EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

Oleh MERIANTIKA

Pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, pro-duk, dan sikap. Untuk memahami hakikat ilmu kimia secara utuh, siswa harus memiliki keterampilan proses sains (KPS). Melatihkan KPS kepada siswa dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari. Oleh sebab itu diperlukan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan KPS sehing-ga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu model pembelajaran yang dapat melatih dan mengembangkan KPS siswa adalah model siklus belajar Predict – Discuss – Explain – Observe – Discuss - Explain (PDEODE).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model siklus belajar PDEO-DE pada materi pokok kesetimbangan kimia dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan komunikasi siswa. Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non-equivalent Control Group Design. Penelitian ini dilakukan di SMA


(2)

YPU Bandar Lampung kelas XI IPA tahun pelajaran 2011-2012. Efektivitas mo-del siklus belajar PDEODE diukur berdasarkan selisih skor pretest dan posttest (gain ternormalisasi)

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, diketahui bahwa kelas dengan model siklus belajar PDEODE memiliki keterampilan prediksi dan keterampilan komu-nikasi yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi siswa.

Kata kunci : model siklus belajar PDEODE, keterampilan prediksi dan kete-rampilan komunikasi.


(3)

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

Oleh MERIANTIKA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS BELAJAR PDEODE PADA MATERI POKOK

KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA

Nama Mahasiswa : Meriantika Nomor Pokok Mahasiswa : 0713023010 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Noor Fadiawati, M.Si. Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. NIP 19660824 199111 2 001 NIP 19660824 199111 2 002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Noor Fadiawati, M.Si. ...

Sekertaris : Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ... 2. Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 29 Januari 1990, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Indra Bangsawan (Alm) dan Ibu Sumiyati. Penulis mengawali pendidikan formal di RA Tunas Harapan yang diselesaikan pada tahun 1995. Tahun 1995 diterima di SD Negeri 1 Rejosari yang diselesaikan pada tahun 2001. Tahun 2001 diterima di SMP Negeri 7 Kotabumi yang disele-saikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 3 Kotabumi yang dise-lesaikan tahun 2007 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Kimia melalui jalur PKAB.

Dalam bidang organisasi Penulis pernah aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Fa-kultas (UKMF) FPPI Unila sebagai anggota keputrian. Selain itu penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta-Bandung pada tahun 2010 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 14 Bandar Lampung. Pada tahun 2010 penulis mengambil cuti akademik selama 1 semester dikarenakan sakit. Penulis juga pernah mendapatkan pengalaman tambahan seba-gai guru kimia, dengan menggantikan salah satu guru di SMA Negeri 14 Bandar Lampung yang cuti selama 3 bulan.


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT diiringi sholawat kepada nabi tercinta Muhammad SAW,

Kupersembahkan karya kecil ini untuk:

Ayah (alm) dan ibuku. Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberi, semoga Allah membalas dengan keridhoanNya dan kebaikan yang berlipat.

Adikku Penty dan Satria, atas semua keceriaan, kebersamaan, dan semua rasa yang kujadikan pembelajaran untuk melukis pelangi hidupku.

Guru-guruku dimanapun berada. Terima kasih telah membimbingku dalam menemukan konsep-konsep ilmu yang sangat bermakna. Semoga Allah menyayangi, memberkati, serta memberimu kebahagiaan dunia akhirat.

Serta semua pihak yang telah membantu


(8)

M O T T O

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar (Khalifah Umar)

Setialah pada perbuatan yang baik, lalu perhatikanlah apa yang terjadi (Mario Teguh)

Keberhasilan yang diharapkan dari sekian banyak usaha yang dilakukan, mungkin belum terlihat karena waktu memang belum menyempurnakan ceritanya

(Tarbawi Edisi 249 TH 12)

Orang yang mempunyai kebiasaan menunda, maka mulai saat ini tundalah nanti (Mario Teguh)

When there’s a will there’s a way

(English teacher)

Lakukanlah semua hal dengan cara yang baik, karena Allah menilai semua yang kita lakukan


(9)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan ridho, rahmat, dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Siklus Belajar PDEODE Pada Materi Pokok Ksetimbangan Kimia Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Komunikasi Siswa” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah untuk Nabi Muhammad SAW, seorang yang menjadi lautan inspirasi dan teladan terbaik sepanjang masa. Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. selaku dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si. selaku Pembimbing Akademis serta pembing I atas keikhlasan dan kesediaannya meluangkan waktu, motivasi, bim-bingan, saran, kritik, serta ilmu selama proses penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si. selaku Pembimbing II terimakasih atas

ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan serta atas kesediaannya mem-bimbing penulis.

5. Ibu Dra. M. Setyarini, M.Si. selaku Pembimbing Akademis (tahun 2007-2010) atas perhatian dan motivasi, bimbingan, saran, kritik, dan kebijaksanaan serta ilmu yang begitu luas selama duduk di bangku perkuliahan.


(10)

iv 6. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di

Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

7. Kepala sekolah, guru mitra Ibu Ismita Dewi, S. Pd, serta siswa-siswi kelas XI IPA2 dan XI IPA4 SMA YP Unila Bandar Lampung.

8. Sahabatku tersayang Eci, mb Siwi, dedes, widia, dan yulia atas warna-warni indah yang telah kita lukis bersama dalam perjuangan meraih impian.

9. Saudariku mb yuliza, mb novita, mia, kartika, eti, mb wika, cici, mb anti, dan mb ema yang senantiasa memberikan motivasi dan doa demi kelancaran studiku.

10. Adik-adikku di Ar-Rahmah 3 atas motivasi, kecerian, dan kebersamaan kita. 11. Seluruh keluarga besar pendidikan kimia, khususnya teman-teman pendidikan

kimia 2007 reguler.

12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhirnya, penulis meminta maaf atas segala khilaf. Besar harapan, skripsi ini sangat bermanfaat dan menjadi bahan rujukan penelitian selanjutnya.

Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR GAMBAR……….. ix

I. PENDAHULUAN………...……… 1

A.Latar Belakang Penelitian………..….. 1

B. Rumusan Masalah……… 6

C.Tujuan Penelitian………. 7

D.Manfaat Penelitian……….…….. 7

E. Ruang Lingkup Penelitian………....…… 7

II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Teori Belajar Konstruktivis………...…………..…… 10

B.Model Siklus Belajar PDEODE.………...……….. 12

C.Keterampilan Proses Sains………...…..…..…... 15

D.Keterampilan Prediksi……….………...…… 16

E. Keterampilan Komunikasi…....……….….. 17

F. Kerangka Pemikiran……….……...……… 18

G. Hipotesis………...…...… 19

H. Anggapan Dasar………..………...……. 20


(12)

vi

A.Penentuan Populasi dan Sampel………...…...……… 21

B. Jenis dan Sumber Data....……… 22

C.Desain dan Metode Penelitian………..….………...… 22

D.Jenis dan Variabel Penelitian….………..………...………… 23

E. Instrumen Penelitian dan Validitas…..………...…… 24

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian….……….………...… 25

G. Analisis Data….………...………...……… 27

1. Hipotesis Statistik….………...……… 27

2. Teknik Analisis Data…..…...………...……... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……..………. 34

A.Hasil Penelitian dan Analisis Data……….………...…….. 34

B. Pembahasan………. 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN………..……. 70

A.Kesimpulan………. 70

B. Saran………...………. 71

DAFTAR PUSTAKA……….………… 72

LAMPIRAN 1. Silabus dan Sistem Penilaian ... 75

2. RPP Kelas Eksperimen ... 82

3. RPP Kelas Kontrol ... 131

4. Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ... 135

5. Kisi-kisi, Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes... 175

6. Kisi-kisi, Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Postes... 180


(13)

vii

8. Soal Postes... 191

9. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Pretes... 197

10. Pedoman Penskoran dan Rubrik Penilaian Postes... 201

11. Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 208

12. Lembar Penilaian Psikomotor Kelas Eksperimen ... 228

13. Nilai Kterampilan Prediksi... 237

14. Nilai Keterampilan Komunikasi... 239

15. Perhitungan... ... 241


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak model siklus belajar PDEODE ... 12 2. Desain penelitian ...………...…………... 20


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Penelitian ... 24

2. Rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan prediksi siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 34

3. Rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan komunikasi siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 35

4. Rata-rata n-Gain kelas kontrol dan kelas eksperimen pada penilaian keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi siswa ... 35

5. Persentase keterlaksanaan RPP di kelas eksperimen tiap pertemuan... 36

6. Rata-rata keterampilan afektif siswa kelas eksperimen... 36


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kait-annya dengan kehidupan sehari-hari. Pada hakikatnya ada tiga hal yang berkaitan dengan ilmu kimia yaitu, kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prin-sip, hukum, dan teori; kimia sebagai proses atau kerja ilmiah; dan kimia sebagai sikap. Berdasarkan tiga hal tersebut maka pembelajaran kimia harus memperhati-kan karakteristik kimia sebagai proses, produk, dan sikap.

Untuk memahami hakikat ilmu kimia secara utuh, siswa harus memiliki keteram-pilan proses sains. Keteramketeram-pilan proses sains (KPS) adalah semua keteramketeram-pilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses, seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), memprediksi (meramal-kan), dan mengkomunikasikan. KPS pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunika-sikan hasilnya. Melatihkan KPS dimaksudkan untuk mengembangkan kemampu-an belajar ykemampu-ang dimiliki oleh siswa. Pentingnya seorkemampu-ang guru melatihkkemampu-an KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.


(17)

2

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah cenderung hanya menghadirkan konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori saja, tanpa menyuguhkan bagaimana pro-ses ditemukannya konsep, hukum, dan teori tersebut, sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dalam diri siswa. Akibatnya pembelajaran kimia menjadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut (Depdiknas, 2003)

Dalam mata pelajaran kimia yang sarat dengan konsep, sangat penting bagi siswa untuk menemukan dan memahami dengan benar konsep dasar yang akan memba-ngun konsep-konsep selanjutnya. Contohnya dalam materi kesetimbangan kimia, banyak konsep yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu ter-batas, sehingga materi kesetimbangan kimia lebih terkondisikan untuk dihafal oleh siswa. Hal ini jelas membuat siswa mengalami kesulitan menghubungkan ilmu kimia dengan apa yang terjadi di lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran kesetimbangan kimia.

Akan berbeda hasilnya jika pada materi kesetimbangan kimia siswa dihadapkan pada situasi yang dapat melatih dan mengembangkan KPS. Melalui keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses, seperti mengamati (observasi), inferensi, mengelompokkan, menafsirkan (interpretasi), memprediksi (meramal-kan), dan mengkomunikasikan, pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa dapat menemukan sendiri konsep dari materi yang dipelajari. Dengan demikian siswa akan mampu mengaitkan konsep kesetimbangan kimia dengan kondisi atau masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya di dalam mulut terjadi reaksi kesetimbangan senyawa kalsium hidroksiapatit yang terkandung dalam


(18)

3

email gigi, jika seseorang mengonsumi makanan yang mengandung asam akan terjadi pergeseran kesetimbangan yang menyebabkan lapisan email menjadi ke-ropos sehingga timbul sakit gigi; proses pembentukan stalagtit dan stalagmit pada gua-gua di daerah batu kapur; pemanfaatan reaksi kesetimbangan antara asam sia-nurat dan triklorosiasia-nurat untuk mengurangi biaya produksi dalam usaha kolam renang dan bak penampungan air; dan sebagainya.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA YPU Bandar Lampung pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012, menunjukkan bahwa pembelajar-an di kelas sebenarnya sudah cukup menarik, guru mengajar menggunakpembelajar-an media berbantuan komputer disertai metode ceramah, tanya jawab, dan latihan. Namun, isi pokok bahasan yang disampaikan hanya berupa kumpulan teori-teori disertai contoh-contoh soal yang menjadi acuan untuk tes formatif bagi siswa. Hal ini justru mendorong siswa menjadi pencatat serta penghafal yang fasih dan pembel-ajaran kimia seolah-olah hanya sebatas terjadi di dalam sekolah tanpa adanya ke-terkaitan dengan lingkungan di sekitar mereka. Pembelajaran kimia yang seolah tak berguna untuk kehidupan mereka ini jelaslah membuat siswa tidak tertarik pada pelajaran kimia

Menurut ketentuan yang tercantum dalam permendiknas No. 41 tahun 2007, pelaksanaan pembelajaran diarahkan untuk pencapaian Kompetensi Dasar (KD) yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memoti-vasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Siswa merupakan aktor utama dalam pem-belajaran (student centered), sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator agar siswa mengalami kegiatan belajar dan menjadi mitra belajar siswa, misalnya


(19)

4

dengan cara menyajikan situasi berpikir dan berbuat, mempertanyakan, atau me-minta kejelasan.

Mengacu pada permendiknas tersebut, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran sehingga siswa turut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas dan semangat belajar siswa adalah model siklus belajar Predict – Discuss – Explain – Observe – Discuss - Explain (PDEODE). Model siklus belajar PDEODE merupakan model siklus belajar yang penting sebab memiliki atmosfir yang dapat menunjang diskusi dan keragaman cara pandang (Costu, 2008). Oleh karena itu, model ini digunakan sebagai kendaraan untuk dapat membantu siswa memaknai pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Model siklus belajar PDEODE menyajikan peristiwa sains kepada siswa yang di-lanjutkan mengarahkan siswa untuk memprediksikan akibat dari peristiwa sains tersebut, kemudian untuk membuktikan prediksinya, siswa dibimbing melakukan kegiatan observasi (pengamatan), lalu mendiskusikan dan menjelaskan hasil ob-servasi sampai pada tahap menghadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi, sehingga siswa dapat menanggulangi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada pemahaman mereka. Dengan demikian, model siklus belajar ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai kemampuan siswa, diantaranya kemampuan memprediksi (meramalkan), mengamati fenomena alam, menggunakan alat/bahan, berkomunikasi, dan menjelaskan. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan aspek-aspek yang ada dalam keterampilan


(20)

5

proses sains. Dengan kata lain, pembelajaran ini sekaligus mampu meningkatkan keterampilan proses sains bagi siswa.

Keterampilan memprediksi (meramalkan) sangat diperlukan oleh siswa sebagai bekal dalam profesi yang mungkin akan dijalaninya esok hari; laboran dan pekerja dalam bidang industri misalnya, memprediksi faktor-faktor apa saja yang bisa di-ubah agar kondisi sistem reaksi optimum sangatlah diperlukan sehingga produk (hasil reaksi) yang diperoleh optimal. Melalui siklus belajar PDEODE, siswa akan disajikan berbagai peristiwa sains pada tahap predict, kemudian siswa dituntut agar mampu memprediksi akibat dari peristiwa sains tersebut sebelum melakukan pengamatan langsung berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. Kemampuan ini tidak lain merupakan indikator keterampilan prediksi. Hal ini menunjukkan bahwa secara tidak langsung siklus belajar PDEODE mampu meningkatkan keterampilan prediksi siswa.

Berdasarkan peristiwa sains yang disajikan, maka siswa dibimbing untuk melaku-kan kegiatan observasi (pengamatan) pada tahap observe. Melalui kegiatan obser-vasi siswa dituntut agar mampu mencatat data-data narasi yang diperoleh lalu menyajikannya dalam bentuk tabel atau grafik. Kegiatan ini secara tidak langsung telah melatihkan keterampilan mengkomunikasikan dan membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya informasi pada tabel atau grafik diguna-kan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS yang disusun untuk membimbing siswa membuktikan kesesuaian antara prediksi dan hasil observasi-nya. Kegiatan membaca informasi dari tabel atau grafik juga merupakan bagian dari keterampilan mengkomunikasikan. Jadi selain meningkatkan keterampilan


(21)

6

prediksi, siklus belajar PDEODE juga secara tidak langsung mampu meningkat-kan keterampilan komunikasi siwa.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis memandang perlu mengadakan pe-nelitian guna melihat efektivitas model siklus belajar PDEODE. Oleh karena itu, penulis mengadakan penelitian yang berjudul: “Efektivitas Model Siklus Belajar PDEODE pada Materi Pokok Kesetimbangan Kimia Dalam Meningkatkan Keterampilan Prediksi dan Keterampilan Komunikasi Siswa.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan keterampilan prediksi siswa yang diterapkan model

siklus belajar PDEODE dibandingkan siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia?

2. Mana yang lebih tinggi peningkatan keterampilan prediksi siswa yang diterap-kan model siklus belajar PDEODE atau siswa yang diterapditerap-kan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia

3. Bagaimana peningkatan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang kan model siklus belajar PDEODE dibandingkan siswa di kelas yang diterap-kan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia? 4. Mana yang lebih tinggi peningkatan keterampilan komunikasi siswa di kelas

yang diterapkan model siklus belajar PDEODE atau siswa di kelas yang dite-rapkan pembelajaran konvensional pada materi pokok kesetimbangan kimia?


(22)

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh model siklus belajar PDEODE yang lebih efektif dalam meningkat-kan keterampilan prediksi dan komunikasi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa:

Siswa terlatih untuk membuat prediksi, berkomunikasi, dan mendapatkan pengalaman dalam memperoleh ilmu pengetahuan sehingga pengetahuan akan lebih bermakna khususnya pada materi pokok kesetimbangan kimia.

2. Bagi guru dan calon guru:

Guru memperoleh model siklus belajar yang efektif dalam meningkatkan kete-rampilan prediksi dan komunikasi.

3. Bagi sekolah:

Dengan menerapkan model siklus belajar PDEODE di sekolah dapat mening-katkan mutu pembelajaran kimia di sekolah tersebut.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah yang dibahas, maka ruang lingkup penelitian ini yaitu:

1. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya (Siagian, 2001). Efektivitas model siklus belajar


(23)

8

PDEODE dalam penelitian ini diukur berdasarkan selisih skor pretest dan posttest (gain ternormalisasi).

2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar Lampung yang berjumlah 195 orang.

3. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 SMA YPU Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran 2011/2012.

4. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang selama ini diguna-kan oleh guru di SMA YPU Bandar Lampung. Pembelajaran konvensional yang diterapkan menggunakan media berbantuan komputer disertai metode ceramah, tanya jawab, dan latihan soal.

5. Model siklus belajar Predict – Discuss- Explain – Observe – Discuss – Explain (PDEODE) dalam penelitian ini adalah model siklus belajar dengan menyajikan peristiwa sains kepada siswa yang dilanjutkan dengan mengarah-kan siswa untuk memprediksimengarah-kan akibat dari peristiwa sains tersebut, melaku-kan kegiatan observasi (pengamatan) untuk membuktimelaku-kan prediksinya, men-diskusikan dan menjelaskan hasil observasi lalu menghadapkan semua ke-tidaksesuaian antara prediksi dan observasi, sehingga siswa dapat menanggu-langi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada pemahaman mereka. Model siklus belajar PDEODE yang diterapkan menggunakan media LKS yang disusun untuk melatih keterampilan proses sains.

6. Keterampilan prediksi merupakan salah satu aspek keterampilan proses sains tingkat dasar yang salah satu indikatornya yaitu mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi atau belum diamati berdasarkan suatu kecenderung-an atau pola ykecenderung-ang sudah ada.


(24)

9

7. Keterampilan komunikasi merupakan salah satu aspek keterampilan proses sains tingkat dasar yang indikatornya meliputi keterampilan mengubah data dari bentuk narasi ke dalam bentuk tabel, menyampaikan secara tertulis infor-masi yang terdapat dalam tabel, mengubah data dari bentuk narasi ke dalam bentuk grafik, dan menyampaikan secara tertulis informasi yang terdapat dalam grafik.


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar Konstruktivis

Menurut teori belajar konstruktivis, pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya (kompasiana, 2010). Jerome Bruner dalam Dahar (1989) mene-kankan pentingnya membantu siwa memahami kebutuhan akan keterlibatan aktif siwa dalam proses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi me-lalui personal discovery (penemuan pribadi). Dengan kata lain, siswa tidak diha-rapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahu-an sesuai dengpengetahu-an kehendak guru (kompasipengetahu-ana, 2010).

Teori perkembangan kognitif Piaget mewakili konstruktivisme yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana siswa secara aktif memba-ngun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. David Ausubel dalam Dahar (1989) menambahkan “belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif siswa”.


(26)

11

Menurut Piaget “dalam pikiran siswa terdapat struktur pengetahuan awal atau schemata”. Skemata adalah cara mempersepsi, memahami, dan berpikir tentang dunia sebagai kerangka atau struktur pengorganisir aktivitas mental. Piaget me-nyatakan bahwa pengalaman dan interaksi siswa akan membuat skema berkem-bang dan diubah dengan proses asimilai dan akomodasi, teori perkemberkem-bangan fungsi mental Vigotsky juga menyatakan bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran siswa dan kegiatan siswa sendiri melalui interaksi de-ngan lingkude-ngan (Suparno, 1997).

Faktor penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Duit dalam upi (1996) menyatakan teori belajar konstruktivis menekankan pada pembangunan pengetahuan baru dari pengetahuan yang telah ada. Setelah mem-bentuk kaitan konseptual antara konsep yang baru saja diperoleh dengan konsep yang telah dimiliki, pengetahuan kemudian dibentuk dalam pikiran pembelajar melalui proses yang disebut asmilasi dan akomodasi.

Piaget dalam Dahar (1989) menyatakan bahwa asimilasi adalah proses kognitif di-mana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.

Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/ pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Dengan kata lain, asimila-si merupakan salah satu proses individu dalam mengadaptaasimila-sikan dan


(27)

12

mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang (Dahar, 1989).

Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomo-dasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi ter-hadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Aki-bat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan inte-lektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi kesetim-bangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebe-lumnya (Abidin, 2011).

B. Model Siklus Belajar PDEODE

Model pembelajaran merupakan suatu pola yang dipilih oleh guru dalam mem-belajarkan siswa. Menurut Sukamto dalam Trianto (2007), model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan langkah-langkah yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar ter-tentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan proses pembelajaran.

Model siklus belajar Predict – Discuss – Explain – Observe – Discuss - Explain (PDEODE) dianjurkan oleh Savader-Rane dan Kolari (2003) dan untuk pertama-kalinya digunakan oleh Kolari et al. (2005) pada pendidikan kejuruan. Costu et al. (2010) mencatat bahwa model siklus belajar ini merupakan pengembangan dan


(28)

13

modifikasi dari model siklus belajar Predict-Observe-Explain (POE) yang pada awalnya dikembangkan oleh White dan Gustone pada tahun 1992 (Costu, 2008). Model siklus belajar POE ini memiliki tiga tahapan. Pertama, siswa harus mem-prediksi hasil dari suatu peristiwa sains dan harus memberikan alasan terhadap prediksinya (P = Prediction). Kedua, siswa mendeskripsikan apa yang telah ter-jadi (O = Observation). Terakhir siswa harus menyelesaikan antara prediksi dan observe (E = Explaination). Model siklus belajar PDEODE ini merupakan model siklus belajar yang penting sebab memiliki atmosfir yang dapat menunjang dis-kusi dan keragaman cara pandang (Costu, 2008). Vygotsky dalam Setiawan (2011) meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu, mo-del ini digunakan sebagai kendaraan untuk dapat membantu siswa memaknai pe-ngalamannya dalam kehidupan sehari-hari (Costu, 2008).

Model siklus belajar PDEODE memilki 6 (enam) langkah utama yang dimulai dengan guru menyajikan peristiwa sains kepada siswa dan diakhiri dengan meng-hadapkan semua ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi. Adapun keenam langkah tersebut dijelaskan dalam Tabel 2.1.

Tabel 1. Sintak Model siklus belajar PDEODE.

Tahap Kegiatan guru

Tahap-1 Predict (prediksi)

Guru menyajikan suatu peristiwa sains kepada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat prediksi terhadap akibat (outcome) dari pe-ristiwa sains tersebut secara individu dan memberi-kan alasan terhadap prediksi tersebut.


(29)

14

Tahap-2 Discuss (diskusi)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang prediksinya dalam kelompok, sa-ling bertukar gagasan dan mempertimbangkan secara hati-hati prediksi tersebut.

Tahap-3

Explain (menjelaskan)

Guru meminta siswa dari setiap kelompok untuk men-capai suatu kesepakatan tentang pe-ristiwa sains ter-sebut, dan membaginya dengan kelompok lain pada saat diskusi kelas.

Tahap-4 Observe (observasi)

Guru membimbing siswa melakukan kegiatan hand-on dan memandu siswa untuk mencapai pada target-target konsep yang diharapkan.

Tahap-5 Discuss (diskusi)

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan prediksi mereka sebe-lumnya dengan hasil observasi yang telah di-lakukan.

Tahap-6

Explain (menjelaskan)

Guru meminta siswa menghadapkan semua ketidak-sesuaian antara prediksi dan observasi. Sehingga sis-wa mulai bisa menanggulangi kontradiksi-kontradiksi yang mungkin muncul pada pemahaman mereka.

Model ini menempatkan siswa pada suatu lingkungan dan memacu siswa untuk mengkonfrontasikan konsepsi mereka dengan teman sekelasnya, kemudian beker-ja untuk pemecahan dan perubahan konseptual. Menurut Posner et al dalam Cos-tu (2008) perubahan konsepCos-tual dibangun oleh dua kerangka kerja, kemajuan dan filosofi kognitif (karya Piaget) dan filosofi sains. Model siklus belajar PDEODE bersesuaian dengan kondisi yang dianjurkan Posner et al. yaitu dimulai dengan memunculkan ide atau gagasan awal dilanjutkan dengan pengujian ulang ide atau gagasan tersebut dengan diskusi kelompok dan diskusi kelas. Sehingga akhirnya berusaha untuk memecahkan kontradiksi yang terjadi antara pemahaman awal dengan hasil observasi (Costu, 2008).

Model siklus belajar PDEODE telah diterapkan oleh beberapa peneliti dalam me-lakukan penelitian pendidikan diantaranya Kolari et al. (2005) pada program


(30)

15

teknik lingkungan; Costu dan Ayas (2005) pada penelitian konsepsi tentang peng-uapan pada berbagai zat; Calik et al. (2006) pada konsep kelarutan gas dalam cair-an; Costu et al. (2007) pada konsep mendidih pada mahasiswa tingkat satu pendi-dikan sains; Costu (2008) pada penelitian perubahan konseptual terhadap peristi-wa penguapan dalam kehidupan sehari-hari; Costu et al. (2010) pada penelitian perubahan konseptual mengenai peristiwa penguapan pada mahasiswa tingkat satu pendidikan sains. Penelitian tersebut mencatat bahwa model siklus belajar PDE-ODE merupakan model yang efektif dalam memfasilitasi terjadinya perubahan konseptual.

C. Keterampilan Proses Sains

Kecepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), tidak memung-kinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta, konsep dan prinsip tentang ilmu pengetahuan. Setiap siswa dapat memper-oleh ilmu pengetahuan tersebut melalui berbagai media, namun mereka tidak dapat memahami semua ilmu pengetahuan itu dengan baik tanpa adanya proses pembelajaran di sekolah. Untuk mengatasi hal ini maka tujuan pokok penyeleng-garaan kegiatan pembelajaran di sekolah secara operasional adalah membelajar-kan siswa agar mampu memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi dirinya sendiri. Untuk itu perlu pengembangan keterampilan mem-peroleh dan memproses semua fakta, konsep, dan prinsip pada diri siswa.

"Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori , untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemu-an (Indrawati, 1999).


(31)

16

Hartono (2007) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, pro-duk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS). Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsung-nya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain ber-kaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada pe-nekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Funk dalam Dimyati dan Mudjiono (2006) membagi keterampilan proses menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Ke-terampilan dasar (basic skill) terdiri dari enam keKe-terampilan, yakni: mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan dan menyimpul-kan. Keterampilan ini menjadi landasan untuk keterampilan terintegrasi yang lebih kompleks. Keterampilan terintegrasi (integrated skill) pada hakikatnya me-rupakan keterampilan untuk melakukan penelitian. Keterampilan tersebut terdiri dari sepuluh keterampilan, yakni: mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksana-kan eksperimen.

D. Keterampilan Prediksi

Menurut Rustaman dalam Suja (2006), memprediksi berarti mencoba menjelaskan apa yang akan terjadi dengan menggunakan pola atau kecenderungan dari sekum-pulan data atau hasil pengamatan yang sudah ada. Sebagai tindak lanjut dari


(32)

17

prediksi, seseorang akan melakukan suatu kegiatan/tindakan untuk memeriksa kebe-naran prediksinya.

Untuk membuat prediksi yang dapat dipercaya tentang objek atau peristiwa, maka dapat dilakukan dengan memperhitungkan penentuan secara tepat perilaku terha-dap lingkungan kita. Keteraturan dalam lingkungan kita mengizinkan untuk me-ngenal pola-pola dan untuk memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin dapat diamati kemudian hari. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipa-si segala hal yang akan diamati, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecende-rungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pe-ngetahuan (Dimyati dan Mudjiono, 2006).

Keterampilan memprediksi mencakup keterampilan mengajukan perkiraan ten-tang sesuatu yang belum diamati berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang sudah ada. Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi adalah menyatakan dugaan beberapa kejadian yang akan dipelajari atas dasar suatu kejadian yang telah diketa-hui.

E. Keterampilan Komunikasi

Keterampilan mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai keterampilan menyam-paikan atau menerima gagasan atau ide baik secara lisan maupun tertulis dari se-seorang kepada orang lain. Informasi yang diperoleh dari sumber tulisan dapat di-rubah ke dalam bentuk grafik atau tabel. Indikator keterampilan mengkomunika-sikan antara lain menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, menje-laskan hasil pengamatan/percobaan, mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah


(33)

18

atau peristiwa, menggambarkan data dalam bentuk grafik, tabel, atau diagram dan sebagainya serta membaca tabel dan grafik (Indrawati, 1999).

Keterampilan membuat tabel didefinisikan sebagai kemampuan dalam menyajikan data yang diperoleh ke dalam bentuk tabel. Keterampilan membaca tabel diarti-kan sebagai keterampilan memahami data yang terdapat pada tabel. Keterampilan membuat grafik adalah keterampilan menyajikan data yang diperoleh ke dalam bentuk grafik. Keterampilan membaca grafik diartikan sebagai kemampuan untuk memahami data yang terdapat dalam grafik (Indrawati, 1999).

F. Kerangka Pemikiran

Melalui model siklus belajar PDEODE, siswa diberi kesempatan untuk mengem-bangkan berbagai kemampuan, diantaranya kemampuan memprediksi pada tahap predict. Pada tahap ini siswa dilatih agar dapat mengaitkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang akan mereka pelajari. Awalnya guru menyajikan suatu peristiwa sains yang berhubungan dengan materi kesetimbangan kimia, siswa di-tuntut agar mampu memprediksi akibat dari peristiwa sains tersebut sebelum me-lakukan pengamatan langsung. Prediksi dibuat berdasarkan suatu kecenderungan atau pola yang dimiliki siswa.

Berdasarkan peristiwa sains yang disajikan dalam materi kesetimbangan kimia, maka siswa dibimbing untuk melakukan kegiatan observasi (pengamatan). Melalui kegiatan observasi, siswa dituntut agar mampu mencatat data-data narasi yang di-peroleh lalu menyajikannya dalam bentuk tabel atau grafik. Kegiatan ini secara tidak langsung telah melatihkan keterampilan mengkomunikasikan dan membuat


(34)

19

siswa aktif dalam proses pembelajaran. Selanjutnya, informasi pada tabel atau grafik digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS yang disu-sun untuk membimbing siswa membuktikan kesesuaian antara prediksi dan hasil observasinya. Kegiatan membaca informasi dari tabel atau grafik juga merupakan bagian dari keterampilan mengkomunikasikan. Jadi selain melatihkan keterampilan prediksi, melalui model siklus belajar PDEODE keterampilan mengkomunikasikan pun dapat dilatih.

Kemampuan memprediksi dan mengkomunikasikan ini tidak lain merupakan aspek-aspek yang ada dalam keterampilan proses sains. Dengan demikian, diduga melalui model siklus belajar PDEODE keterampilan proses sains siswa, terutama keterampilan prediksi dan komunikasi dapat meningkat.

G. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

a. Model siklus belajar PDEODE pada materi pokok kesetimbangan kimia lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan predikisi siswa dibandingkan de-ngan pembelajaran konvensional.

b. Model siklus belajar PDEODE pada materi pokok kesetimbangan kimia lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi siswa dibandingkan de-ngan pembelajaran konvensional.


(35)

20

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Perbedaan n-Gain keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia; semata-mata terjadi karena perbeda-an perlakuperbeda-an dalam proses pembelajarperbeda-an.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa kelas XI semester ganjil SMA YPU Bandar Lampung T.A. 2011/2012 diabaikan.


(36)

III. METODE PENELITIAN

A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YPU Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 195 siswa dan tersebar dalam lima kelas.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 4 SMA YPU Bandar Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling purposif. Pada teknik sampling purposif menurut Sudjana (2002), hanya mereka yang diang- gap ahli yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang di-perlukan. Sampling purposif akan baik hasilnya ditangan seorang ahli yang mengenal populasi dan dapat segera mengetahui lokasi masalah-masalah yang khas. Menurut Redhana (2009), dalam hal pertimbangan pengambilan sampel yang digunakan ada-lah tingkat kognitif kedua kelas harus sama dan ada pada tingkat kognitif menengah ke bawah (Setiawan, 2011). Ahli yang dimintai saran dalam menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel adalah guru kimia yang mengajar di SMA YPU Bandar Lampung yakni Ibu Ismita Dewi, S. Pd. Berdasarkan pertimbangan terhadap tingkat kognitif siswa dan saran dari ahli, maka peneliti mendapatkan kelas XI IPA 2 dan XI


(37)

22

IPA 4 sebagai sampel. Kelas XI IPA 4 sebagai kelompok eksperimen yang meng-alami siklus belajar PDEODE, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelompok kontrol yang mengalami pembelajaran konvensional

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat ku-antitatif yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sedangkan sumber data dalam pe-nelitian ini adalah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

C. Desain dan Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan Non-equivalent Control Group Design (Sugiyono, 2002) Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan kegiatan pe-nelitian yaitu:

Tabel 2. Desain penelitian.

Pretest Perlakuan Posttest

Kelas kontrol O1 - O2

Kelas eksperimen O1 X O2

Dengan keterangan O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan,

O2 adalah posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan. Kelas kontrol tidak

diberikan perlakuan, sedangkan X adalah perlakuan berupa penerapan model siklus belajar PDEODE pada kelas eksperimen.


(38)

23

2. Metode penelitian

Untuk menunjang keberhasilan penelitian ini, beberapa metode yang digunakan da-lam memperoleh informasi adalah sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan sebagai dasar pijakan untuk membangun landasan teori, ke-rangka berpikir dan hipotesis penelitian sehingga peneliti memiliki pemahaman yang lebih luas dan dalam terhadap masalah yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu tanya jawab langsung kepada beberapa orang di sekolah. Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah untuk mengetahui keadaan umum sekolah; guru kimia kelas XI untuk mengetahui karakteristik sis-wa pada semua kelas XI IPA, yang nantinya informasi ini digunakan untuk me-nentukan kelas yang akan digunakan sebagai sampel penelitian; beberapa orang siswa untuk mengetahui bagaimana pembelajaran yang biasa dilakukan guru ki-mia disekolah tersebut.

c. Tes sebagai sumber data primer. D. Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan Non-equivalent Control Group Design. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efekti-vitas model siklus belajar PDEODE pada materi kesetimbangan kimia terhadap kete-rampilan prediksi dan ketekete-rampilan komunikasi siswa SMA YPU Bandar Lampung. Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai varia-bel bebas adalah model pemvaria-belajaran yang digunakan, yaitu model siklus varia-belajar PDEODE dan pembelajaran menggunakan media berbantuan komputer. Sebagai


(39)

24

variabel terikat adalah keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi pada materi kesetimbangan kimia dari siswa SMA YPU Bandar Lampung.

E. Instrumen Penelitian dan Validitas

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa silabus, RPP, LKS, soal pre-test, dan soal postest. Dalam pelaksanaannya kelas kontrol dan kelas eksperimen di-berikan soal yang sama. Soal pretest adalah materi pokok sebelumnya (laju reaksi) yang terdiri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal uraian yang mengandung 7 soal keterampilan prediksi, 6 soal keterampilan komunikasi, dan 11 soal penguasaan konsep. Sedangkan soal posttest adalah materi pokok kesetimbangan kimia yang ter-diri dari 20 butir soal pilihan jamak dan 4 soal uraian yang mengandung 9 soal kete-rampilan prediksi, 9 soal ketekete-rampilan komunikasi, dan 6 soal penguasaan konsep. Instrumen Penelitian ini divalidasi menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.

Oleh karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu


(40)

25

Dr. Noor Fadiawati, M.Si dan Ibu Dra. Chansyanah Diawati, M.Si sebagai dosen pembimbing penelitian untuk mengujinya.

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan

Tujuan observasi pendahuluan:

a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA YPU Bandar Lampung untuk melaksa-nakan penelitian.

b. Peneliti menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan data nilai ki-mia tahun pelajaran 2010/2011 yang cukup rendah.

c. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian sebanyak 2 kelas. 2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan

Peneliti menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instru-men tes.

b. Tahap Penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan dalam dua kelas, yaitu kelas eks-perimen yang diterapkan model siklus belajar PDEODE dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Dalam hal ini kelas XI IPA 4 diterapkan model siklus belajar PDEODE sedangkan pada kelas XI IPA 2 pembelajaran konvensional. Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :


(41)

26

a) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b)Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok kesetimbangan kimia sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas. 3. Melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

4. Tabulasi dan Analisis Data

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti terlihat pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian Kelas

kontrol Tes awal (Pretest)

Kelas eksperimen

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran dengan model

PDEODE Tes akhir

(Postest) Analisis

data Temuan

Kesimpulan Tahap persiapan

dan observasi

Penentuan populasi dan sampel


(42)

27

H. Analisis Data

1. Hipotesis statistik.

Untuk data sampel yang berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka uji hi-potesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2002). Dalam penelitian ini uji parametrik yang digunakan adalah uji-t.

Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipo-tesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipohipo-tesis nol (H0) dan hipotesis alternatif

(H1). Sehingga rumusan hipotesis menjadi :

1. Hipotesis untuk keterampilan prediksi

H0 : Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan model

siklus belajar PDEODE lebih rendah dibandingkan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H0 :μ1x < μ 2x

H1

:

Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan model

siklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

H1

:

μ 1x ≥μ 2x

2. Hipotesis untuk keterampilan komunikasi

H0: Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan

model siklus belajar PDEODE lebih rendah dibandingkan keterampilan ko-munikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. H0 µ1y < µ2y


(43)

28

H1

:

Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan

model siklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional. H1

:

μ 1y ≥μ 2y

Keterangan:

µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang

diterapkan model siklus belajar PDEODE

µ2 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia pada kelas yang

diterapkan pembelajaran konvensional x: keterampilan prediksi

y : keterampilan komunikasi 2. Teknik analisis data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai pretest dan posttest dirumuskan sebagai berikut:

Nilai siswa = ……….(1)

Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung n-gain yang selanjut-nya digunakan untuk menguji kenormalan dan homogenitas dua varians.


(44)

29

a. Perhitungan n-Gain

Efektivitas model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan predik-si dan keterampilan komunikapredik-si predik-siswa dapat diketahui dengan melakukan analipredik-sis perolehan skor n-Gain. Rumus n-gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :

……….……….……..(2) b. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu n-gain, dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilaku-kan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku.

d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

e) Menghitung nilai Z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan rumus:


(45)

30

dengan:

Z = ujung batas kelas S = simpangan baku

= batas kelas = rata-rata n-gain

f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan tabel. g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)

……….………..………(4) Dengan:

= Chi–kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga Chi–kuadrat dengan tabel Chi–kuadrat dengan taraf signifikan 5% (0,05)

i) Menarik kesimpulan, jika maka databerdistribusi normal atau terima H0

c. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen atau tidak, yang selanjutnya menjadi acuan untuk menentu-kan statistik t yang amenentu-kan digunamenentu-kan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas di-lakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak.


(46)

31

Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 :σ12= σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians

yang homogen.

H1 : σ12≠ σ22 Data n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.

Sedangkan untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji ke-samaan dua varians, dengan rumusan statistik :

………...(5)

Dengan kriteria uji adalah terima jika : < dengan taraf nyata 5% dan (Sudjana, 2002)

d) Teknik pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi nor-mal dilakukan dengan uji parametik (Sudjana, 2002). Pengujian hipotesis disini menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata. Uji ini berfungsi untuk mengetahui seberapa besar efektivitas model siklus belajar PDEODE dalam mening-katkan keterampilan prediksi dan keterampilan komunikasi siswa SMA YPU Bandar Lampung pada materi pokok kesetimbangan kimia. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut:


(47)

32

1) Hipotesis untuk keterampilan prediksi

H0 :μ1 < μ 2 : Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang

di-terapkan model siklus belajar PDEODE lebih rendah dibanding-kan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapdibanding-kan pem-belajaran konvensional.

H1: μ 1 ≥μ 2

:

Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi siswa di kelas yang dite-rapkan model siklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan prediksi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

2) Hipotesis untuk keterampilan komunikasi

H0 :μ1 < μ 2 : Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang

diterapkan model siklus belajar PDEODE lebih rendah diban-dingkan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterap-kan pembelajaran konvensional.

H1: μ 1 ≥μ 2

:

Rata-rata n-Gain keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE lebih tinggi atau sama dengan keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

Keterangan:

µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa di kelas yang

dite-rapkan model siklus belajar PDEODE

µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok kesetimbangan kimia siswa di kelas yang


(48)

33

x: keterampilan prediksi y : keterampilan komunikasi.

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, untuk data yang kedua varians kelas sampelnya homogen (σ12= σ22), uji hipotesis

dilaku-kan dengan rumus sebagai berikut :

………..….(6)

Keterangan:

= Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi/keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE

= Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi/keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang diterapkan model siklus belajar PDEODE = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya.


(49)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa :

1. Model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;

2. Model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan komu-nikasi siswa pada materi kesetimbangan kimia;

3. Efektivitas Model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia melalui tahap predict yang melatih siswa dalam menghubungkan pola pikir yang sudah ada/pengetahu-an sebelumnya dengada/pengetahu-an peristiwa sains yada/pengetahu-ang disajikada/pengetahu-an; dada/pengetahu-an

4. Efektivitas model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan ko-munikasi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia melalui tahap discuss, observe, dan explain yang melatih siswa mengembangkan keterampilan komuni-kasinya.


(50)

71

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Model siklus belajar PDEODE dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajar-an bagi guru dalam membelajarkpembelajar-an materi pokok kesetimbpembelajar-angpembelajar-an kimia dpembelajar-an materi pokok lain yang memiliki karakteristik yang sama;

2. Dalam pembelajaran menggunakan model siklus belajar PDEODE dibutuhkan waktu yang lebih lama daripada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, diperlukan penataan waktu ulang secara komprehensif agar pembelajaran berbasis konstruktivisme, dalam hal ini model siklus belajar PDEODE, dapat optimal; 3. Agar tahap-tahap pembelajaran dalam penerapan model siklus belajar PDEODE

berjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan lebih awal hal-hal yang me-nunjang proses diskusi dan observasi yang akan dilakukan siswa;

4. Untuk dapat memudahkan siswa dalam membuktikan prediksinya, hendaknya se-kolah menambah referensi buku dan melengkapi sarana dan prasarana laborato-rium.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Teori belajar konstruktivisme vygotsky dalam pembelajaran matematika. Diakses 13 April 2012 dari http://masbied.files-.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdf

Ali,M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung

Anonim. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Depdiknas. Jakarta.

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Çalık, et al. (2007). Investigation The Effectiveness of a Constructivist-Based

Teaching Model on Student Understanding of The Dissolution of Gases in Liquids. Journal of Science Education and Technology, 16(3), 257-270. Costu, et al. Facilitating Conceptual Change in Student’s Understanding of Boiling

Concept. International Journal of Science and Technology Education. 16, 524-536.

Costu, Baryam. 2008. Learning Sience Through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Student Make Sense of Everyday Situasions. International Journal of Mathematics, Science and Technology Education. 4, (1), 3-9.

Costu, B. dan Ayas, A. (2005). Evaporations in Different Liquid: Secondary

Student’s Conceptions. Eurasia Journal of Mathematics, Science and

Technology Education. 23, (1), 75-97.

Costu, et al. 2010. Promoting Conceptual Change in The First Year Student’s Understanding of Evaporation. Chemistry Education Research and Practice. 11. 5-16.

Dahar, R.W. 1988. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta

Duit, R. 1994. ”The Constructivist View in Science Education: What it Has to Offer

and What Should not be Expected From it”. Makalah pada the International

Conference ”Science and Mathematics For The 21st Century: Towards Innofatory Approaches”, Conception, Chile.


(52)

73

Opini. 2010. Teori konstruktivisme. Diakses 13 April 2012 dari http://edukasi.kom-pasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme/

Gallagher, J.J. 2007. Teaching Science for Understanding : A Practical Guide for School Teachers. New Jersey. Pearson Merrill Prentice Hall.

Glaserfelt, E.V. 1989. Constructivism in Education, in Husen, T. and Poslethwaite, T. N. (eds), The International Encyclopedia of Education, Pergamon, Oxford. Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan

Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7

Haryanto. 2011. Teori Yang Melandasi Pembelajaran Konstruktivistik. Diakses 13 April 2012 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131656343/TEORI-%20KONSTRUKTIVISTIK.pdf

Indrawati. 1999. Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung

Johari, J. M. C dan M. Rachmawati. 2006. Kimia 2 SMA dan Ma untuk Kelas XI. Erlangga. Jakarta

Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Kolari, S., Viskari, E-L and Savander-Ranne, C. (2003). Promoting the conceptual understanding of engineering students through visualization. Global Journal of Engineering Education. 7(2), 189-199.

Kolari, et al. 2005. Improving student learning in an environmental engineering program with a research study project. International Journal of Engineering Education,21(4), 702-711

Kuhn, T. S. (1970). The Structure of Scientific Revolutions (2nd. ed.). Chicago: University of Chicago

Philips, D. C. 1995. “The Good, The Bad, and The Ugly: The Many Faces of

Construtivism”. Educational Reseacher. 24, (7), 5-12.

Posner, et al. (1982). Accommodation of a scientific conception: Toward a Theory of Conceptual Change. Science Education, 66(2), 211-27..

Redhana, I. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Peta Argumen terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada topik Laju Reaksi (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran). Universitas Pendidikan Ganesha.


(53)

74

Sahputra, Hadiyanto. 2011. Prosiding seminar nasional kimia V universitas Islam Indonesia, 2011 , program studi ilmu kimia (fakultas MIPA UII) .

Setiawan, Pury A. 2011. Efektifvitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Asam-Basa. (Skripsi). Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suja, I. 2006. Profil Kompetensi Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar

di Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraj, No. 4 TH.XXXIX Oktober 2006. ISSN 0215 - 8250

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Sutresna, N. 2008. Kimia Kelas XI. PT. Grafindo Media Pratama. Bandung. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi

Pustaka. Surabaya.


(1)

33

x: keterampilan prediksi y : keterampilan komunikasi.

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, untuk data yang kedua varians kelas sampelnya homogen (σ12 = σ22), uji hipotesis dilaku-kan dengan rumus sebagai berikut :

………..….(6)

Keterangan:

= Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi/keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE

= Rata-rata n-Gain keterampilan prediksi/keterampilan komunikasi siswa di kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku gabungan

= Jumlah siswa pada kelas yang diterapkan model siklus belajar PDEODE = Jumlah siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

= Simpangan baku siswa yang diterapkan model siklus belajar PDEODE = Simpangan baku siswa yang diterapkan pembelajaran konvensional. Dengan kriteria uji :

Terima H0 jika thitung < t(1-α) dan tolak sebaliknya. (Sudjana, 2002)


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam peneliti-an ini, maka dapat disimpulkpeneliti-an bahwa :

1. Model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia;

2. Model siklus belajar PDEODE efektif dalam meningkatkan keterampilan komu-nikasi siswa pada materi kesetimbangan kimia;

3. Efektivitas Model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan prediksi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia melalui tahap predict yang melatih siswa dalam menghubungkan pola pikir yang sudah ada/pengetahu-an sebelumnya dengada/pengetahu-an peristiwa sains yada/pengetahu-ang disajikada/pengetahu-an; dada/pengetahu-an

4. Efektivitas model siklus belajar PDEODE dalam meningkatkan keterampilan ko-munikasi siswa pada materi pokok kesetimbangan kimia melalui tahap discuss, observe, dan explain yang melatih siswa mengembangkan keterampilan komuni-kasinya.


(3)

71

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. Model siklus belajar PDEODE dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajar-an bagi guru dalam membelajarkpembelajar-an materi pokok kesetimbpembelajar-angpembelajar-an kimia dpembelajar-an materi pokok lain yang memiliki karakteristik yang sama;

2. Dalam pembelajaran menggunakan model siklus belajar PDEODE dibutuhkan waktu yang lebih lama daripada pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, diperlukan penataan waktu ulang secara komprehensif agar pembelajaran berbasis konstruktivisme, dalam hal ini model siklus belajar PDEODE, dapat optimal; 3. Agar tahap-tahap pembelajaran dalam penerapan model siklus belajar PDEODE

berjalan maksimal, hendaknya guru mempersiapkan lebih awal hal-hal yang me-nunjang proses diskusi dan observasi yang akan dilakukan siswa;

4. Untuk dapat memudahkan siswa dalam membuktikan prediksinya, hendaknya se-kolah menambah referensi buku dan melengkapi sarana dan prasarana laborato-rium.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Muhammad Zainal. 2011. Teori belajar konstruktivisme vygotsky dalam pembelajaran matematika. Diakses 13 April 2012 dari http://masbied.files-.wordpress.com/2011/05/modul-matematika-teori-belajar-vygotsky.pdf

Ali,M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung

Anonim. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian. Depdiknas. Jakarta.

Arends, R.I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka pelajar. Yogyakarta.

Çalık, et al. (2007). Investigation The Effectiveness of a Constructivist-Based

Teaching Model on Student Understanding of The Dissolution of Gases in Liquids. Journal of Science Education and Technology, 16(3), 257-270. Costu, et al. Facilitating Conceptual Change in Student’s Understanding of Boiling

Concept. International Journal of Science and Technology Education. 16, 524-536.

Costu, Baryam. 2008. Learning Sience Through the PDEODE Teaching Strategy: Helping Student Make Sense of Everyday Situasions. International Journal of Mathematics, Science and Technology Education. 4, (1), 3-9.

Costu, B. dan Ayas, A. (2005). Evaporations in Different Liquid: Secondary

Student’s Conceptions. Eurasia Journal of Mathematics, Science and

Technology Education. 23, (1), 75-97.

Costu, et al. 2010. Promoting Conceptual Change in The First Year Student’s Understanding of Evaporation. Chemistry Education Research and Practice. 11. 5-16.

Dahar, R.W. 1988. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Duit, R. 1994. ”The Constructivist View in Science Education: What it Has to Offer

and What Should not be Expected From it”. Makalah pada the International Conference ”Science and Mathematics For The 21st Century: Towards Innofatory Approaches”, Conception, Chile.


(5)

73

Opini. 2010. Teori konstruktivisme. Diakses 13 April 2012 dari

http://edukasi.kom-pasiana.com/2010/10/06/teori-konstruktivisme/

Gallagher, J.J. 2007. Teaching Science for Understanding : A Practical Guide for School Teachers. New Jersey. Pearson Merrill Prentice Hall.

Glaserfelt, E.V. 1989. Constructivism in Education, in Husen, T. and Poslethwaite, T. N. (eds), The International Encyclopedia of Education, Pergamon, Oxford. Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan

Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. FKIP Universitas Sriwijaya. Palembang. Proceeding of The First International Seminar on Science Education.ISBN: 979-25-0599-7

Haryanto. 2011. Teori Yang Melandasi Pembelajaran Konstruktivistik. Diakses 13 April 2012 dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131656343/TEORI-%20KONSTRUKTIVISTIK.pdf

Indrawati. 1999. Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke Praktis. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung

Johari, J. M. C dan M. Rachmawati. 2006. Kimia 2 SMA dan Ma untuk Kelas XI. Erlangga. Jakarta

Purba, M. 2006. Kimia SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Kolari, S., Viskari, E-L and Savander-Ranne, C. (2003). Promoting the conceptual understanding of engineering students through visualization. Global Journal of Engineering Education. 7(2), 189-199.

Kolari, et al. 2005. Improving student learning in an environmental engineering program with a research study project. International Journal of Engineering Education,21(4), 702-711

Kuhn, T. S. (1970). The Structure of Scientific Revolutions (2nd. ed.). Chicago: University of Chicago

Philips, D. C. 1995. “The Good, The Bad, and The Ugly: The Many Faces of

Construtivism”. Educational Reseacher. 24, (7), 5-12.

Posner, et al. (1982). Accommodation of a scientific conception: Toward a Theory of Conceptual Change. Science Education, 66(2), 211-27..

Redhana, I. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Peta Argumen terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada topik Laju Reaksi (Jurnal Pendidikan dan Pengajaran). Universitas Pendidikan Ganesha.


(6)

Sahputra, Hadiyanto. 2011. Prosiding seminar nasional kimia V universitas Islam Indonesia, 2011 , program studi ilmu kimia (fakultas MIPA UII) .

Setiawan, Pury A. 2011. Efektifvitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Asam-Basa. (Skripsi). Tidak diterbitkan.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suja, I. 2006. Profil Kompetensi Keterampilan Proses Sains Siswa Sekolah Dasar

di Kecamatan Buleleng. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraj, No. 4 TH.XXXIX Oktober 2006. ISSN 0215 - 8250

Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Sutresna, N. 2008. Kimia Kelas XI. PT. Grafindo Media Pratama. Bandung. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi

Pustaka. Surabaya.