41
2 Selama isteri dalam keadaan nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya
tersebut pada pasal 80 ayat 4 huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.
3 Kewajiban suami tersebut pada ayat 2 di atas berlaku kembali sesudah isteri
tidak nusyuz. 4
Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus didasarkan atas bukti yang sah.
42
Agar tidak dianggap nusyuz maka isteri harus melaksanakan kewajiban dalam rumah tangga yaitu, berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam batas-batas yang
di benarkan oleh hokum Islam.Di samping itu isteri berkewajiban pula menyelenggarakan pula dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan
sebaik-baiknya.
D. Hukum Meninggalkan Hak dan Kewajiban Suami-Isteri
Dalam menjaga kelangsungan hidup dan meneruskan keturunannya, manusia disyariatkan untuk menikah sebagai jalan dalam rangka mewujudkan keluarga yang
sakinah, mawadah dan rahmah. Sebagai pasangan dalam mengarungi bahtera rumah tangga, suami isteri
dalam mewujudkan keluarga yang sakinah, mawahdah dan rahmah, maka hakdan kewajiban suami dan isteri harus dijalankan secara proporsional. Dalam kaitannya
dengan hak dan kewajiban suami isteri, baik di dalam Undang-undang perkawinan
42
Ibid.
42
atau di dalam Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa suami merupakan kepala keluarga sedang isteri merupakan ibu rumah tangga.
43
Sekalipun suami berperan disektor publik, sedangkan isteri berperan dalam sektor domestik,
44
namun hal tersebut tidak dipahami secara dogmatis. Dalam kaitannya dengan isteri yang bekerja untuk mencari nafkah, menurut
Sayyid Sabiq yang mengutip pendapat Ibnu Abidin, salah satu ulama Imam Hanafi berpendapat bahwa apabila istri bekerja untuk mencari nafkah keluarga selama tidak
merugikan hak suami maka hal itu diperbolehkan.
45
Hal ini senada dengan para ulama‟ NU dalam hasil muktamarnya yang ke-14 di magelang. Kebolehan istri yang bekerja disamakan dengan mahar,
46
yang telah disebutkan oleh Allah S.W.T. dalam firmanNYA sebagai berikut:
Artinya: ”Kemudian jika isteri-isteri menyerahkan kepada kamu sebagiandari mas kawin itu dengan senang hati makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan
yang sedap lagi baik akibatnya ”Q.S. An-Nisaa:[4]:4
43
Undang-undang Perkawinan Pasal 31 ayat 3 dan Kompilasi Hukum Islam Pasal 79 ayat1
44
Bagus Hariyono, Kekuasaan Isteri Tergantung Suami, Surakarta: Yayasan Pustaka Cakra, cet.1 2000, hlm.15
45
Sayyid Sabyq., Fiqh Sunnah, Jilid 2, Alih bahasa: Moh. Thalib, Bandung: PT. Al- Ma‟arif,
hlm. 131
46
KH.A Azis Masyuri, Masalah Keagamaan Hasil Muktamar NU, Surabaya: PP, Rabithah Ma‟hadil islamiyah, 1997, hlm.179
43
Dalam bukunya Ibrahim Muhammad Al-Jamal terjemahan Anshori Umar Sitanggal sebagaimana dikutip oleh Azis Masyuri, yakni fiqih wanita dalam kaitanya
dengan hak dan kewajiban suami isteri salah satunya pergi keluar negeri untuk suatu tugas bekerja denganadanya izin oleh pihak yang bersangkutan maka
diperbolehkan. Karenanantinya akan membawa oleh-oleh dan uang yang cukup banyak.
47
Dari uraian tersebut di atas maka pengertian bahwa suami berperan di bidang publik sedangkan isteri berperan di bidang domestik tidak dipahami secara dogmatis,
diantara suami- isteri dalam sebuah rumah tangga di perbolehkan untuk melakukan pertukaran peran selama masing-masing pihak tidak merasa terganggu haknya.
47
Ibid.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA PUSAKA RAKYAT KECAMATAN TARUMA JAYA KABUPATEN BEKASI
A. Profil Desa Pusaka Rakyat