Dalam kegiatan pembelajaran, pelaksanaan keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan dua tahapan utama, yaitu tahap pemanasan dan tahap proses
belajar mengajar. Pada tahap pemanasan, guru dapat mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar siswa siap, baik secara mental, emosional maupun
fisik. Kegiatan ini antara lain dapat berupa : pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa ataupun guru, pengulangan bahan pengajaran yang
pernah dipelajari pada waktu sebelumnya, atau kegiatan-kegiatan yang menggugah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta
pendapatsaran siswa, menunjukkan gambar, slide, film, atau benda lain. Sedangkan dalam tahap proses belajar mengajar, guru mengikutkan siswa
secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan
konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya Suryosubroto dalam Anggraini, 2012:13.
Kegiatan pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses memiliki
kelebihan dan kekurangan. Menurut Erikanto dalam Anggraini, 2012:14-15 kelebihan dan kekurangan dari proses belajar mengajar dengan menggunakan
keterampilan proses adalah sebagai berikut : a.
Kelebihannya adalah siswa dapat : 1
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, 2
mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep-konsep pengetahuan,
3 mengembangkan sikap ilmiah dan merangsang rasa ingin tahu siswa,
4 mengurangi ketergantungan siswa terhadap orang lain dalam belajar,
5 menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa,
6 memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan
ilmiah sebagaimana yang biasa dilakukan para saintis. b.
Kekurangannya : 1
membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukannya, 2
jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa memerlukan perhatian guru,
3 memerlukan perencanaan dengan sangat teliti,
4 tidak menjamin bahwa setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai
dengan tujuan pembelajaran, 5
sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama berlangsungnya proses pembelajaran.
C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together NHT
Pembelajaran kooperatif cooperatif learning adalah model pembelajaran
dengan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan materi
pelajaran Suparno, 2007: 134. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dengan membentuk siswa belajar dalam kelompok-
kelompok kecil. Dalam kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan
akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang
diberikan oleh guru, seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim 2000:3 bahwa
pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan
dalam struktur tugas dan tujuan.
Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together NHT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Menurut Trianto 2010:82 pembelajaran kooperatif NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat
kesulitannya terbatas. Menurut Muhammad Nur 2005:78, dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya
yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu, model pembelajaran ini juga memberi
kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan memertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan
semangat kerjasama mereka Lie, 2008 : 59.
Ibrahim 2009:29 mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2.
Pengakuan adanya keragaman Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang. 3.
Pengembangan keterampilan sosial Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Menurut Trianto 2010:82-83 dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh
kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT yaitu: a.
Fase 1: Penomoran Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. b.
Fase 2: Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.
Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. c.
Fase 3: Berpikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d.
Fase 4: Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
Kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Sanjaya 2008: 249 adalah sebagai berikut:
Kelebihan: 1.
Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan.
3. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
4. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar. 5.
Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. 6.
Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan
kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. 8.
Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
Kekurangan: 1.
Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.
2. Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila
guru tidak jeli dalam pelaksanaannya. 3.
Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 3 Metro.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 20122013 yang terdiri dari 7 kelas. Sampel dalam
penelitian ini adalah kelas VII
E
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII
F
sebagai kelas kontrol yang dipilih dengan teknik purposive sampling.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan
menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT tanpa metode praktikum. Hasil pretes, postes, dan N-gain pada kedua kelas kemudian dibandingkan.