EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP SISWA PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA

Oleh

FILDA FITTRIA MEILISYA

Pembelajaran kimia adalah proses komunikasi antara pebelajar, pengajar dan bahan ajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran diperlukan strategi pembelajaran yang tepat guna mencapai tujuan pembelajaran yang diha-rapkan. Dalam kerangka pembelajaran kimia, siswa mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum kimia yang telah dipelajarinya melalui proses ilmiah. Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pembelajaran siswa sebagai pusat pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif teknik NHT. Dalam pelaksanaannya pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan siswa akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun.


(2)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas model pembela-jaran kooperatif tipe NHT dalam meningkatkan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas XI SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang terdiri dari 4 kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa siswi kelas XI IPA3 dan XI IPA4 SMA Gajah Mada Bandar Lampung semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011-2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe NHT diukur berdasarkan perbandingan selisih skor posttest dan pretest dengan selisih nilai maksimum dan pretest (gain ternormalisasi).

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata – rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa dengan pembe-lajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada rata – rata n-Gain penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa dengan pembelajaran non NHT. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif untuk

meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia pada siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung.


(3)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DALAM MENINGKATKAN

PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA

Oleh

FILDA FITTRIA MEILISYA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Februari 2012

Filda Fittria Meilisya NPM 0743023020


(6)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini

kepada:

Teristimewa untuk bapak dan ibu tercinta...

Terimakasih, karena selalu mendoakanku siang dan malam, mengajariku arti sebuah perjuangan, memberikanku semangat dan motivasi, cinta, kasih sayang, doa, dan materi untuk keberhasilanku di masa datang . Jerih payah dan kerja keras bapak dan ibu tidak

akan terlupakan dan tidak mungkin dapat terbalaskan.

Adik -adikku tersayang...

Terima kasih atas keceriaan, bantuan, doa, dan semangat yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Sahabat-sahabatku yang selalu memberi dukungan,

motivasi dan keceriaannya


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 16 Mei 1989, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Drs. Syaifullah dan Ibu Lismiana SE. Penulis mengawali pendidikan formal di TK Al-azhar Way Halim Bandar Lam-pung, kemudian melanjutkan ke SD Al-azhar Way Halim Bandar Lampung selesai pada tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMP Negeri 29 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 diterima di SMA Negeri 5 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2007. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswi di Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Yogyakarta-Bandung-Jakarta dan pada tahun 2010. Pada tahun 2011 penulis me-lakukan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Budaya Bandar Lam-pung.


(8)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia sekarang sudah lebih membaik, namun sistem pendidikan di sekolah – sekolah masih banyak yang menggunakan sistem pendidikan tradisional, pembelajaran berorientasi pada target penguasaan materi. Pengetahuan hanya dipandang sebagai perangkat fakta – fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, ceramah pun menjadi pilihan utama strategi belajar.

Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat pada proses pembelaja-ran dapat memberikan hasil yang maksimal. Dalam proses belajar mengajar, terdapat berbagai kegiatan diantaranya adalah metode penyampaian materi pengajaran. Keha-diran seorang guru untuk mengarahkan kegiatan belajar-mengajar dengan mengguna-kan metode penyampaian materi yang tepat sangat diperlumengguna-kan untuk merangsang kegiatan belajar siswa. Materi pelajaran yang disampaikan guru akan lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa apabila diikuti dengan penggunaan strategi mengajar yang tepat.


(9)

Selama ini proses pembelajaran sains termasuk kimia menuntut siswa untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbal. Hal seperti itu dapat menyebabkan munculnya kejenuhan siswa dalam belajar sains. Hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Gajah Mada Bandar Lampung, proses pembelajaran yang dilakukan hanya melibatkan siswa sebagai pencatat, penghafal dan pembelajaran seolah-olah hanya terjadi di dalam sekolah tanpa adanya keter-kaitan dengan lingkungan di sekitar mereka. Kegiatan pembelajaran tersebut tidak sejalan dengan proses pembelajaran yang seharusnya diterapkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu proses pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator.

Oleh karena itu, memilih model, metode dan media pembelajaran adalah salah satu langkah persiapan yang penting dalam rangka proses pembelajaran. Model, metode dan media pembelajaran adalah faktor yang mendukung pencapaian tujuan pembela-jaran karena menempati peranan penting dalam proses pembelapembela-jaran. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan model, metode dan media pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat penguasaan konsep siswa terhadap materi yang diberikan pada proses pembelajaran.

Untuk memacu kemampuan berfikir siswa dan untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu menciptakan keaktifan siswa saat proses penemuan konsep. Salah satu model pembelajaran yang


(10)

diduga dapat meningkatkan keterampilan berpikir dan penguasaan konsep siswa adalah model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang anggota yang heterogen. Pembelajaran kooperatif mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Setiap anggota kelompok saling membantu dalam menguasai materi pelajaran, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar setiap siswa dalam kelompok mencapai hasil belajar yang tinggi. Pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama antar siswa dan saling ketergantungan positif dalam struktur tugas, tujuan dan penghargaan. Salah satu teknik pembelajaran kooperatif yang diduga dapat mening-katkan aktivitas dan semangat belajar siswa sehingga dapat meningmening-katkan penguasa-an konsep siswa terhadap materi pembelajarpenguasa-an adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Dipilihnya model pembelajaran kooperatif tipe NHT karena pada model ini siswa menempati posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadi kerja sama dalam kelompok dengan ciri utamanya adanya penomoran sehingga semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.


(11)

Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat, dalam prosesnya siswa dilatih untuk menggu-nakan keterampilan dasar sains mereka untuk berdiskusi dengan teman satu

kelompoknya. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan aktivitas dan kerjasama mereka. Pembelajaran kooperatif teknik NHT membimbing siswa untuk dapat menemukan konsep dari materi yang ada secara mandiri melalui sarana pembelajaran yang telah disediakan oleh guru.

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada peserta didik akan membuat mereka aktif terlibat dalam pembelajaran melalui interaksi dengan teman dan guru. Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa terhadap materi pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

“Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa pada Materi Pokok

Kesetimbangan Kimia”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif terhadap peningkatan penguasaan konsep materi pokok kesetimbangan kimia”.


(12)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendes-kripsikan “Efektivitas pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa”.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Guru

Memberikan informasi kepada guru mata pelajaran kimia bahwa di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran perlu adanya persiapan, keterampilan dan motivasi yang tinggi agar tercapai penguasaan konsep yang baik.

2. Sekolah

Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

3. Siswa

Membantu siswa untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru tentang proses pembelajaran yang baru sehingga aktivitas siswa lebih baik untuk meningkatkan penguasaan konsepnya.


(13)

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran dikatakan efektif

meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (ditunjukkan dengan n-Gain yang signifikan). 2. Penguasaan konsep kesetimbangan kimia adalah nilai siswa-siswi pada materi

pokok kesetimbangan kimia yang diperoleh melalui pretest dan posttest.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran dimana guru membuat kelompok kecil dan setiap siswa dalam kelompok diberi nomor, kemudian guru mengajukan pertanyaan pada siswa dan memberikan kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya, kemudian memanggil secara acak nomor tesebut untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.

4. Pembelajaran non NHT yaitu pembelajaran yang biasa diterapkan guru kimia SMA Gajah Mada Bandar Lampung seperti tanya jawab, diskusi, ceramah.


(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dica-nangkan (Satria, 2005).

Kriteria efektivitas pembelajaran menurut Wicaksono (2008) sebagai berikut: a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila

sekurang-kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar .

b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius dan merupakan pembelajaran yang didasarkan paham konstruktivisme. Panen, Mustafa, dan


(15)

Sekarwinahyu (2001) mengemukakan bahwa ”Belajar kooperatif kolaboratif

merupakan proses konstruktivisme sosial yang menjadi salah satu proses konstruksi pengetahuan yang relatif dominan dalam diri individu sebagai makhluk sosial”. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasari azas gotong royong yang sesuai dengan kehidupan bangsa Indonesia yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak ahli yang telah mencoba mengemukakan pengertian pembelajaran kooperatif. Menurut Robert E. Slavin dalam Nurulita (2008:4):

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Selanjutnya Ibrahim dkk. (2000:9) menyatakan:

Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerjasama saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Sedangkan Abdurrahman, (1999:122) mengatakan:

Nilai hasil belajar kelompok ditentukan oleh rata-rata hasil belajar individu Pembelajaran kooperatif menampakkan wujudnya dalam bentuk belajar kelompok. Dalam belajar kooperatif anak tidak diperkenankan mendominasi atau menggantungkan diri pada orang lain, tiap anggota kelompok dituntut untuk memberikan urunan bagi keberhasilan kelompok.

Menurut Lie (2007:27):

Pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas terstruktur, di mana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator.


(16)

Dalam pengertian lain, Eggen dan Kauchak dalam Trianto (2007:42) menyatakan “Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama.” Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bekerja sama dengan teman sebaya yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa mempunyai peran ganda yaitu sebagai siswa maupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

Manusia merupakan individu yang mempunyai potensial, latar belakang histori, serta masa depan yang berbeda-beda. Karena perbedaan itulah manusia membutuhkan manusia lainya untuk menjalani hidup sehingga manusia sering disebut mahluk sosial. Seperti yang diungkapkan oleh Abdurrahman dan Bintoro dalam Nurhadi, B. Yasin, dan A.G. Senduk (2004):

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan siste- matis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan, saling menya- yangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan untuk hidup dalam masyarakat nyata, sehingga sumber belajar bukan hanya dari guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.

Dari pengertian di atas terlihat jelas bahwa siswa dilatih untuk saling bekerjasama dan saling membantu dengan temannya dalam rangka saling mencerdaskan, saling menyayangi, dan saling menghargai satu sama lainnya. Sehingga siswa akan terlatih


(17)

hidup dalam masyarakat sesuai dengan kodrat manusia adalah sebagai mahluk sosial yang artinya saling membutuhkan satu sama lainnya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat sampai enam orang yang heterogen untuk bekerjasama, saling membantu di antara anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama. Dengan pembelajaran kooperatif ini siswa belajar berkolaborasi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam suasana belajar kelompok yang nantinya dapat mencapai potensi yang optimal. Akan tetapi para pengajar sangat enggan menerapkan pembelajaran di kelas dengan azas gotong royong. Lie (2007) mengemukakan beberapa alasan mengapa para pengajar enggan menerapkan azas tersebut, demikian diantaranya:

a. Kekhawatiran akan terjadinya kekacauan di kelas.

b. Adanya siswa yang tidak suka belajar berkelompok, lebih memilih belajar secara individu.

c. Siswa yang malas lebih mengandalkan temannya yang tekun dan siswa yang tekun merasa dituntut bekerja secara ekstra dalam kelompoknya.

d. Adanya perasaan minder bagi siswa yang kurang mampu belajar bersama siswa yang lebih pandai.

Hal-hal tersebut di atas dapat dikendalikan oleh pembelajaran kooperatif, karena pembelajaran kooperatif memiliki unsur-unsur tertentu untuk memungkinkan proses belajar dan pembelajaran di kelas secara efektif. Roger dan David Johnson dalam Lie (2007) mengemukakan, “Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif”.


(18)

Untuk mencapai hasil yang maksimal, kerja kelompok harus memiliki unsur-unsur di bawah ini:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, tugas harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dan harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Berarti setiap anggota harus bertanggung jawab agar yang lain bisa berhasil. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang kurang mampu

memberikan sumbangan kepada teman sekelompoknya sehingga mereka tidak merasa minder dan terpacu untuk meningkatkan usaha mereka menjadi lebih baik, sedangkan siswa yang lebih pandai tidak merasa dirugikan karena temannya yang kurang mampu juga telah memberikan sumbangan. 2. Tanggung jawab perseorangan

Dalam pembelajaran kooperatif, pada saat seorang pengajar akan melaksa- nakan kegiatan belajar mengajar tidak boleh tanpa persiapan. Seorang tenaga pengajar harus mempersiapkan sedemikian rupa sehingga masing- masing anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dan harus bertanggung jawab agar bisa menyelesaikan tugas selanjutnya.

3. Tatap muka

Dalam pembelajaran kelompok setiap anggota diberi kesempatan untuk berdiskusi dan bertatap muka. Sehingga untuk memperoleh kesimpulan tidak berasal dari satu kepala namun dari hasil pemikiran beberapa kepala. Dimana masing-masing kepala menyumbangkan hasil pemikirannya yang berasal dari latar belakang keluarga, sosial, ekonomi, agama, ras, dan suku yang berbeda. Dari proses yang demikian mereka dapat memperoleh hasil yang maksimal karena berasal dari beberapa pendapat tidak dari satu pendapat saja. Selain itu dari masing-masing anggota kelompok timbul sikap mampu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan orang lain untuk mengisi kekurangannya masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Tidak semua siswa memiliki keahlian untuk mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan dari suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengeluarkan pendapat. Selain itu pada pembelajaran kooperatif siswa juga diajarkan bagaimana menyatakan sanggahan dan ungkapan positif dengan ungkapan yang baik dan halus. 5. Evaluasi proses kelompok

Pengevaluasian proses kerja kelompok tidak perlu diadakan setiap ada kerja kelompok. Namun pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus untuk kelompok yang hendak dievaluasi. Pengevaluasian berfungsi untuk meningkatkan efektifitas kerja sama antar anggota kelompok.


(19)

Dari uraian di atas, maka dengan pembelajaran kooperatif akan lebih mampu memotivasi siswa untuk menjadi aktif dalam pembelajaran. Dengan kelompok belajar akan terjadi saling tukar pikiran, tidak ada lagi kesenjangan antar siswa karena semuanya saling berinteraksi satu sama lainnya. Karena anggotanya bersifat

heterogen, siswa yang pandai dapat memberikan masukan bagi temannya yang berkemampuan rendah dan siswa yang berkemampuan rendah memperoleh banyak keuntungan belajar dengan rekannya yang pandai. Di dalam kelompok akan terlaksana kerjasama yang maksimal sehingga dapat menutupi kekurangan dari anggota kelompok.

Menurut Lungdren dalam Ibrahim, dkk (2000), manfaat dari pembelajaran kooperatif bagi siswa yang berprestasi rendah antara lain

1. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas 2. Rasa harga diri lebih tinggi

3. Memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan dan sekolah 4. Memperbaiki kehadiran

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6. Perselisihan antar pribadi kurang

7. Sikap apatis kurang

8. Pemahaman lebih mendalam 9. Motivasi lebih mendalam 10.Hasil belajar lebih baik.

Melalui pembelajaran kooperatif diharapkan siswa lebih aktif dalam mendiskusikan konsep tentang pelajaran mereka. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada tugas bersama untuk mencapai suatu penghargaan bersama.


(20)

Menurut Ibrahim dkk (2000) pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut

1. Siswa bekerjasama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu C. Pembelajaran Kooperatif Teknik Numbered Head Together (NHT)

Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembe-lajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie, 2007). Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan menimbang jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama mereka. Teknik ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran untuk mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai ganti guru mengajukan pertanyaan atau tugas kepada seluruh kelas guru menggunakan empat struktur langkah utama yaitu

1. Penomoran

Guru mengelompokkan siswa ke dalam kelompok atau tim yang beranggotakan empat hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.


(21)

2. Pengajuan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan atau memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

3. Berpikir bersama

Setiap anggota kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya dan mengetahui jawabannya. 4. Pemberian jawaban

Guru memanggil satu nomor tertentu dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyampaikan jawaban kepada seluruh kelas secara bergiliran. Setelah semua siswa dari tiap kelompok memberikan jawabannya dan saling menanggapi, guru kemudianpenguatan terhadap jawaban siswa menuntun siswa untuk menarik kesimpulan tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran NHT adalah sebagai berikut : Kelebihan:

1. Mudah dalam pembagian dan penyelesaian tugas.

2. Siswa belajar bertanggung jawab terhadap hasil belajar pribadinya dalam saling keterkaitan dengan rekan sekelompoknya.

3. Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran serta semua tingkatan usia anak didik.

4. Setiap siswa diharapkan menjadi siap semua

5. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.


(22)

Kekurangan:

1. Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama.

2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

3. Kendala teknis, misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok.

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan salah satu pengetahuan awal yang harus dimiliki siswa karena konsep merupakan dasar dalam merumuskan prinsip-prinsip. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks.

Penguasaan konsep merupakan dasar dari penguasaan prinsip-prinsip teori, artinya untuk dapat menguasai prinsip dan teori harus dikuasai terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun prinsip dan teori yang bersangkutan. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil hanya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa, maka diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Penguasaan konsep juga merupakan suatu upaya ke arah pemahaman siswa untuk memahami hal-hal lain di luar pengetahuan sebelumnya. Jadi, siswa di tuntut untuk menguasai materi-materi pelajaran selanjutnya.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini


(23)

di-dukung oleh Djamarah dan Zain (1996) yang mengatakan bahwa belajar pada haki-katnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Materi pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep yang cukup banyak jumlahnya dan antara konsep-konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan, dalam mempelajari ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempelajari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

Setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa dituntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Piaget dalam Dimyati dan Madjiono (2002) menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang.


(24)

Posner dalam Suparno (1997) menyatakan bahwa dalam proses belajar terdapat dua tahap perubahan konsep yaitu tahap asimilasi dan akomodasi. Pada tahap asimilasi, siswa menggunakan konsep-konsep yang telah mereka miliki untuk berhadapan dengan fenomena yang baru. Pada tahap akomodasi, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi.

Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi yang kondusif agara siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif. Dengan terciptanya kondisi yang kondusif, siswa dapat menguasai konsep yang disampaikan guru. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan.

E. Kerangka Pemikiran

Sebagian siswa menganggap kimia sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Untuk membantu siswa dalam memahami pelajaran ini, maka perlu digunakan suatu metode pembelajaran yang tepat. Kemampuan guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat akan menentukan tingkat prestasi belajar siswa terhadap konsep yang diberikan dalam proses pembelajaran.

Metode pembelajaran yang digunakan hendaknya mengedepankan keterlibatan siswa secara langsung dan aktif ke dalam pembelajaran. Menyikapi kenyataan ini, dinilai perlu digunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, yaitu membagi siswa


(25)

dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa dan setiap kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang beragam, ada yang berkemampuan tinggi, sedang, dan ada pula yang tingkat kemampuannya rendah. Setiap anggota kelompok diberikan tanggung jawab untuk memecahkan suatu masalah atau soal – soal dalam kelompoknya secara berdiskusi. Dengan adanya pemberian tanggung jawab

kelompok dalam menyelesaikan tugas maka menuntut adanya kerja sama kelompok sehingga seluruh anggota kelompok dapat bertukar fikiran. Masing – masing anggo-ta kelompok bebas mengeluarkan pendapat dan berpartisipasi untuk memecahkan soal – soal yang diberikan tanpa merasa takut salah. Saat berdiskusi itulah diharap-kan penguasaan konsep siswa dapat berkembang. Berdasardiharap-kan uraian diatas, guru perlu menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam mengajarkan materi kesetimbangan kimia yang diharapkan model pembelajaran NHT tersebut dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Semua siswa kelas XI IPA semester ganjil SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang menjadi objek penelitian mempunyai kemam-puan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Perbedaan penguasaan konsep semata-mata karena perbedaan perlakuan. 3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar kimia siswa

kelas XI IPA semester ganjil SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 diabaikan.


(26)

G. Hipotesis Umum

Sebagai pemandu dalam melakukan analisis maka perlu disusun hipotesis umum dengan perumusan sebagai berikut:

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa.


(27)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang berjumlah 158 siswa.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, yang bertindak sebagai sampel adalah siswa kelas XI IPA 3 dan XI IPA 4. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling purposif, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu. Da-lam hal ini, peneliti menetapkan, kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 4 sebagai kelas kontrol.


(28)

B. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, yaitu model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran non NHT (kontrol).

2. Variabel terikat

Variabel terikatnya adalah nilai tes penguasaan konsep materi pokok kesetimba-ngan kimia.

C. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar (postest) siswa.

Sumber data dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.


(29)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data merupakan alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah :

1. LKS Kimia yang berbasis model NHT sejumlah empat LKS yaitu LKS 1 berisi sub materi kesetimbangan dinamis, LKS 2 berisi sub materi tetapan kesetim-bangan kimia, LKS 3 berisi sub materi asas Le Chatelier dan LKS 4 berisi sub materi kesetimbangan kimia dalam kehidupan sehari – hari dan industri. 2. Soal pretest dan postest yang masing-masing berisi 20 soal pilihan jamak dan 5

soal uraian.

3. Lembar observasi aktivitas siswa. 4. Lembar kinerja guru.

E. Desain dan Metode Penelitian

1. Desain penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah desain non equivalent control group desain (Purwanto,2007).


(30)

Desain penelitian tersebut dapat dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 4. Desain penelitian

Pretest Perlakuan Postest

Kelas kontrol O1 X1 O2

Kelas eksperimen O1 X2 O2

Keterangan:

X1: Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran NHT X2: Pembelajaran kimia menggunakan pembelajaran non NHT O1: Pretest yang diberikan sebelum perlakuan

O2: Posttest yang diberikan setelah perlakuan 2. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen. Dalam penelitian ini tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah perlakuan diberikan. Tes yang dilakukan sebelum perlakuan disebut pretest dan sesudah perlakuan disebut postest.

F. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Peneliti mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, informasi tentang KKM, data nilai uji blok kelas XI IPA SMA Gajah Mada, jadwal dan tata tertib sekolah, serta sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.


(31)

2. Peneliti menentukan dua kelas sebagai kelas sampel.

3. Peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

4. Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok kesetimbangan kimia. 5. Peneliti membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan

pembelajaran yang diharapkan akan dicapai siswa pada kelas eksperimen. 6. Peneliti membuat soal-soal pretest dan posttest

7. Melaksanakan pretest di kedua kelas.

8. Pelaksanaan proses

pembelajaran di masing-masing kelas dengan pembelajaran yang berbeda, yaitu kelas eksperimen menggunakan pembelajaran NHT dan kelas kontrol

menggunakan pembelajaran non NHT. 9. Pelaksanaan posttest di kedua kelas.

10.Menganalisis data berdasarkan data hasil penelitian. 11.Penarikan kesimpulan.


(32)

G. Alur Penelitian

Alur pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2. Alur Penelitian Menentukan Populasi

dan Sampel

Mempersiapkan instrumen

Validasi instrumen

Pretest

Pembelajaran non NHT Pembelajaran NHT

Posttest

Analisis Data


(33)

H. Hipotesis Kerja

Dari pengertian hipotesis umum, dikembangkan menjadi hipotesis kerja. Adapun hipotesis kerja sebagai berikut:

Hipotesis kerja yang digunakan yaitu

Rata-rata penguasaan konsep dengan model pembelajaran NHT lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan konsep pembelajaran non NHT pada materi kesetimbangan kimia.

I. `Hipotesis Statistik

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). H0 : Rata-rata penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa dengan

model pembelajaran NHT lebih rendah atau sama dengan rata-rata penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa model pembelajaran non NHT.


(34)

H1 : Rata-rata penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa dengan model pembelajaran NHT lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan konsep kesetimbangan kimia siswa dengan model pembelajaran non NHT.

H1 : µ1 > µ2 Keterangan :

µ1 : Rata – rata penguasaan konsep siswa dengan model pembelajaran NHT pada materi kesetimbangan kimia.

µ2 : Rata-rata penguasaan konsep siswa pembelajaran non NHT pada materi kesetimbangan kimia.

J. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Nilai akhir pretest atau postest dirumuskan sebagai berikut:

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung gain, normalitas, homogenitas dua varians.


(35)

1. Perhitungan Gain

Untuk menentukan efektivitas model pembelajaran NHT terhadap peningkatan penguasaan konsep pada materi kesetimbangan kimia, maka dilakukan analisis skor gain ternormalisasi. Perhitungan indeks gain bertujuan untuk mengetahui

peningkatan nilai pretes dan postes dari kedua kelas. Menurut Meltzer besarnya peningkatan dihitung dengan rumus N-Gain ( normalized gain), yaitu :

N-Gain

Kriteria interpertasi indeks gain yang dikemukakan oleh Hake, yaitu: g > 0,7 (indeks gain tinggi)

0,3 < g < 0,7 (indeks gain sedang) g < 0,3 (indeks gain rendah)

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemu-dian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Uji Normalitas

Hipotesis untuk uji normalitas :

Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal


(36)

Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut : X2 =

e e o

f f f )2 (

Keterangan : X2 = uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan

Kriteria : Terima Ho jika X2 hitung X2 tabel

3. Uji Homogenitas

Uji ini untuk menentukan apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji Homogenitas :

Ho = data penelitian mempunyai variansi yang homogen H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen.

Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam sudjana (2002) :

F= 2 2 2 1 s s Keterangan :

F = Kesamaan dua varians

2 1

s = varians kelas eksperimen

2 2

s = varians kelas kontrol Kriteria : Pada taraf 0.05,


(37)

Dengan kriteria uji adalah terima jika : F(1-α)(n1-1) < F < F1/2α(n1-1, n2-1) (Sudjana, 2002).

K. Teknik Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

= nilai rata-rata penguasaan konsep = Simpangan baku gabungan kelas eksperimen

= nilai rata-rata penguasaan konsep s12= varians kelas eksperimen

kelas kontrol

= Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol = Jumlah siswa kelas kontrol

Dengan kriteria uji :


(38)

dk = (n1 + n2– 2) α = 0,05

Sedangkan jika kedua varians kelas sampel tidak homogen (σ12≠ σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

2 2 2 1 2 1 2 1 ' n s n s X X t Keterangan :

t‘ = perbedaan dua rata-rata n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

1

X = Nilai rata-rata kelas eksperimen s2 = Varians

2

X = Nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol Kriteria uji: tolak H0 jika

dan terima H0 jika sebaliknya, dengan


(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata N-Gain penguasaan konsep dengan model NHT lebih tinggi daripada rata-rata N-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran non NHT pada materi kesetimbangan kimia.

2. Model NHT lebih efektif dibandingkan pembelajaran non NHT untuk me-ningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih maksimal.

2. Model NHT dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok kesetimbangan kimia dan materi lain de-ngan karakteristik materi yang sama.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta

Dimyati dan Madjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, B.S. dan A. Zein. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Lie, A. 2007. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Gramedia. Jakarta.

Nurhadi, B. Yasin, dan A.G. Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual

(ContextualTeaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. IKIP Malang. Malang.

Nurulita. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Nusa Media. Bandung.

Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipata. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.


(41)

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung(Ed). 5 April 2008. 2 juli 2011. http://agung.smkn 1pml.sch.id/wordpress/p=119


(42)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

POKOK

KESETIMBANGAN KIMIA

(Proposal)

Oleh

Filda Fittria Meilisya

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


(1)

30

Dengan kriteria uji adalah terima jika : F(1-α)(n1-1) < F < F1/2α(n1-1, n2-1) (Sudjana, 2002).

K. Teknik Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji perbedaan dua rata-rata

Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena

jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

= nilai rata-rata penguasaan konsep = Simpangan baku gabungan kelas eksperimen

= nilai rata-rata penguasaan konsep s12= varians kelas eksperimen

kelas kontrol

= Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol = Jumlah siswa kelas kontrol

Dengan kriteria uji :


(2)

31

dk = (n1 + n2– 2) α = 0,05

Sedangkan jika kedua varians kelas sampel tidak homogen (σ12≠ σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

2 2 2 1 2 1 2 1 ' n s n s X X t Keterangan :

t‘ = perbedaan dua rata-rata n2 = Jumlah siswa kelas kontrol

1

X = Nilai rata-rata kelas eksperimen s2 = Varians 2

X = Nilai rata-rata kelas kontrol s12= varians kelas eksperimen n1 = Jumlah siswa kelas eksperimen s22= varians kelas kontrol

Kriteria uji: tolak H0 jika

dan terima H0 jika sebaliknya, dengan


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata N-Gain penguasaan konsep dengan model NHT lebih tinggi daripada rata-rata N-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran non NHT pada materi kesetimbangan kimia.

2. Model NHT lebih efektif dibandingkan pembelajaran non NHT untuk me-ningkatkan penguasaan konsep kesetimbangan kimia.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga pembela-jaran lebih maksimal.

2. Model NHT dapat dipakai sebagai alternatif model pembelajaran bagi guru dalam membelajarkan materi pokok kesetimbangan kimia dan materi lain de-ngan karakteristik materi yang sama.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Arikunto, S. 1997. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta.

Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta

Dimyati dan Madjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, B.S. dan A. Zein. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Lie, A. 2007. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Gramedia. Jakarta.

Nurhadi, B. Yasin, dan A.G. Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual

(ContextualTeaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. IKIP Malang. Malang.

Nurulita. 2008. Cooperative Learning (Teori, Riset dan Praktik). Nusa Media. Bandung.

Prianto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Satria, A. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Halim Jaya. Jakarta. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipata. Jakarta. Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.


(5)

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.

Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran inovatif Berorientasi konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung(Ed). 5 April 2008. 2 juli 2011. http://agung.smkn 1pml.sch.id/wordpress/p=119


(6)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI

POKOK

KESETIMBANGAN KIMIA

(Proposal)

Oleh

Filda Fittria Meilisya

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2011


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Pengaruh Strategi Pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Mathaul Huda

0 5 173

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Pengaruh metode Numbered Head Together (NHT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di SMP Al-Zahra Indonesia Pamulang

0 4 177

Effect of Method Numbered Head Together (NHT) to the Student Results on Subjects of Fiqh at Al-Zahra Indonesian Junior Pamulang.

0 25 177

Pengaruh strategi pemecahan masalah “ideal” dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan berpikir kritis matematik siswa

1 10 208

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA NEGERI 1 GADINGREJO

0 34 31

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

0 7 55

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM

1 17 95

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Konsep Mol Melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) Di Kelas X-6 SMAN 8 Kota Tangerang Selatan

0 3 8