bulan. Yang jelas, dia tidak pernah memberikan gajinya kepada I sebagai kewajiban dalam memberikan nafkah terhadap keluarga. Disamping menderita tidak mendapatkan nafkah, I juga merasa khawatir dan lebih tersiksa oleh ketidakterusterangan D terhadap dirinya tentang penggunaan uang yang dia peroleh setiap bulan. Kadang-kadang, I berburuk sangka apakah suaminya memiliki isteri lain, atau senang berjudi atau bersenang-senang dengan cara lainnya. 5 2. Faktor Intervensi 5 Wawancara dengan I, tanggal 28 April 2015. 68 Faktor intervensi juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya masalah dalam kehidupan rumah tangga. Intervensi dapat berasal dari orang tua suami dan isteri, juga dapat berasal dari saudara-saudara suami atau isteri yang lebih tua, bahkan yang muda sekali pun. Pada masyarakat di Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya faktor intervensi ini pun nenjadi salah satu faktor ketidak harmonisan kehidupan berumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena Faktor intervensi di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014 Tabel 2 Faktor Intervensi Frekuensi Persentasi Berpengaruh terhadap keharmonisan 46 57,5 Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 34 42,5 Jumlah 80 100 Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 pasangan sumi isteri. Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa 46 57,5 responden menyatakan bahwa faktor intervensi berpengaruh terhadap keharmonisan kehidupan rumah tangga. Sedangkan 34 42,5 responden menyatakan bahwa faktor intervensi tidak berpengaruh terhadap keharmonisan kehidupan rumah tangga. 69 Seperti halnya yang dialami oleh pasangan T dan R, permasalahan yang timbul dalam keluarganya itu tidak terlepas dari adanya intervensi yang dilakukan oleh orang tua dan kerabat dari T, terutama dari ayah T. 6 Intervensi mereka terutama menyangkut keuangan rumah tangga. Sudah seharusnya mereka tidak terlalu ikut campur pada urusan rumah tangga T dan R, karena mereka sudah memberikan amanat yang setulusnya sejak berlangsungnya akad nikah. Orang tua cukup mengawasi dan memberikan saran untuk perbaikkan jika diperlukan. Intervensi terlalu dalam justeru akan memperkeruh kehidupan rumah tangga anak. Hal itu dapat menipiskan rasa percaya diri anak yang tengah membangun rumah tangga yang membutuhkan sikap kemandirian dan percaya diri yang tinggi. 3. Faktor seks Hasrat biologis atau keinginan melakukan hubungan seks bagi suami isteri adalah suatu fitrah dan rahmat yang patut disyukuri. Suami dan isteri harus berhati- hati dalam menyikapi permasalahan seks, karena pada tingkat tertentu, dari sinilah ketegangan rumah tangga muncul. 7 Pada masyarakat di Desa Pusaka Rakyat Kecamatan Tarumajaya faktor seks ini pun nenjadi salah satu faktor ketidak harmonisan kehidupan berumah tangga. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 3 6 Wawancara dengan T, tanggal 28 April 2015 7 http:Indonesian.irib.irislamkeluargaitem80927_Pentingnya_Pernikahan_Dalam_Islam, Diakses pada tanggal 2 Januari 2015 70 Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena Faktor sek di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014 Faktor Sex Frekuensi Persentase Berpengaruh terhadap keharmonisan 42 52,2 Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 36 47,5 Jumlah 80 100 Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang berjumlah 160 orang yang terdiri dari 80 pasangan sumi isteri. Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa 42 52,5 responden menyatakan bahwa faktor seks berpengaruh terhadap keharmonisan kehidupan rumah tangga. Sedangkan 38 47,5 responden menyatakan bahwa faktor seks tidak mempengaruhi keharmonisan kehidupan rumah tangga. Faktor seks ini biasanya pelayanan yang diberikan isteri terhadap suaminya merupakan kepanjangan dari tidak terlaksananya kewajiban suami dalam hal pemberian nafkahfaktor ekonomi. Seperti yang diungkapkan oleh E bahwa kemunculan masalah yang dialami oleh keluarganya salah satunya adalah masalah seks juga, bahwa Y isteri E selalu bersikap dingin, tidak mau atau enggan sekali untuk melayani hasrat biologis suaminya. 8 8 Wawancara dengan E, tanggal 26 Januari 2015. 71 Memperhatikan macam-macam faktor di atas dapat diambil pemahaman bahwa masalah yang terjadi dalam pasangan E dan Y di atas semuanya berkaitan dengan tidak terpenuhinya hak seseorang yang berkedudukan sebagai suami dan isteri, atau terganggunya hak seseorang dari partnernya. 4. Faktor Komunikasi Kehidupan keluarga bagaikan sebuah perahu yang akan berlayar mengarungi luasnya samudera kehidupan. Sudah menjadi kewajaran ketika dalam perjalanan sebuah rumah tangga terjadi perselisihan kecil, bahkan orang sering menyebut itu dengan bumbu dalam berumah tangga. Akan tetapi, permasalahannya bagaimana kita menyikapi perselisihan-perselisihan kecil itu agar jangan menjadi besar sehingga menjadi malapetaka, dan hanya menjadi bumbu dalam berumah tangga. Setiap permasalahan yang dihadapi manusia, pasti ada jalan keluarnya, dan hal yang penting adalah untuk bisa menemukan jalan keluar dari itu adalah dengan komunikasi, yaitu didiskusikan atau dimusyawarahkan, karena walaupun hak seorang suami sebagai pemimpin untuk ditaati pendapatnya, tidak berarti harus mengabaikan pendapat atau masukan yang datang dari isteri. Karena, bisa saja justeru pendapat isteri lebih baik dan bisa menjadi jalan keluar bagi permasalahan keluarga yang sedang dihadapi. 9 Tabel 4. 9 TRIPOD, Peran Komunikasi Suami-Istri dalam mebina keluarga sakinah, Diakses pada tanggal 1 Januari 2015, http:ukhuwah-i.tripod.comkelu11.htm 72 Ketidakhaarmonisan Kehidupan Berumah Tangga Disebabkan karena Faktor komunikasi di Desa Pusaka Rakyat Tahun 2014 Faktor Komunikasi Frekuensi Persentasi Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 27 33,75 Tidak berpengaruh terhadap keharmonisan 53 66,25 Jumlah 80 100 Data diperoleh berdasarkan Angket yang disebar kepada responden yang berjumlah 160 yang terdiri dari 80 pasangan sumi isteri. Misalnya yang terjadi pada pasangan S dan F adalah sebaliknya. S dan F sudah merasa bahwa permasalahan sudah tidak bisa diselesaikan lagi, maka yang ada hanya egoisme masing-masing. S tidak mau mendengarkan pendapat F; begitupun F tidak mau jika terus-terusan selalu menjadi pihak yang disalahkan oleh S. Alhasil, komunikasi di antara mereka untuk menyelesaikan persoalan rumah tangga menjadi mandeg, sudah tidak ada harapan bahwa kehidupan rumah tangga mereka akan membaik. Menu rut, istilah I “dah mati-matian” mengusahakan agar kebuntuan dalam komunikasi menjadi mencair, tapi hasilnya tetap nihil. 10 10 Wawancara dengan F, tanggal 25 Januari 2015. 73

C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penyebab Tidak Tercapainya Tujuan