23 Cara yang paling relevan mengevaluasi proses berpikir kritis sebagai suatu
pemecahan masalah menurut Garrison, Anderson, dan Archer dalam Afrizon 2012: 11 dapat dilakukan melalui lima langkah yaitu:
1. Keterampilan identifikasi masalah Elementary clarification,
didasarkan pada motivasi belajar, siswa mempelajari masalah kemudian mempelajari keterkaitan sebagai dasar untuk
memahamimya.
2. Keterampilan mendefinisikan masalah In-depth clarification,
siswa menganalisa masalah untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang nilai, kekuatan dan asumsi yang mendasari perumusan
masalah.
3. Keterampilan mengeksplorasi masalah Inference, dimana
diperlukan pemahaman yang luas terhadap masalah sehingga dapat mengusulkan sebuah ide sebagai dasar hipotesis. Disamping itu
juga diperlukan keterampilan kreatif untuk memperluas kemungkinan dalam mendapatkan pemecahan masalah.
4. Keterampilan mengevaluasi masalah Judgement, disini
dibutuhkan keterampilan membuat keputusan, pernyataan, perhargaan, evaluasi, dan kritik dalam menghadapi masalah.
5. Keterampilan mengintegrasikan masalah Strategy Formation,
disini dituntut keterampilan untuk bisa mengaplikasikan suatu solusi melalui kesepakatan kelompok.
Keterampilan berpikir kritis dan indikatornya lebih lanjut diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Indikator keterampilan berpikir kritis siswa No.
Keterampilan Berpikir Kritis
Indikator 1
Memberikan argumen Argumen dengan alasan dasar;
menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.
2 Melalukan deduksi
Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi
terhadap pernyataan.
3 Melakukan induksi
Melakukan pengumpulan data; membuat generalisasi dari data,
membuat tabel.
4 Melakukan evaluasi
Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta
memberikan alternatif solusi.
Sumber: Ennis dalam Millah 2011: 22.
24
III. METODE PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April semester genap tahun pelajaran 20132014 di SMP Negeri 1 Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Rumbia tahun pelajaran 20132014 sebanyak 255 siswa yang
terdistribusi dalam delapan kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purpossive Sampling, yaitu siswa dari populasi yang diambil dari dua kelas
yang memiliki keterampilan berpikir kritis sama atau hampir sama yaitu siswa kelas VII
3
yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII
4
yang berjumlah 31 siswa sebagai kelas kontrol.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk desain eksperimen semu dengan tipe desain pretes-postes kelompok non ekuivalen.
Pada desain ini kelas eksperimen memperoleh perlakuan berupa pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar, sedangkan kelas kontrol
memperoleh perlakuan tanpa pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
25 sumber belajar. Kedua kelas tersebut diberi pretest di awal pembelajaran dan
posttest di akhir pembelajaran. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan antara keadaan sebelum
dan sesudah diberi perlakuan.
Struktur desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan : I = Kelas eksperimen II = Kelas kontrol
O
1
= Pretest O
2
= Posttest X = Perlakuan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar C = Perlakuan tanpa pemanfaatan lingkungan sekolah
sebagai sumber belajar Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok non ekuivalen
dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut: 1.
Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut : a.
Menetapkan waktu penelitian; b.
Mengurus surat penelitian pendahuluan observasi ke fakultas untuk sekolah yang diteliti;
c. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti;
I O
1
X O
2
II O
1
C O
2
26 d.
Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol;
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP dan Lembar Kerja Siswa LKS; f.
Membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretespostes untuk setiap pertemuan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti mengadakan kegiatan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber
belajar untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak tiga kali pertemuan, pertemuan
pertama membahas tentang satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, pertemuan kedua tentang aliran energi dalam
ekosistem, dan pertemuan ketiga tentang pola interaksi antarorganisme. Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah
sebagai berikut: a.
Kelas eksperimen Pendahuluan
1 Guru memberikan pretes pada pertemuan I berupa soal uraian
mengenai satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem, aliran energi dalam ekosistem, dan pola interaksi
antarorganisme. 2
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
27 3
Guru memberikan apersepsi dengan cara mengajukan pertanyaan :
Pertemuan I : “Pernahkah kalian jalan-jalan di taman? Apa saja
yang dapat kalian temukan disana selain rumput? Pertemuan II
: “Organisme apa saja yang pernah kalian temukan di sawah
?” Apa peran dari masing-masing organisme tersebut?”
Pertemuan III : “Pernahkah kalian melihat kupu-kupu hinggap
pada tanaman bunga? Adakah manfaat kupu-kupu tersebut bagi tanaman bunga? Disebut apakah
hubungan antara bunga dengan kupu- kupu?”
4 Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara:
Pertemuan I : “Kita hidup di suatu lingkungan bersama organisme-
organisme lain dan saling membutuhkan dan mempengaruhi. Contohnya manusia dan hewan membutuhkan udara untuk
bernapas, air untuk minum, tanaman dan daging untuk makan. Tanaman memerlukan air untuk tumbuh dan cahaya matahari untuk
berfotosintesis. Apa yang akan terjadi jika tidak ada interaksi antarkomponen-
komponen tersebut?” Pertemuan II :
“Ketika musim panen, biasanya banyak hama tikus yang menyerang tanaman padi. Seringkali petani menggunakan
pestisida untuk mengendalikan hama tersebut, padahal pestisida tersebut berbahaya bagi organisme lain dan lingkungan. Bagaimana
cara mengendalikan hama tikus tanpa menggunakan pestisida sehingga bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan?
”
28 Pertemuan III :
“Kupu-kupu adalah hewan yang unik dan indah. Banyak orang yang menangkap dan mengawetkan hewan ini untuk
dikoleksi dan dijual. Apa yang akan terjadi jika penangkapan kupu- kupu terus dilakukan?
Kegiatan inti
1 Siswa dibagi menjadi 6 kelompok secara heterogen, masing-masing
kelompok terdiri dari 5-6 orang. 2
Siswa diberikan masalah dalam bentuk LKS. LKS dibagikan kepada setiap kelompok dengan topik yang berbeda pada tiap
pertemuannya dan harus didiskusikan bersama anggota kelompoknya.
LKS 1 untuk pertemuan I dengan topik: satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem.
LKS 2 untuk pertemuan II dengan topik: aliran energi dalam ekosistem.
LKS 3 untuk pertemuan III dengan topik: pola interaksi antarorganisme.
3 Siswa dibimbing untuk melakukan observasi keluar kelas:
Pertemuan I : Siswa melakukan pengamatan tentang satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem di sekitar
halaman sekolah dan menjawab soal-soal yang ada dalam LKS 1. Pertemuan II : Siswa melakukan pengamatan di sawah dan kebun
singkong mengenai aliran energi dalam ekosistem dan menjawab soal-soal yang ada dalam LKS 2.