Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI KESETIMBANGAN
KIMIA DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA
Mahasiswa : Siti Destriyah
Nomor Pokok Mahasiswa : 0713023044 Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Noor Fadiawati, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si.
NIP 19660824 199111 2 001 NIP 19660824 199111 2 002
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
NIP 19671004 199303 1 004
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan. Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, Mei 2012
Siti Destriyah NPM 0713023044
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, dengan rasa syukurku ku persembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang telah mengisi hati penulis dengan cinta dan kasih sayang,
merekalah orang-orang terkasih. Teristimewa Bapak dan Ibu tercinta;
Sosok mulia yang telah membimbing dan mendidik penulis menemani dengan kelembutan doa dan cinta sucinya dengan ikhlas karena Allah. Terimakasih, atas
jerih payah Bapak dan Ibu yang tidak akan terlupakan. Meskipun di akhir pendidikan penulis tidak bersama Bapak alm, semoga Bapak bisa merasakan kesuksesan yang
ku raih. Dan Semoga Allah SWT membalas semua jasa dan pengorbanan kalian.
Adik-adikku danu, dani, dan danawah. Terima kasih atas inspirasi dan semangat
yang telah kalian berikan. Almamater Unila
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 29 Agustus 1990 dengan nama Siti Destriyah. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan bapak Drs. Deniadi
dengan ibu Sa’adiah. Penulis mengawali pendidikan formal ke MI. Miftahul Jannah, selesai pada tahun
2001. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan ke SMP N 7 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2004. Tahun 2004, penulis melanjutkan ke SMAN 7 Bandar
Lampung dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis mendaftarkan diri ke Universitas Lampung dan diterima di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi sekertaris bidang pengembangan
pada Tim Kerja Sekolah, sebagai anggota Organisasi Himpunan Mahasiswa Eksakta HIMASAKTA FKIP Unila. Pada tahun 2011, penulis melakukan Program
Pengalaman Lapangan di SMA 2 Bandar Lampung.
iii
SANWACANA
Puji dan syukur penulis haturkan sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan cinta kasih-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Siklus Belajar PDEODE Pada Materi Kesetimbangan Kimia Dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa
”. Shalawat
serta salam juga semoga selalu tercurah pada Rasullulah Muhammad SAW.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan dan pengetahuan penulis terbatas,
maka adanya bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman,M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. Caswita,M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna,M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi
4. Ibu Chansyanah Diawati,M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing II, terima kasih atas kesediaanya memberi motivasi di sela-sela
kesibukan, sudi menjadi tempat mencurahkan segala keluh kesah penulis.
iv 5. Ibu Dr. Noor Fadiawati,M.Si., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi selama penulisan skripsi ini.
6. Ibu Emmawaty Sofya,S.Si.,M.Si., selaku Dosen Pembahas atas kesediaan, keikhlasan, dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam
proses penyusunan skripsi ini. 7. Bapak Drs. Hi. Berchah Pitoewas,M.H., selaku kepala SMA YPU
Bandarlampung, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan untuk melaksanakan penelitian.
8. Ibu Ismita Dewi,S.Pd., selaku guru mitra atas kerja sama dan bimbingannya. 9. Saudaraku khususnya danu, dani, danawah, badru, dadang, imah, indri dan desza
atas dukungan yang selalu diberikan. 10. Teman-
temanku di P.Kimia ’07 khususnya Meri, Widia, Vira, Dian, Siwi, dan Yulia, Rosi, Rosa, Elis atas dukungan, doa dan semangat yang diberikan.
11. Teman dan adik tingkat di ROHIS SMA 7 Bandar Lampung atas doa dan semangat yang diberikan.
12. Kakak dan adik tingkat di Program Studi Pendidikan Kimia serta semua pihak yang tidak dapat ditulis satu persatu.
13. Karyawan tata usaha dan petugas kejurusan kimia, atas dukungan yang diberikan.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
v Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan
pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya Bandar Lampung, Juni 2012
Penulis, Siti Destriyah
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kimia merupakan mata pelajaran sains yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa seharusnya tidak sekedar untuk memenuhi tuntutan belajar siswa di sekolah saja,
tetapi juga dapat melatih cara berfikir siswa untuk memecahkan masalah terutama yang berkaitan dengan ilmu kimia secara ilmiah. Menurut Gallagher 2007
belajar sains merupakan: Suatu proses memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan
membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains tersebut sehingga dengan belajar sains diharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan
bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, atau lebih dikenal dengan keterampilan generik sains.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah, siswa seringkali
dihadapkan dengan bermacam-macam masalah. Salah satu masalah yang dihadapi siswa adalah sulitnya memahami materi kimia. Banyak siswa
menganggap mata pelajaran kimia sulit untuk dipahami karena materi kimia umumnya bersifat abstrak. Dengan demikian perlu diupayakan penanaman
konsep yang disajikan secara mantap kepada siswa yaitu dengan menggunakan sistem pembelajaran yang tepat sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan efektif . Oleh karena itu kreativitas guru sangat menentukan sehingga siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk konsep kimia yang
bersifat abstrak seorang guru dapat menggunakan sistem pembelajaran yang dapat memvisualisasikan konsep abstrak sebagai sesuatu yang mirip atau sejenis
dengan konsep konkrit. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya mampu menciptakan suatu lingkungan belajar sehingga tercipta suasana pembelajaran
yang aktif, inovatif, kreatif, efektif serta menyenangkan agar tercapai tujuan pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pembelajaran, salah satunya
bergantung pada kegiatan pembelajaran yang dialami oleh siswa dikelas. Untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan adanya usaha
peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan ini dapat dilihat salah satunya dari proses pembelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA YPU Bandar Lampung
pada semester ganjil tahun pelajaran 20112012, menunjukkan bahwa pembelajar- an di kelas sebenarnya sudah cukup menarik, guru mengajar menggunakan
metode ceramah, diskusi dan latihan soal pada setiap pembelajaran materi kimia. Namun, isi pokok bahasan yang disampaikan hanya berupa kumpulan teori-teori
disertai contoh-contoh soal yang dapat dijadikan acuan untuk tes formatif bagi siswa. Hal ini justru mendorong siswa menjadi pencatat serta penghafal yang
fasih dan pembelajaran kimia seolah-olah hanya sebatas terjadi di dalam sekolah tanpa adanya keterkaitan dengan lingkungan di sekitar mereka. Pada
pembelajaran ini siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri untuk memikirkan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Mereka tidak dapat menjadi seorang siswa mandiri yang dapat membangun konsep dan
pemahamannya sendiri. Dengan demikian, siswa tidak terlatih dan menjadi malas
untuk bertanya kepada guru atau kepada teman, memberi pendapat dan sanggahan, serta menjawab pertanyaan dari guru atau teman. Pembelajaran kimia
yang seolah tak berguna untuk kehidupan mereka ini jelaslah membuat siswa tidak tertarik pada pelajaran kimia. Lebih dari itu, dengan maksud memberikan
kenyamanan bagi siswa, guru kerap kali memilih mempertahankan gaya mengajarnya, yakni dengan menekankan pembelajaran pada penguasaan sejumlah
konsep, hukum-hukum dan teori-teori saja, seperti halnya pada materi pokok kesetimbangan kimia yang lebih dikondisikan untuk dihafal oleh siswa tanpa
memperhatikan bahwa informasikonsep pada siswa dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan
oleh guru kepada siswa melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas Trianto, 2010.
Pelaksanaan pembelajaran diarahkan untuk pencapaian kompetensi dasar KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Siswa merupakan aktor utama dalam
pembelajaran student centered, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator agar siswa mengalami kegiatan belajar dan menjadi mitra belajar siswa, misalnya
dengan cara menyajikan situasi berpikir dan berbuat, mempertanyakan, atau meminta kejelasan dalam permendiknas No. 41 tahun 2007. Mengacu pada
permendiknas tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran sehingga siswa turut berperan aktif dalam
pembelajaran, maka guru perlu mempertimbangkan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan inovatif, yang mampu meningkatkan keaktifan
belajar siswa khususnya penguasaan konsep materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran serta kondisi siswa dan sekolah yang bersangkutan. Salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas dan semangat belajar
siswa adalah model pembelajaran siklus belajar PDEODE. Model siklus belajar PDEODE merupakan model pembelajaran yang penting
sebab memiliki atmosfir yang dapat menunjang diskusi dan keragaman cara pandang Costu, 2008. Oleh karena itu, model ini digunakan sebagai kendaraan
untuk dapat membantu siswa memaknai pengalamannya dalam kehidupan sehari- hari. Model siklus belajar PDEODE terdiri dari 6 tahapan yakni tahap predict,
menyajikan peristiwa sains kepada siswa yang dilanjutkan mengarahkan siswa untuk memprediksikan akibat dari peristiwa sains tersebut. Pada tahap ini siswa
dianjurkan untuk menggunakan pengetahuan mereka sebelumnya. Kemudian tahap discuss, siswa mendiskusikan tentang prediksinya, saling bertukar gagasan
serta mempertimbangkan secara hati-hati prediksi tersebut. Lalu tahap explain, pada tahap ini guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk
mencapai suatu kesepakatan tentang prediksi mereka. Selanjutnya observe, tahap ini dilakukan untuk membuktikan prediksinya, siswa dibimbing melakukan
kegiatan observasi pengamatan, selanjutnya discuss dan explain, mendiskusikan dan menjelaskan hasil observasi sampai pada tahap menghadapkan semua
ketidakesuaian antara prediksi dan observasi, sehingga siswa dapat menangulangi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada pemahaman mereka. Dengan
demikian, model siklus belajar ini memberikan kesempatan untuk mengembang- kan berbagai kemampuan siswa, diantaranya kemampuan memprediksi
meramalkan, mengamati fenomena alam, menggunakan alatbahan, menerapkan konsep, berkomunikasi, dan menjelaskan.
Kemampuan-kemampuan ini yang nantinya digunakan sebagai pendukung membangun penguasaan konsep siswa. Mengingat belum adanya peneliti yang
mengembangkan model siklus belajar ini di daerah Lampung, maka penulis memandang perlu mengadakan penelitian guna melihat efektivitas model siklus
belajar ini. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian yang berjudul:
“Efektivitas Model Siklus Belajar Predict-Discuss-Explain-Observe-Discuss- Explain PDEODE pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia dalam
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini
adalah: Bagaimana efektivitas pembelajaran model siklus belajar PDEODE dalam
meningkatkan penguasaan konsep pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa SMA YPU Bandar Lampung ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan model pembelajaran siklus belajar PDEODE yang efektif dalam penguasaan konsep pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa SMA YPU
Bandar Lampung .
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sekolah, yaitu menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
2. Guru, yaitu sebagai salah satu model yang dapat dipilih untuk meningkatkan efektivitas terutama pada materi pokok kesetimbangan kimia.
3. Siswa, yaitu untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa, terutama pada materi pokok kesetimbangan kimia.
4. Bagi peneliti lain, yaitu sebagai bahan studi literatur untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap
masalah yang dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini yaitu : Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA
2
dan XI IPA
4
SMA YP Unila Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran 20112012.
2. Pembelajaran konvensional dalam penelitian yang dimaksud adalah pembelajaran yang dipakai oleh guru mitra di SMA YP Unila Bandar
Lampung dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan latihan soal. 3. Model pembelajaran siklus belajar PDEODE yang diterapkan dengan
menggunakan media LKS yang disusun untuk membantu penguasaan konsep siswa. Model siklus belajar PDEODE yang diterapkan menggunakan metode
diskusi, latihan dan praktikum dengan tahapan predict-discuss-explain- observe-discuss-explain.
4. Pembelajaran dikatakan efektif apabila secara statistik hasil belajar siswa me- nunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pema-
haman setelah pembelajaran yang ditunjukkan dengan gain yang signifikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembel- ajaran konstruktivis constructivist theories of learning. Teori konstruktivis ini
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi
kognitif yang lain, seperti teori Bruner Nur dalam Trianto, 2010. Menurut Piaget Dahar 1988, dasar dari belajar adalah aktivitas anak bila ia ber-
interaksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisik-
nya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan lingkungan fisiknya.
Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengem- bangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran ide-ide dengan orang
lain, seorang anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif. Aktivitas mental
anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang disebut ”skema”
atau pola tingkah laku. Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.
a. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan
menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkem- bangan struktur-struktur.
b. Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya. c. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual.
Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu orga- nisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadisistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap
lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Lebih lanjut, Piaget Dahar, 1988 mengemukakan bahwa dalam proses asimilasi
seseorang menggunakan struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya sedangkan dalam
proses akomodasi seseorang memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya.
Dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang
telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan
yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan
rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidakseimbangan disequilibrium. Akibat ketidakseimbangan itu maka terjadilah akomodasi dan
struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang
keadaan ketidakseimbangan dan keadaan setimbang disequilibrium-equilibrium. Tetapi bila terjadi kesetimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang
lebih tinggi daripada sebelumnya. Menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekar-Winahyu 2001
konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer
pengetahuan dari seseorang kepada yang lain. Agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:
1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga- laman, karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa
dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan menge-
nai persamaan dan perbedaan suatu hal, agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan
perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuannya.
3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain selective conscience
. Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pemben-
tukan pengetahuannya. Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno 1997, antara lain:
1 pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2 tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa;
3 mengajar adalah membantu siswa belajar; 4 tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;
5 kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6 guru adalah fasilitator.
B. Model Siklus Belajar PDEODE
Model siklus belajar PDEODE dianjurkan oleh Savader-Rane dan Kolari 2003
dan untuk pertamakalinya digunakan oleh Kolari et al. 2005 pada pendidikan kejuruan. Costu et al. 2010 mencatat bahwa model pembelajaran ini merupakan
pengembangan dan modifikasi dari model siklus belajar Predict-Observe-Explain POE yang pada awalnya dikembangkan oleh White dan Gustone 1992.
Model siklus belajar POE ini memiliki tiga tahapan. Pertama, siswa harus mem-
prediksi hasil dari suatu peristiwa sains dan harus memberikan alasan terhadap prediksinya P=Prediction. Kedua, siswa mendeskripsikan apa yang telah terjadi
O=Observation. Terakhir siswa harus menyelesaikan antara prediksi dan observe E=Explaination.
Model siklus belajar PDEODE ini merupakan model pembelajaran yang penting
sebab memiliki atmosfir yang dapat menunjang diskusi dan keragaman cara
pandang Costu, 2008. Oleh karena itu, model ini digunakan sebagai kendaraan untuk dapat membantu siswa memaknai pengalamannya dalam kehidupan sehari-
hari. Model siklus belajar PDEODE memiliki enam tahapan, yaitu; pada tahapan pertama yaitu prediction prediksi; guru menyajikan suatu peristiwa sains kepada
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat prediksi terhadap akibat outcome dari peristiwa sains tersebut secara individu dan
memberikan alasan terhadap prediksi tersebut. Pada tahapan yang kedua discuss diskusi, siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang prediksinya dalam
kelompok untuk bertukar gagasan dan mempertimbangkannya secara hati-hati prediksi tersebut. Pada tahapan yang ketiga explain menjelaskan, siswa dari
setiap kelompok diminta untuk mencapai suatu kesepakatan tentang peristiwa sains tersebut, dan membaginya dengan kelompok lain pada saat diskusi kelas.
Pada tahapan ini observe, setiap siswa bekerja dalam kelompoknya masing- masing untuk melakukan kegiatan hand-on, kemudian secara mandiri mencatat
pengamatan mereka. Siswa mengamati perubahan yang terjadi dan guru harus memandu siswa untuk mencapai pada target-target konsep yang diharapkan. Pada
tahapan yang kelima discuss, siswa diharapkan dapat mendiskusikan prediksi mereka sebelumnya dengan hasil observasi yang telah dilakukan. Pada tahapan
terakhir explain, siswa menghadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi. Dengan melakukan hal tersebut siswa mulai bisa menanggulangi
kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada pemahaman mereka. Perubahan konseptual yang diajukan oleh Posner et al 1982 dibangun oleh dua
kerangka kerja, kemajuan dan psikologi kognitif karya Piaget dan filosofi sains Kuhn, 1970. Model siklus belajar ini menempatkan siswa pada suatu
lingkungan dan memacu siswa untuk menyatukan konsepsi mereka dengan teman sekelasnya, kemudian bekerja untuk pemecahan dan perubahan konseptual.
Model siklus belajar PDEODE bersesuaian dengan kondisi yang dianjurkan Posner et al. yaitu dimulai dengan memunculkan ide atau gagasan awal
dilanjutkan dengan pengujian ulang ide atau gagasan tersebut dengan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Sehingga akhirnya berusaha untuk memecahkan
kontradiksi yang terjadi antara pemahaman awal dengan hasil observasi. Model siklus belajar ini telah diterapkan oleh beberapa peneliti dalam melakukan
penelitian pendidikan diantaranya Kolari et al. 2005 pada program teknik lingkungan; Costu dan Ayas 2005 pada penelitian konsepsi tentang penguapan
pada berbagai zat; Calik et al. 2006 pada konsep kelarutan gas dalam cairan; Costu et al. 2007 pada konsep mendidih pada mahasiswa tingkat satu
pendidikan sains; Costu 2008 pada penelitian perubahan konseptual terhadap peristiwa penguapan dalam kehidupan sehari-hari; Costu et al. 2010 pada
penelitian perubahan konseptual mengenai peristiwa penguapan pada mahasiswa tingkat satu pendidikan sains. Penelitian tersebut mencatat bahwa model siklus
belajar PDEODE merupakan model pembelajaran yang efektif dalam mem- fasilitasi terjadinya perubahan konseptual.
C . Penguasaan konsep
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
berfikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu
aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik
sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan
berhasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat diting- katkan lebih maksimal. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian
hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang
didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di dukung oleh Djamarah dan Zain 2000 yang
mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses
belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga
adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk mening- katkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik
jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang
materi pelajaran. Menurut Sagala 2002 definisi konsep adalah :
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang
meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide atau
pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkrit yang timbul dari buah pikiran manusia dan pengalaman manusia serta digunakan sebagai dasar pengembangan
ilmu. Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu
aspek dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan pembelajaran bagi siswa, sebab
ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, menyintesis, dan
kemampuan mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang dilakukan oleh guru.
D. Kerangka Pemikiran
Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan suatu proses pembelajaran erat
kaitannya dengan ketepatan guru dalam memilih model siklus belajar. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model dan media pembelajaran
yang tepat akan menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran. Telah disampaikan sebelumnya bahwa
penelitian ini akan meneliti bagaimana efektivitas penguasaan materi pokok kesetimbangan kimia antara model pembelajaran siklus belajar PDEODE dengan
model pembelajaran konvensional terhadap penguasaan konsep siswa SMA YPU Bandar Lampung.
Model siklus belajar PDEODE menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
keterampilan generik sains dengan tujuan siswa lebih mudah menguasai materi melalui berfikir sains, bukan dengan menghafal namun berdasarkan pemikiran
yang mereka bangun sendiri sehingga konsep yang mereka peroleh dapat bertahan lama dan benar-benar mereka pahami. Proses membangun konsep berlangsung
dengan didahului kegiatan-kegiatan keterampilan generik sains secara terstruktur dan terkoordinasi sehingga pengetahuan siswa dibangun sedikit demi sedikit.
Melalui model siklus belajar PDEODE terdiri dari 6 tahapan. Tahap pertama predict; guru mengajak siswa untuk membuat prediksi akibat dari peristiwa sains
yang disajikan oleh guru; mengamati fenomena alam dan menggunakan alatbahan. Pada tahapan ini diharapkan siswa dapat menggunakan kemampuan
atau struktur yang sudah ada untuk membuat prediksi asimilasi. Tahap kedua discuss; guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang prediksinya
dalam kelompok untuk bertukar gagasan dan mempertimbangkannya secara hati- hati prediksi tersebut. Tahap ketiga explain, guru memberikan kesempatan pada
setiap kelompok untuk mencapai suatu kesepakatan tentang prediksi mereka. Tahap keempat observe; guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
melakukan kegiatan observasi dan membuktikan prediksinya; mengamati kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan di LKS berdasarkan data dari tabel
atau grafik. Tahap kelima discuss; guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menganalisis prediksi sebelumnya dengan hasil pengamatan yang telah
dilakukan. Pada tahap ini siswa mulai membangun konsep-konsepnya snediri dengan bantuan LKS dan siswa mengalami ketidaksetimbangan antara prediksi
dan hasil observasinya disequilibrasi, akibat dari ketidakseimbangan maka terjadilah akomodasi. Tahap keenam explain; guru memberikan siswa
kesempatan untuk menjelaskan sesuai tidaknya prediksi yang mereka buat dengan hasil observasi dan diskusi yang telah mereka lakukan. Pada tahap ini siswa
dihadapkan semua ketidaksesuian antara prediksi dan observasi. Sehingga siswa mulai bisa menanggulangi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada
pemahaman mereka equilibrasi. Hal ini menunjukkan adanya pertumbuhan intelektual yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dalam proses pembelajaran model siklus PDEODE, dimulai dengan memuncul-
kan ide atau gagasan awal dilanjutkan dengan pengujian ulang ide atau gagasan tersebut dengan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Sehingga akhirnya berusaha
untuk memecahkan kontradiksi yang terjadi antara pemahaman awal dengan hasil observasi. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menemukan
dan mengembangkan fakta, konsep, dan prinsip ilmu atau pengetahuan serta melatih cara berfikir siswa untuk membangun konsep-konsepnya sendiri.
Dengan berpikir apabila pembelajaran model siklus belajar PDEODE diterapkan
pada pembelajaran kimia di kelas, diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep dan pencapaian kompetensi menjadi lebih baik bila dibandingkan dengan
penguasaan konsep melalui pembelajaran konvensional. E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar materi pokok kesetimbangan kimia siswa kelas XI semester ganjil SMA YPU Bandar
Lampung T.A. 20112012 diabaikan. 2. Perbedaan n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi kesetimbangan
kimia, semata-mata terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses
pembelajaran.
F. Hipotesis Umum Dengan berpedoman pada kerangka pemikiran dan anggapan tersebut di atas,
dirumuskan hipotesis umum dalam penelitian ini adalah: Model siklus belajar PDEODE pada materi pokok kesetimbangan kimia lebih
efektif dalam meningkatkan penguasan konsep daripada model pembelajaran konvensional.
III. METODE PENELITIAN
A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar Lampung tahun ajaran 20112012 yang berjumlah 195 siswa dan tersebar dalam
lima kelas. 2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA
2
dan XI IPA
4
SMA YPU Bandar Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling
purposif. Pada teknik sampling purposif menurut Sudjana 2002, hanya mereka yang dianggap ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan
sampel yang diperlukan. Sampling purposif akan baik hasilnya ditangan seorang ahli yang mengenal populasi dan dapat segera mengetahui lokasi masalah-
masalah yang khas. Menurut Redhana 2009, dalam hal pertimbangan pengam- bilan sampel yang digunakan adalah tingkat kognitif kedua kelas harus sama dan
ada pada tingkat kognitif menengah ke bawah Setiawan, 2011. Ahli yang dimintai saran dalam menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel adalah
guru kimia yang mengajar di SMA YPU Bandar Lampung yakni Ibu Ismita Dewi,S.Pd.. Berdasarkan pertimbangan terhadap tingkat kognitif siswa dan saran
dari ahli, maka peneliti mendapatkan kelas XI IPA
2
dan XI IPA
4
sebagai sampel. Kelas XI IPA
4
sebagai kelompok eksperimen yang mengalami pembelajaran siklus belajar PDEODE, sedangkan kelas XI IPA
2
sebagai kelompok kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan pretest dan hasil
tes setelah pembelajaran diterapkan posttest siswa. Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
C. Desain dan Metode Penelitian
1. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan Non-equivalent Control Group Design Sugiyono,
2002. Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan penelitian yaitu:
Tabel 1. desain penelitian Pretest
Perlakuan Posttest
Kelas kontrol O
1
- O
2
Kelas eksperimen O
1
X O
2
Dengan keterangan O
1
adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O
2
adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. Kelas kontrol tidak diberikan perlakuan, sedangkan X adalah perlakuan berupa
penerapan model siklus belajar PDEODE pada kelas eksperimen.
2. Metode penelitian Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini, beberapa metode yang digunakan
dalam memperoleh informasi adalah sebagai berikut: a. Studi kepustakaan sebagai dasar pijakan untuk membangun landasan teori,
kerangka berpikir dan hipotesis penelitian sehingga peneliti memiliki pemahaman yang lebih luas dan dalam terhadap masalah yang diteliti.
b. Wawancara, yaitu tanya jawab langsung kepada beberapa orang di sekolah. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah untuk mengetahui
keadaan umum sekolah; guru kimia kelas XI untuk mengetahui karakteristik siswa pada semua kelas XI IPA, yang nantinya informasi ini digunakan untuk
menentukan kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian; beberapa orang siswa untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang biasa dilakukan
guru kimia disekolah tersebut. c. Tes sebagai sumber data primer.
D. Jenis dan Variabel Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan Non-
equivalent Control Group Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model siklus belajar PDEODE pada materi kesetimbangan kimia
terhadap penguasaan konsep siswa SMA YPU Bandar Lampung. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas
adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model siklus belajar PDEODE dan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis power point.
Sebagai variabel terikat adalah penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia dari siswa SMA YPU Bandar Lampung.
E. Instrumen Penelitian dan Validitas
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa silabus, RPP, LKS, soal
pretest, dan soal postest. Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan soal yang sama. Soal pretest adalah materi pokok
sebelumnya yaitu materi pokok laju reaksi yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal uraian. Sedangkan soal posttest adalah materi pokok
kesetimbangan kimia yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal uraian.
Selain itu peneliti menggunakan lembar instrument keterampilan afektif dengan
menggunakan penilaian 2 aspek yakni karakter yang terdiri dari bekerja teliti dan tanggung jawab serta penilaian keterampilan sosial yang terdiri dari bertanya,
mengemukakan pendapat, menjadi pendengar yang baik dan kerjasama. Instrumen penelitian ini divalidasi menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah
kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur Ali, 1992. Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal
ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya.
Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai
kepentingan penelitian yang bersangkutan.
Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini
dilakukan oleh Ibu Dr. Noor Fadiawati,M.Si. dan Ibu Dra. Chansyanah Diawati,M.Si. sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan
Tujuan observasi pendahuluan: a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA YPU Bandar Lampung untuk
melaksanakan penelitian. b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai
kimia tahun pelajaran 20102011 yang cukup rendah. c. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP, dan
instrumen tes. b. Tahap Penelitian
Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas, yaitu pada kelas eksperimen yang diterapkan model siklus belajar PDEODE dan pada
kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini kelas XI IPA
4
diterapkan model siklus belajar PDEODE sedangkan pada kelas XI IPA
2
pembelajaran konvensional. Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
a Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok kesetimbangan kimia sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-
masing kelas.
3. Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Tabulasi dan Analisis Data
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti terlihat pada gambar 1 berikut:
Gambar 1. Alur Penelitian
G. Analisis Data 1. Hipotesis Kerja
Dari pengertian hipotesis umum, dikembangkan menjadi hipotesis kerja.
Hipotesis kerja dalam penelitian ini yakni: rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan model siklus belajar PDEODE lebih tinggi dibandingkan
Kelas kontrol
Tes awal Pretest
Kelas eksperimen
Pembelajaran konvensional
Pembelajaran dengan model
PDEODE Tes akhir
Postest Analisis
data Temuan
Kesimpulan Tahap persiapan
dan observasi
Penentuan populasi dan sampel
penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia.
2. Hipotesis statistik.
Untuk data sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik Sudjana, 2002. Dalam penelitian ini uji parametrik yang digunakan adalah uji-t.
Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik,
hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol H dan hipotesis
alternatif H
1
. Sehingga rumusan hipotesis menjadi : Hipotesis untuk penguasaan konsep
H : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan
model siklus belajar PDEODE lebih rendah atau sama dibandingkan penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran
konvensional. H
: μ
1x
≤ μ
2x
H
1
: Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa di kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE lebih tinggi dengan penguasaan konsep
siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. H
1
: μ
1x
μ
2x
Keterangan: µ
1 :
Rata-rata n-Gain x pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE
µ
2 :
Rata-rata n-Gain x pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional
x: penguasaan konsep
3. Teknik pengujian hipotesis
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Skor pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:
Nilai siswa = ……………………….1
Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-Gain yang selanjutnya digunakan untuk uji normalitas dan homogenitas dua varians.
a. Perhitungan n-Gain
Efektivitas model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa dapat diketahui dengan melakukan analisis perolehan skor n-Gain.
Rumus n-Gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut : ……….………………………..2
b. Uji normalitas Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam
mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas
data sampel yang diperoleh yaitu n-Gain, dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H
: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H
1
: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:
a Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. b Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
c Menghitung rata-rata dan simpangan baku. d Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
e Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dalam Sudjana 2002 dengan rumus: Z=
…………………………………………………..3 dengan
Z = ujung batas kelas S = simpangan baku
I
= batas kelas = rata-rata n-Gain
f Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel.
g Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana 2002 ……………….…………..………………………4
Dengan: = Chi
–kuadrat Oi = frekuensi pengamatan
Ei = frekuensi yang diharapkan h Membandingkan harga Chi
–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat dengan taraf signifikan 5 0,05
i Menarik kesimpulan, jika maka data berdistribusi normal
atau terima H c. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak, yang selanjutnya menjadi acuan untuk
menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai
varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
H :
σ
1 2
= σ
2 2
Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.
H
1
: σ
1 2
≠ σ
2 2
Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.