23
banyaknya muatan lokal yang mewarnai seremonial perkawinan. Apalagi selepas seremonial tersebut, keduanya akan lebur dalam percampuran budaya.
16
B. Konsep Keluarga Ideal Menurut Islam
Keluarga ideal dalam Islam adalah keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah sebagaimana digambarkan oleh Al-
Qur‟an dalam surah Ar-Ruum ayat 21.
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan isteri-
isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya diantara kamu rasa kasih dan sayang” QS. Ar-Ruum:[30]:21.
Keluarga sakinah adalah keluarga bahagia yang penuh dengan ketenangan, kedamaian dan penuh kasih. Mawaddah adalah cinta birahi. Ia adalah yang pertama
kali menarik seorang pria terhadap seorang wanita, begitupu sebaliknya, suatu tarikan yang kuat yang mengikat pria dan wanita mendorong untuk berkenalan atau
berpacaran. Itulah naluri cinta birahi yang bersumber pada nafsu libido. Mawaddah juga bermakna penuh cinta. Dengan demikian mawaddah ialah kelapangdadaan dan
kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Dia adalah cinta plus bukanlah yang mencintai, sekali hatinya kesal sehingga hatinya pudar bahkan putus. Tetapi yang
16
Ibid., hlm 25.
24
bersemi dalam hati mawaddah, tidak lagi akan memutuskan hubungan seperti yang terjadi pada orang yang bercinta. Ini disebabkan karena hatinya yang begitu lapang
dan kosong dari keburukan sehingga pintu-pintunyapun telah tertutup untuk dihinggapi keburukan lahir dan bathin yang mungkin datang dari pasanganya.
Rahmah dari segi bahasa ialah kasih sayang. Jadi rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di dalam hati, akibat menyaksikan ketidakberdayaan
sehingga mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya. Karena itu dalam kehidupan keluarga, masing-masing suami isteri akan bersungguh-sungguh bahkan
bersusah payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala sesuatu yang mengganggu dan mengeruhkannya.
Untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah diperlukan suatu proses yang cukup panjang. Ajaran Islam telah memberikan
petunjuk lengkap untuk mewujudkannya melalui langkah-langkah yang sangat jelas, yaitu dari segi agama untuk asfek rohani dan dari segi ekonomi dan sosial untuk segi
fisik.
17
Agama adalah fondasi utama dari keberlangsungan setiap kegiatan kehidupan. Hidup tanpa agama yang hak membuat apa yang telah dan akan dicapai tidak akan
memberikan kebaikan, bahkan menjerumuskan manusia ke dalam neraka sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Thariim ayat 6 yang berbunyi:
17
http: ariana-myjourney.blogspot.com200904sakinah-mawaddah-wa-rahmah.html?m=1, Diakses pada tanggal 1 Januari 2015
25
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” QS. At-Tahriim:[66]:6.
Perkawinan tanpa dilandasi oleh agama, adalah bagaikan rumah tangga tanpa pondasi yang kuat. Artinya bila perkawinan tidak didasari oleh agama dan
pendidikan, maka kekuatan sebuah keluarga mungkin tidak sekuat apabila dilandasi dengan agama. Dalam ini Islam telah memebrikan petunjuk yang sangat jelas, di
antaranya adalah sebagai berikut: Pertama, untuk mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah
harus dimulai sejak pemilihan calon isteri atau calon suami. Allah Swt. berfirman dalam surah An-Nuur ayat 32:
Artinya: ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang- orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-
26
hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha
Mengetahui.” QS. An-Nūr:[24]:32.
Dalam kaitan dengan masalah ini Nabi Muhammad Saw. telah memberikan ciri-ciri wanita yang baik untuk dijadikan isteri, beliau bersabda:
ه اد بعانعايحا ثّدحا،ددس ا ثّدح ا:
ايأانعا أانعاد عسايأاد عسايثّدح ل قا صاّيا انعا عاه ايضراة
ا: ه ماع رااةأ م اح
ا, ا، ه دا ا، هبسح
ك د ات ان ّدا ات ذ ا فض ا.
ير خبا ا ر ا
18
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Musaddad. Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Ubaidillah bahwa dia telah berkata: Telah menceritakan kepadaku
Said bin Abi Said, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw. bahwa beliau telah bersabda: Perempuan dinikahi karena empat hal: 1 hartanya, 2
keturunannya, 3 kecantikannya, dan 4 agamanya. Oleh karena itu persuntinglah perempuan yang beragama, jika tidak, binasalah kedua tanganmu.”
Kedua, setelah perempuan itu dinikahi, seorang suami tidak boleh tinggal diam terhadap kepribadian isteri. Meskipun dia sudah baik, seorang suami harus
selalu berupaya untuk meningkatkannya. Apabila isteri itu adalah orang yang saleh,
18
Al-Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail. 1981. Shahih al-Bukhari, Jilid VII. Mesir: Dar al-Fikr.
27
maka itu adalah suatu kenikmatan, anugrah dari Allah. Sebaliknya, jika tidak saleh, maka merupakan kewajiban suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga untuk
memperbaikinya. Kita wajib berusaha untuk memperbaikinya, tapi para suami pun harus mengetahui terlebih dahulu bahwa memberikan hidayah petunjuk itu adalah
mutlak wewenang Allah dan Allah lah yang sebenarnya memperbaiki keadaan. Hidayah itu termasuk salah satu anugrah Allah yang diberikan-Nya kepada hamba-
Nya, seperti yang diberikan kepada Nabi Zakaria, sebagaimana dikemukakan dalam Al-
Qur‟an surah Al-Anbiyā ayat 90:
Artinya: “Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang- orang yang khusyu kepada Kami.” QS. Al-Anbiya:[21]:90.
Memperbaiki isteri dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Memberikan perhatian untuk memperbaiki berbagai bentuk peribadatannya kepada Allah;
2. Berusaha untuk memperbaiki aspek keimanan seperti:
28
a. Menganjurkan untuk melakukan qiyamul lail;
b. Menganjurkan untuk selalu membaca al-Qur‟an;
c. Menyuruh untuk menghapal do‟a-do‟a dan dzikir-dzikir serta
mengingatkannya untuk melakukannya pada waktu-waktu tertentu; d.
Menganjurkan untuk rajin bersedekah; e.
Menganjurkan untuk membaca buku-buku tentang Islam; f.
Menyuruh untuk mendengarkan siaran-siaran TV, radio atau menyetel kaset- kaset yang bermanfaat;
g. Menyuruh untuk memilih sahabat-sahabat yang baik-baik;
h. Mencegah dia dari melakukan kejahatan dan menutup pintu ke arah itu
dengan cara menjauhkannya dari pergaulan dengan teman0teman yang berakhlak jelek.
19
Ketiga, menjadikan rumah sebagai tempat mengingat Allah. Dengan selalu dzikir atau mengingat Allah, maka hati akan tentram. Allah berfirman dalam surah
Ar- Ra‟d ayat 28:
Artinya: “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” QS. Ar-Ra‟d:[13]:28.
19
Muhammad al-Munajjid, 40 Cara Mencapai Keluarga Bahagia, trj. Jakarta: Gema Insani, 1998, hlm. 24-25.
29
Di samping menggunakan pendekatan agama, untuk mewujudkan keluarga ideal atau keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, perlu dilakukan
pendekatan ekonomi. Karena indikator dari sebuah keluarga ideal itu tidak cukup dilihat dari segi keagamaan tepi juga kesejahteraan ekonomi. Tidaklah berlebihan
bahwa kelancaran rumah tangga dipengaruhi oleh kelancaran dan kestabilan ekonomi. Segala kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi jika ekonominya lancar
tapi sebaliknya kericuhan-kericuhan rumah tangga sering terjadi yang kadang-kadang diakhiri oleh perceraian, ini disebabkan oleh masalah ekonomi yang tidak
stabilmorat-marit.
20
Pada umumnya tantangan yang dihadapi oleh sebuah keluarga adalah persoalan ekonomi nafkah, karena itu kebahagiaan dan keharmonisan sebuah rumah
tangga banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi tersebut. Meski sebenarnya masalah ekonomi bukanlah faktor utama bagi suatu kebahagiaan. Kenyataan juga
membuktikan bahwa seseorang tidak akan pernah bisa membina suatu kedamaian dan kebahagiaan hidup rumah tangga hanya bermodalkan cinta dan kasih sayang semata.
Aspek-aspek non-religious berikut ini menjadi unsur penting dari kriteria
keluarga idela dalam Islam.
Pertama aspek ekonomi. Kebutuhan ekonomi sangat penting untuk dipenuhi bagi terciptanya sebuah keluarga yang ideal. Dalam Al-
Qur‟an surah An-Nuur ayat 32 sebagai berikut:
20
Anonimous,Kompilasi Hukum Islam, Bandung: Humaniora Utama Press, 1992, hlm. 128.
30
Artinya: ”Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-
orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba- hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan
mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” QS. An-Nūr:[24]:32.
Ayat itu menunjukkan bahwa meskipun kesejahteraan ekonomi merupakan salah satu syarat bagi terwujudnya keluarga yang ideal, tetapi setiap muslim tidak
boleh enggan untuk menikah jika hal itu sudah diinginkannya karena keadaan ekonomi masih belum memungkinkan atau pendapatn yang ada belum cukup untuk
menafkahi isteri apa lagi dengan anak. Perkawinan yang dilandasi dengan niat yang ikhlas akan melahirkan kemudahan dalam masalah mencari rizki. Kekurangan dalam
masalah ekonomi akan melahirkan keruntuhan rumah tangga. Data dari berbagai pengadilan agama di jawa barat menunjukkan bahwa salah satu faktor terkuat yang
melatarbelakangi perceraian adalah faktor ekonomi keluarga yang serba kekurangan. Kedua, aspek pemenuhan kebutuhan seksual suami isteri. Hasrat biologis
atau keinginan melakukan hubungan seks bagi suami isteri adalah suatu fitrah dan rahmat yang patut disyukuri. Suami dan isteri harus berhati-hati dalam menyikapi
31
permasalahan seks, karena pada tingkat tertentu, dari sinilah ketegangan rumah tangga muncul.
Ketiga, faktor komunikasi. Bahtera keluarga bagaikan sebuah perahu yang akan berlayar mengarungi luasnya samudera kehidupan. Sudah menjadi kewajaran
ketika dalam perjalanan sebuah rumah tangga terjadi perselisihan kecil, bahkan orang sering menyebut itu dengan bumbu dalam berumah tangga. Akan tetapi,
permasalahannya bagaimana kita menyikapi perselisihan-perselisihan kecil itu agar jangan menjadi besar sehingga menjadi malapetaka, dan hanya menjadi bumbu dalam
berumah tangga. Setiap permasalahan yang dihadapi manusia, sebenarnya pasti ada jalan
keluarnya, dan hal yang penting adalah untuk bisa menemukan jalan keluar dari itu adalah dengan komunikasi, yaitu didiskusikan, karena walaupun hak seorang suami
sebagai pemimpin untuk ditaati pendapatnya, tidak berarti harus mengabaikan pendapat atau masukan yang datang dari isteri. Karena, bisa saja justeru pendapat
isteri lebih baik dan bisa menjadi jalan keluar bagi permasalahan keluarga yang sedang dihadapi.
Jadi keluarga yang ideal atau keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah adalah keluarga yang segala kebutuhannya baik kebutuhan jasmani maupun ruhani
sudah terpenuhi.
32
C. Hak dan Kewajiban Suami Isteri menurut Hukum Positif