PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semest

(1)

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUMDENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN

PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

ADES PANGESTU

Hasil observasi yang diperoleh di SMP Negeri 3 Metro adalah bahwa

keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup masih rendah, karena itu diperlukan solusi untuk meningkatkan KPS siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan KPS siswa dalam pembelajaran adalah menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) terhadap KPS dan aktivitas belajar siswa.

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 3 Metro. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII E dan VII F yang dipilih dari populasi secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes dan


(3)

N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji t dan uji U dengan bantuan program SPSS versi 17. Data kualitatif berupa rata-rata persentase aktivitas siswa dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode

praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa KPS siswa dalam semua aspek (mengobservasi, mengidentifikasi, mencatat data, menginterpretasi dan menginferensi) mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai pretes (35,55); postes (64,58); N-gain (44,07). Peningkatan juga terjadi pada aktivitas belajar siswa dengan rata-rata berkriteria baik. Pada aspek mengemukakan pendapat bernilai sebesar 80,21%; bekerjasama dengan teman 81,25%; melakukan kegiatan diskusi 83,33%; dan menjawab pertanyaan 79,17%. Selain itu, semua siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) berpengaruh dalam meningkatkan KPS dan akivitas belajar siswa.

Kata kunci : metode praktikum, model pembelajaran kooperatif tipe NHT, KPS, aktivitas belajar.


(4)

(5)

(6)

(7)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum ... 11

B. Keterampilan Proses Sains ... 16

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) 21 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel ... 25

C. Desain Penelitian ... 25

D. Prosedur penelitian ... 26

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 33


(8)

xv

B. Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 59

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 61

LAMPIRAN 1. Silabus ... 65

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 71

3. Soal Pretes dan Postes ... 81

4. Lembar Kerja Kelompok (LKK)... 94

5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 129

6. Angket Tanggapan Siswa ... 131

7. Data Hasil Penelitian ... 132

8. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 149

9. Foto-Foto Penelitian ... 161


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya

manusia yang cerdas dan memiliki daya saing yang tinggi. Salah satu elemen yang sangat penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa selain kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Menurut Amri (2013:1) pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Menurut Trianto (2009:1) pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu

mengembangkan potensi siswa sehingga yang bersangkutan mampu

menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dialaminya. Potensi yang dimiliki siswa dapat memperbaiki kualitas pendidikan apabila

dikembangkan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru ketika mengajar.


(10)

Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri maupun potensi yang ada di luar diri siswa (Sanjaya, 2009:26). Pembelajaran adalah suatu proses interaksi (hubungan timbal balik) antara guru dengan siswa. Dalam proses tersebut, guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan pembelajaran (Hamalik, 2009:148). Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila proses pembelajaran berpusat pada siswa (student centered),

sementara guru tidak lagi mendominasi dalam kegiatan pembelajaran,

melainkan siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran (Trianto, 2009:108). Di dalam pembelajaran IPA siswa dituntut agar lebih mandiri dalam belajar, karena dalam pembelajaran IPA yang diutamakan bukan hanya sekedar pengembangan kemampuan akademik saja, melainkan juga kemampuan praktik yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik, pembelajaran ini juga menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat sehingga hal ini dapat mengembangkan

keterampilan proses sains pada diri siswa (BSNP, 2006:149). Keterampilan proses sains siswa sangat penting dikembangkan oleh guru dalam proses pembelajaran, karena akan memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang berorientasi pada


(11)

pengetahuan kemudian mengomunikasikan perolehannya (Suhaeti, dalam Fithria, 2012: 2).

Berdasarkan hasil observasi di SMP Negeri 3 Metro, diperoleh informasi bahwa keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup masih terbilang cukup rendah. Rendahnya keterampilan proses sains siswa dikarenakan dalam proses pembelajaran, guru kurang memfasilitasi siswa dalam mengembangkan keterampilan tersebut. Hasil wawancara dengan guru di SMP Negeri 3 Metro diketahui bahwa dalam proses

pembelajaran dikelas, guru hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi. Metode-metode seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk

mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Di dalam pembelajaran dengan metode ceramah siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru, sehingga siswa cenderung pasif dan lebih konsentrasi dengan dunia mereka sendiri. Sedangkan metode diskusi kurang efektif karena tidak semua siswa terlibat di dalamnya. Di dalam diskusi hanya beberapa siswa saja yang berkontribusi memberikan pendapat, sementara siswa lainnya cenderung pasif. Hal ini juga memperlihatkan tidak adanya tanggung jawab masing-masing individu untuk mencapai keberhasilan bersama dalam sebuah kelompok.

Keadaan yang seperti ini tentunya membutuhkan suatu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa adalah dengan


(12)

mengembangkan keterampilan proses tersebut. Metode pembelajaran yang diduga sesuai untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah metode praktikum. Metode praktikum adalah suatu cara penyajian yang disusun agar siswa dapat secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang dipelajarinya (Winatapura,1993: 219). Selain itu metode ini juga melibatkan aktivitas siswa,menimbulkan rasa ingin tahu, memberikan pengalaman langsung, dan berorientasi pada kegiatan penemuan. Di dalam kegiatan praktikum sangat dimungkinkan adanya penerapan beragam keterampilan proses sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses perolehan pengetahuan (produk keilmuan) dalam diri siswa. Di sinilah tampak betapa praktikum memiliki kedudukan yang amat penting dalam pembelajaran IPA, karena melalui praktikum siswa memiliki peluang mengembangkan dan menerapkan keterampilan proses sains, sikap ilmiah dalam rangka memperoleh pengetahuannya (Subiantoro, 2010:7). Proses pembelajaran akan berjalan secara optimal apabila dalam

pembelajaran guru tidak hanya menggunakan metode pembelajaran saja, tetapi juga disertai dengan model pembelajaran yang tepat. Kombinasi antara metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Model pembelajaran kooperatif Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan salah satu jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2010:82). Model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada siswa untuk


(13)

membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, 2008 : 59).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2012:6) bahwa

penerapan metode praktikum dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup. Demikian pula menurut penelitian yang dilakukan oleh Christina (2012:13) bahwa penggunaan model kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai “Pengaruh Penggunaan Metode Praktikum dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together(NHT) terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Pokok Ciri-ciri Makhluk Hidup”.

Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi ciri-ciri makhluk hidup di SMP Negeri 3 Metro.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup?


(14)

2. Adakah pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup?, dan

2. pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang pembelajaran di kelas yang menggunakan metode praktikum melalui model NHT. 2. Bagi Siswa

Dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga

diharapkan mampu meningkatkan kemampuan proses sains siswa dalam pembelajaran di sekolah.


(15)

3. Bagi Guru/Calon Guru Biologi

Dapat memberikan informasi dan alternatif dalam memilih desain pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang akan dikemukakan, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:

1. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII E sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII F sebagai kelas kontrol SMP Negeri 3 Metro semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Materi pokok pada penelitian ini adalah “Ciri-ciri Makhluk Hidup”

di kelas VII semester 2 dengan kompetensi dasar mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup (KD 6.1).

3. Metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sesuatu yang dipelajari (Sudirman, 1992: 163).

4. Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model

pembelajaran yang memiliki 4 struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban.


(16)

5. Indikator keterampilan proses sains yang diamati meliputi:

mengamati/mengobservasi, merekam/mencatat data, mengidentifikasi, menginterpretasi dan menginferensi/menyimpulkan.

F. Kerangka Pikir

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan saja tetapi juga merupakan proses penemuan. Dalam

pembelajaran IPA, khususnya biologi, sangat diperlukan metode

pembelajaran yang tepat yang dapat melibatkan siswa seoptimal mungkin baik secara intelektual maupun emosional karena pengajaran biologi menekankan pada keterampilan proses sains.

Pengembangan keterampilan proses sains sangat penting dimiliki oleh siswa, namun faktanya KPS di SMP Negeri 3 Metro terutama pada materi ciri-ciri makhluk hidup masih terbilang rendah. Hal ini terjadi karena guru kurang tepat dalam memilih metode dan model pembelajaran, sehingga KPS tidak tergali. Oleh karena itu diperlukan suatu metode dan model pembelajaran yang dapat menggali keterampilan tersebut.

Salah satu metode yang dapat menggali keterampilan ini adalah metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Praktikum adalah suatu metode yang siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri tentang suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari, sehingga hal ini dapat melatih pengembangan keterampilan proses sains dalam diri siswa. Numbered Head Together (NHT) merupakan


(17)

salah satu model pembelajaran kooperatif yang melibatkan banyak siswa dalam memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran. NHT merupakan cara belajar kooperatif atau beberapa kelompok yang anak dikelompokan menjadi beberapa kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. Guru memberi tugas kepada tiap-tiap kelompok. Setiap siswa dalam kelompok harus dapat memahami tugas yang diberikan oleh guru, kemudian guru meminta siswa untuk menjelaskan tugas yang telah diberikan dengan cara memanggil perwakilan kelompok berdasarkan nomor anggota kelompok. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok memiliki tugas untuk menjawab soal yang berbeda.

Dengan memadukan antara metode praktikum dengan model NHT, maka pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada siswa. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan KPS siswa dalam

pembelajaran terutama pada materi ciri-ciri makhluk hidup.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan dua kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan keterampilan proses sains siswa dengan penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada kelas eksperimen, dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tanpa metode praktikum pada kelas kontrol.


(18)

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam skema seperti pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Keterangan : X = Metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

Y = Keterampilan Proses Sains G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. H0 = Tidak ada pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan

keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

H1 = Ada pengaruh penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT meningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

Y X


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Praktikum

Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

melaksanakan di keadaan nyata, apa yang diperoleh dari teori dan pelajaran praktik (KBBI, 2001:785). Menurut Sudirman (1992:163) metode praktikum adalah cara penyajian pelajaran kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sesuatu yang dipelajari. Hal ini

didukung pula oleh Winatapura (1993:219) yang menyatakan bahwa metode praktikum adalah suatu cara penyajian yang disusun secara aktif untuk mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang dipelajarinya. Melalui praktikum, peserta didik dapat memiliki banyak pengalaman, baik berupa pengamatan langsung atau bahkan melakukan percobaan sendiri dengan objek tertentu. Tidak diragukan lagi bahwa melalui pengalaman langsung (first-hand experiences), peserta didik dapat belajar lebih mudah dibandingkan dengan belajar melalui sumber sekunder, misalnya buku. Hal tersebut sangat sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa anak belajar dengan pola inactive melalui perbuatan (learning by doing) akan dapat


(20)

mentrasnfer ilmu pengetahuan yang dimilikinya pada berbagai situasi (Tresna Sastrawijaya, 1998 : 17).

Kegiatan praktikum merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran IPA khususnya Biologi, sehingga IPA disebut dengan experimental science. Hal itu sejalan dengan pendapat Sagala (2005:220) yang menjelaskan bahwa proses belajar mengajar dengan praktikum ini berarti siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik

kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Di dalam kegiatan praktikum sangat dimungkinkan adanya penerapan beragam keterampilan proses sains sekaligus pengembangan sikap ilmiah yang mendukung proses perolehan pengetahuan (produk keilmuan) dalam diri siswa. Disinilah tampak betapa praktikum memiliki kedudukan yang amat penting dalam pembelajaran IPA, karena melalui praktikum siswa memiliki peluang mengembangkan dan menerapkan keterampilan proses sains, sikap ilmiah dalam rangka memperoleh pengetahuannya (Subiantoro, 2010: 7). Menurut Suparno (2007: 77), kegiatan praktikum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu praktikum terbimbing atau terencana dan praktikum bebas.

Kegiatan siswa dalam praktikum terbimbing hanya melakukan percobaan dan menemukan hasilnya saja, seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru. Langkah-langkah percobaan, peralatan yang harus digunakan, serta objek yang harus diamati atau diteliti sudah ditentukan sejak awal oleh guru. Sedangkan kegiatan siswa dalam praktikum bebas lebih banyak dituntut


(21)

untuk berpikir mandiri, bagaimana merangkai alat percobaan, melakukan percobaan dan memecahkan masalah, guru hanya memberikan permasalahan dan objek yang harus diamati atau diteliti. Dalam mengimplementasikan kegiatan praktikum dalam pembelajaran, umumnya siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil antara 2 – 6 orang, tergantung pada ketersediaan alat dan bahan. Pada jenjang pendidikan SMP, umumnya siswa masih kesulitan dalam membangun prosedur percobaannya sendiri, karena itu guru umumnya menyediakan LKS sebagai panduan bagi siswa dalam melakukan praktikum (Suparno, 2007:77).

Sedikitnya ada empat alasan yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan IPA mengenai pentingnya kegiatan praktikum. Pertama, praktikum

membangkitkan motivasi belajar IPA. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar melaksanakan eksperimen. Ketiga,

praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Keempat, praktikum menunjang pemahaman materi pelajaran (Woolnough dan Allsop, 1985: 5-8). Pada pelaksanaan praktikum dalam proses pembelajaran, ada

langkah-langkah yang perlu dilakukan agar hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Menurut Djajadisastra (1982, dalam Anggraini, 2012:21-22) ada tiga langkah utama yang perlu dilakukan, yaitu langkah persiapan, langkah pelaksanaan, dan tindak lanjut metode praktikum.

Langkah persiapan diperlukan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan atau kegagalan-kegagalan yang dapat muncul. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam langkah persiapan antara lain menetapkan judul dan tujuan praktikum,


(22)

mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, mempersiapkan tempat praktikum, mempertimbangkan jumlah siswa dengan jumlah alat yang tersedia dan kapasitas tempat praktikum, mempersiapkan tata tertib dan disiplin selama praktikum, serta membuat petunjuk dan langkah-langkah praktikum.

Pada langkah pelaksanaan praktikum, siswa melakukan kegiatan praktikum sesuai dengan petunjuk dan langkah-langkah yang telah dibuat pada tahap persiapan praktikum. Langkah-langkah yang dibuat disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan dipraktikumkan. Kegiatan siswa dalam pelaksanaan praktikum adalah mengobservasi( mengamati) percobaan,

mencatat data, menganalisis data, menjawab pertanyaan, menyimpulkan hasil praktikum, dan mengomunikasikan hasil praktikum. Sedangkan guru dalam pelaksanaan praktikum adalah mengawasi proses praktikum yang sedang dilakukan oleh siswa, baik secara menyeluruh maupun perkelompok.

Setelah praktikum dilaksanakan, kegiatan guru selanjutnya adalah melakukan tindak lanjut kepada siswa dengan cara meminta siswa membersihkan dan menyimpan peralatan yang digunakan, mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama praktikum, membuat laporan hasil praktikum, meminta perwakilan siswa untuk mempresentasikan hasil laporan yang telah diperoleh dan dibuat selama kegiatan praktikum berlangsung.


(23)

Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode praktikum dalam pembelajaran menurut Sagala (2005:220) adalah sebagai berikut: Kelebihan:

a. Dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan yang dilakukan sendiri daripada hanya menerima penjelasan dari guru atau dari buku.

b. Dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi tentang sains dan teknologi.

c. Dapat menumbuhkan sikap-sikap ilmiah seperti bekerjasama, bersikap jujur, terbuka, kritis dan bertoleransi.

d. Siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.

e. Memperkaya pengalaman siswa dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis.

f. Mengembangkan sikap berpikir ilmiah.

g. Hasil belajar akan bertahan lama dan terjadi proses internalisasi. Kekurangan:

a. Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah.

b. Setiap praktikum tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena terdapat faktor-faktor tertentu yang berada diluar jangkauan kemampuan. c. Dalam kehidupan sehari-hari tidak semua hal dapat dijadikan materi


(24)

d. Sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.

B. Keterampilan Proses Sains

Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar (BSNP, 2006: 1). Keterampilan dalam mencari tahu atau berbuat tersebut dinamakan dengan keterampilan proses. Keterampilan proses perlu dikembangkan pada peserta didik melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.

Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan atau konsep yang telah dimiliki. Dengan dimilikinya

keterampilan ini, siswa berpeluang untuk mendapatkan konsep-konsep baru atau informasi-informasi baru yang diperlukan. Keterampilan proses

merupakan wahana penemuan dan pengembangan konsep. Di lain pihak, konsep-konsep yang telah dikembangkan siswa berperan pula sebagai penunjang berkembangnya keterampilan itu (Hadiat, 1993:10).

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, yaitu keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan-keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam


(25)

keterampilan, yakni : mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan

keterampilan-keterampilan terintegrasi terdiri dari : mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik,

menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Funk dalam Dimyati dan Mudjiono, 1999:140).

Ada 10 indikator keterampilan proses sains yang harus dikuasai oleh siswa yang sedang belajar sains, yang dapat diuraikan dalam tabel berikut ini : Tabel 1. Proses-proses Sains dan definisinya

No Proses Sains Keterangan

1 Observasi Mencermati objek/gejala alam, baik gejala kebendaan

maupun gejala peristiwa, dengan menggunakan beragam indera untuk mengidentifikasi atribut atau aspek-aspek gejala tersebut.

2 Klasifikasi Menata atau membagi objek, gejala, informasi, dalam kelompok-kelompok berdasarkan metode atau sistem tertentu.

3 Mengukur Melakukan pengamatan kuantitatif melalui proses

membandingkan objek/gejala dengan ukuran/ sistem standar.

4 Merekam/mencatat data Mengumpulkan berbagai informasi tentang objek atau gejala yang mengilustrasikan situasi khusus.

5 Mengidentifikasi

variabel

Mengenali karakteristik objek atau faktor-faktor dalam gejala baik yang bersifat tetap atau berubah akibat perbedaan kondisi.

6 Menginterpretasi data Menganalisis dan mengorganisasikan data dengan menentukan pola atau hubungan antar data.

7 Memprediksi Membuat dugaan akan gejala yang akan terjadi atau

kondisi yang diharapkan.

8 Inferensi Membuat kesimpulan berdasarkan penalaran logis untuk

menjelaskan pengamatan.

9 Generalisasi Menggambarkan kesimpulan umum dari bagian-bagian

yang ada.

10 Membuat keputusan Mengidentifikasi dan memilih alternatif tindakan dari beberapa pilihan berdasarkan argumen atau temuan.


(26)

Keterampilan proses dalam pembelajaran bertujuan mengembangkan

sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu dirangsang agar menunjukkan jati dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang di tuntut (Hamalik, 2009:149).

Adapun kemampuan-kemampuan yang hendak dikembangkan dalam keterampilan proses menurut Hamalik (2009:150-151) ada 7 jenis yaitu sebagai berikut:

a. Mengamati

Siswa harus mampu menggunakan alat-alat inderanya: melihat,

mendengar, meraba, mencium, dan merasa. Dengan kemampuan ini, dia dapat mengumpulkan data/informasi yang relevan dengan kepentingan belajarnya.

b. Menggolongkan/mengklasifikasikan

Siswa harus terampil mengenal perbedaan dan persamaan atas hasil pengamatannya terhadap suatu objek, serta mengadakan klasifikasi berdasarkan ciri khusus, tujuan atau kepentingan tertentu. Pembuatan klasifikasi memerlukan kecermatan dan melakukan penelitian.


(27)

c. Menafsirkan (menginterpretasikan)

Siswa harus memiliki keterampilan menafsirkan fakta, data, informasi, atau peristiwa. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan percobaan atau penelitian sederhana.

d. Meramalkan

Siswa harus memiliki keterampilanmenghubungkan data, fakta, dan informasi. Siswa dituntut terampil mengantisipasi dan meramalkan

kegiatan atau peristiwa yang mungkin terjadi pada masa yang akan datang. e. Menerapkan

Siswa harus mampu menerapkan konsep yang telah dipelajari dan dikuasai kedalam situasi atau pengalaman baru. Keterampilan itu digunakan untuk menjelaskan apa yang akan terjadi dan dialami oleh siswa dalam proses belajarnya.

f. Merencanakan penelitian

Siswa harus mampu menentukan masalah dan variable-variabel yang akan diteliti, tujuan, dan ruang lingkup penelitian. Dia harus menentukan langkah-langkah kerja pengumpulan dan pengolahan data serta prosedur melakukan penelitian.

g. Mengkomunikasikan

Siswa harus mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan menyampaikan perolehannya, baik proses maupun hasil belajarnya kepada siswa lain dan peminat lainnya.


(28)

Dalam kegiatan pembelajaran, pelaksanaan keterampilan proses sains dapat dilakukan dengan dua tahapan utama, yaitu tahap pemanasan dan tahap proses belajar mengajar. Pada tahap pemanasan, guru dapat mengarahkan siswa pada pokok permasalahan agar siswa siap, baik secara mental, emosional maupun fisik. Kegiatan ini antara lain dapat berupa : pengulasan langsung pengalaman yang pernah dialami siswa ataupun guru, pengulangan bahan pengajaran yang pernah dipelajari pada waktu sebelumnya, atau kegiatan-kegiatan yang

menggugah dan mengarahkan perhatian siswa antara lain meminta pendapat/saran siswa, menunjukkan gambar, slide, film, atau benda lain. Sedangkan dalam tahap proses belajar mengajar, guru mengikutkan siswa secara aktif guna mengembangkan kemampuan-kemampuan siswa antara lain kemampuan mengamati, menginterpretasikan, meramalkan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian, serta mengkomunikasikan hasil penemuannya (Suryosubroto dalam Anggraini, 2012:13).

Kegiatan pembelajaran yang menerapkan keterampilan proses memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Erikanto (dalam Anggraini, 2012:14-15) kelebihan dan kekurangan dari proses belajar mengajar dengan menggunakan keterampilan proses adalah sebagai berikut :

a. Kelebihannya adalah siswa dapat :

1) dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran,

2) mengalami sendiri proses untuk mendapatkan konsep-konsep pengetahuan,

3) mengembangkan sikap ilmiah dan merangsang rasa ingin tahu siswa, 4) mengurangi ketergantungan siswa terhadap orang lain dalam belajar,


(29)

5) menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa,

6) memiliki keterampilan-keterampilan dalam melakukan suatu kegiatan ilmiah sebagaimana yang biasa dilakukan para saintis.

b. Kekurangannya :

1) membutuhkan waktu yang relatif lama untuk melakukannya, 2) jumlah siswa dalam kelas harus relatif kecil, karena setiap siswa memerlukan perhatian guru,

3) memerlukan perencanaan dengan sangat teliti,

4) tidak menjamin bahwa setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran,

5) sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama berlangsungnya proses pembelajaran.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

Pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) adalah model pembelajaran dengan siswa dibiarkan belajar dalam kelompok, saling menguatkan, mendalami, dan bekerjasama untuk semakin menguasai bahan/ materi pelajaran (Suparno, 2007: 134). Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran dengan membentuk siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam kelompok-kelompok ini siswa yang dipilih memiliki tingkat kemampuan berbeda dari segi budaya, jenis kelamin dan kemampuan akademiknya. Sebagai anggota kelompok, siswa bekerjasama untuk membantu dan memahami suatu bahan pelajaran serta tugas-tugas yang diberikan oleh guru, seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim (2000:3) bahwa


(30)

pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama siswa dan saling ketergantungan dalam struktur tugas dan tujuan.

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Menurut Trianto (2010:82) pembelajaran kooperatif NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model

pembelajaran ini dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya terbatas. Menurut Muhammad Nur (2005:78), dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu, model pembelajaran ini juga memberi

kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan memertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, 2008 : 59).


(31)

Ibrahim (2009:29) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu:

1. Hasil belajar akademik stuktural

Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. 2. Pengakuan adanya keragaman

Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial

Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.

Menurut Trianto (2010:82-83) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT yaitu:

a. Fase 1: Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

c. Fase 3: Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d. Fase 4: Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab


(32)

Kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Sanjaya (2008: 249) adalah sebagai berikut:

Kelebihan:

1. Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.

2. Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan. 3. Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.

4. Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5. Dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial. 6. Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.

7. Dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.

8. Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Kekurangan:

1. Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.

2. Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.

3. Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.


(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 3 Metro.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Metro Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 7 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIIE sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIF sebagai kelas kontrol yang dipilih dengan teknik purposive sampling. C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tanpa metode praktikum. Hasil pretes, postes, dan N-gain pada kedua kelas kemudian dibandingkan.


(34)

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kelompok pretes perlakuan postes I O1 X O2 II O1 C O2 Gambar 2. Desain pretes-postes kelompok ekuivalen

Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretes; O2 = Postes

X = Perlakuan menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT; C= Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Riyanto, 2001: 43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

a. Pembuatan surat izin penelitian pendahuluan ke SMP Negeri 3 Metro, tempat diadakannya penelitian.

b. Observasi ke SMP Negeri 3 Metro, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian. c. Penetapan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

d. Pengambilan data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Pembentukan kelompok diskusi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa.


(35)

f. Pembuatan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan penuntun praktikum untuk setiap pertemuan.

g. Pembuatan instrumen evaluasi yaitu soal pretes dan postes berupa soal pilihan jamak beralasan dan uraian.

h. Pembuatan lembar observasi aktivitas siswa.

i. Pembuatan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan pembelajaran menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk kelas eksperimen, dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

a. Kelas Eksperimen 1) Kegiatan Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretes berupa soal pilihan jamak beralasan dan uraian pada pertemuan pertama.

b) Siswa diberikan apersepsi oleh guru :

Pertemuan 1: a). “Apakah yang kalian rasakan ketika kepala kalian

terbentur tembok?” kemudian menanyakan “Apakah tembok


(36)

demikian? b).“Apakah perbedaan antara makhluk hidup dan benda

mati?”

Pertemuan 2: a). “Siapa yang tadi pagi tidak sarapan? Apakah yang

akan terjadi jika kalian tidak makan selama 1 hari penuh?”

c) Siswa diberi motivasi oleh guru:

Pertemuan I: memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari materi Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Pertemuan 2: menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari cara mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya.

d) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai. 2) Kegiatan Inti

a) Eksplorasi :

 Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri dari 8 kelompok yang heterogen berdasarkan tingkat intelegensi dan jenis kelamin).

 Masing-masing siswa diberi kartu bernomor sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi tugas (sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap kelompok


(37)

yang harus dikerjakan bersama, dan menjelaskan cara mengerjakan LKK tersebut.

Pertemuan 1 : LKK tentang ciri makhluk hidup : bergerak, iritabilitas, bernafas dan adaptasi.

embang biak (reproduksi), dan ekskresi.

Pertemuan 2 : LKK tentang ciri makhluk hidup : tumbuh dan berkembang,memerlukan makan, berkembang biak dan ekskresi.

Siswa bekerja sama dalam melakukan percobaan dan pengamatan, serta mencatat data hasil pengamatan yang telah dilakukan bersama kelompoknya dengan penuh rasa ingin tahu dan bertanggung jawab b) Elaborasi :

 Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk

mengidentifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menyimpulkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan.

 Masing-masing kelompok diminta untuk mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan.

 guru memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari masing-masing kelompok dengan nomor yang sama

mengangkat tangannya lalu menyampaikan jawabannya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan bimbingan guru.

Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban-jawaban yang diajukan.


(38)

c) Konfirmasi :

 Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa.

 Siswa dan guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya-jawab tentang materi yang belum dipahami atau belum dipahami oleh siswa

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran pada setiap pertemuan.

b) Siswa diberikan tes akhir (postes) untuk pertemuan terakhir. b. Kelas Kontrol

1) Kegiatan Pendahuluan

a) Siswa mengerjakan soal pretes mengenai mengenai ciri-ciri makhluk hidup untuk pertemuan pertama.

b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa :

Pertemuan 1: a). “Apakah yang kalian rasakan ketika kepala kalian

kebentur tembok?” kemudian menanyakan “Apakah tembok

tersebut juga akan memberikan respon yang sama?” mengapa

demikian? b). “Apakah perbedaan antara makhluk hidup dan benda

mati?”

Pertemuan 2: “Siapa yang tadi pagi tidak sarapan? Apakah yang akan terjadi jika kalian tidak makan selama 1 hari penuh?” c) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan


(39)

Pertemuan 1: memberikan informasi mengenai manfaat mempelajari materi Ciri-ciri Makhluk Hidup

Pertemuan 2 : menunjukkan bidang ilmu pengetahuan lain yang relevan dalam mempelajari cara mengidentifikasi Ciri-ciri Makhluk Hidup seperti taksonomi, klasifikasi, morfologi, fisiologi, dan ilmu lainnya.

d) Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan

pembelajaran, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai. 2) Kegiatan Inti

a) Eksplorasi :

 Siswa dibagi menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya, yang terdiri dari 8 kelompok yang heterogen berdasarkan tingkat intelegensi dan jenis kelamin).

 Masing-masing siswa diberi kartu bernomor sehingga setiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi tugas (sesuai dengan topik pertemuan) kepada setiap kelompok yang harus dikerjakan bersama, dan menjelaskan cara mengerjakan LKK tersebut.

Pertemuan I : LKK tentang ciri makhluk hidup : bergerak, iritabilitas, bernafas dan adaptasi.


(40)

Pertemuan 2 : LKK tentang ciri makhluk hidup : tumbuh dan berkembang, memerlukan makan, berkembang biak (reproduksi), dan ekskresi.

b) Elaborasi :

 Siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk mengerjakan LKK dengan penuh rasa tanggung jawab.

 Masing-masing kelompok diminta untuk mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan.

 guru memanggil satu nomor tertentu secara acak dan setiap siswa dari masing-masing kelompok dengan nomor yang sama

mengangkat tangannya lalu menyampaikan jawabannya untuk seluruh kelas secara bergiliran dengan bimbingan guru.

Selanjutnya guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari jawaban-jawaban yang diajukan.

c) Konfirmasi :

 Guru memberikan evaluasi dari hasil tugas kelompok yang telah dikerjakan oleh siswa.

 Siswa dan guru mengadakan refleksi dengan melakukan tanya-jawab tentang materi yang belum dipahami atau belum dipahami oleh siswa.

3) Kegiatan Penutup

a) Siswa menyimpulkan materi pelajaran dan memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.


(41)

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dari nilai pretes,postes dan N-Gain. Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

N-gain = x 100

Keterangan: Spost = skor postes; Spre = skor pretes; Smax = skor maksimum.

Tabel 2. Kriteria N-gain

N-gain Kriteria

g > 0,7 0,7 > g > 0,3

g ≤ 0,3

Tinggi Sedang Rendah

(Loranz dalam Suwandi, 2012: 30) b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas siswa selama proses pembelajaran menggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan angket tanggapan siswa pada akhir pertemuan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data keterampilan proses sains siswaberupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes diperoleh pada awal pembelajaran pertemuan pertama baik

Spost- Spre Smax - Spre


(42)

pada kelas eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes

diperoleh setelah pembelajaran pada pertemuan kedua baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Adapun teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu:

S = x 100

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 :112).

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: aktivitas mengemukakan pendapat,

bekerjasama dalam kelompok, menjawab pertanyaan, dan melakukan diskusi.

R N


(43)

Tabel 3. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Nama

Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa

A B C D E

1 2 3 dst. Jumlah skor Skor maksimum Persentase Kriteria

Keterangan penilaian aktivitas siswa:

A. Kemampuan mengemukakan pendapat/ide 1. Tidak mengemukakan pendapat/ide

2. Mengemukakan pendapat/ide namun tidak sesuai dengan pembahasan

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan B. Bekerjasama dengan teman :

1. Tidak bekerjasama dengan teman (diam saja) 2. Bekerjasama tetapi hanya satu atau dua teman. 3. Bekerjasama baik dengan semua anggota kelompok C. Melakukan kegiatan diskusi

1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok

2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan

3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan D. Menjawab pertanyaan

1. Tidak menjawab pertanyaan

2. Menjawab pertanyaan tetapi tidak relevan dengan materi 3. Menjawab pertanyaan yang relevan dengan materi

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 8 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Angket

tanggapan siswa ini memiliki 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 4.


(44)

Tabel 4. Angket Tanggapan Siswa terhadap Penggunaan Metode Praktikum dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

No Pernyataan S TS

1 Saya senang dan tertarik mempelajari materi ciri-ciri makhluk hidup menggunakan metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari menggunakan metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

3 Saya merasa bosan dalam proses belajar mengajar melalui metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. 4 Metode dan model pembelajaran yang digunakan

menjadikan saya lebih aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

5 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

6 Metode dan model pembelajaran yang digunakan mampu mengembangkan keterampilan proses sains saya. 7 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKK melalui

metode dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. 8 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang

materi pokok yang dipelajari.

F. Teknik Analisis Data 1. Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

a. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan

program SPSS versi 17.

 Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

 Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).


(45)

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

 Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

 Kriteria Uji

- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima - Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:71).

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata

 Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak berbeda secara signifikan.

H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel berbeda secara signifikan.

 Kriteria Uji

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:13).

2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

 Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.


(46)

H1 = Rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

 Kriteria Uji :

- Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

- Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak (Pratisto. 2004:10).

3) Uji Mann-Whitney U

 Hipotesis

H0 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama

 Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima d. Pendeskripsian Keterampilan Proses Sains Siswa

Untuk mendeskripsikan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran Biologi adalah sebagai berikut:

a. Pemberian skor sesuai rubrik penilaian lalu memasukkan ke dalam Tabel 5.

Tabel 5. Rubrik penilaian keterampilan proses sains siswa No Nama Siswa

Indikator

Skor Nilai Nomor Soal

A B C D E

1 3 7 6 2 4 8 5

1 2 3 4 5 Dst

Jumlah tiap soal

jumlah tiap indikator

jumlah skor maksimum tiap

indikator

nilai yang diperoleh

Kriteria

Keterangan: A = Mengobservasi; B = Mengidentifikasi; C = Mencatat data; D = Menginterpretasi; E = Menginferensi; (Budiarti, 2009: 32).


(47)

b. Penjumlahan skor seluruh siswa.

c. Penentuan skor tiap indikator keterampilan proses sains seluruh siswa dengan menggunakan rumus:

P = f x 100 N

Keterangan : P = Poin yang dicari; f = jumlah poin keterampilan proses sains yang diperoleh; N = jumlah total poin keterampilan proses sains tiap indikator. Sumber: (Sudijono, 2004: 40). d. Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan proses

sains tersebut disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut: Tabel 6. Kriteria keterampilan proses sains siswa

Poin Kriteria 80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,1-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah (Fithria, 2012:37). 2. Data Kualitatif

Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa. Langkah–langkah yang dilakukan yaitu:

a. Penghitungan rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

% 100 x n xi

 

Keterangan:  = Rata-rata skor aktivitas siswa, ∑xi = Jumlah skor maksimal yang diperoleh, n = Jumlah skor maksimum (Sudjana, 2002:69).


(48)

Selanjutnya menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Aktivitas Siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 7.

Tabel 7. Kriteria tingkat aktivitas belajar siswa Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Hidayati (2011:17).

Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Metode Praktikum dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode

praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan siswa berisi 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

a. Penghitungan skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 8.

Tabel 8. Skor per jawaban angket

Sifat Pernyataan Skor

1 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan: S = setuju; TS = tidak setuju (Rahayu, 2010:29).

b. Tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket sesuai Tabel 9.


(49)

Tabel 9. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(Rahayu, 2010:31).

c. Penghitungan persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100  

maks in S S X

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaba Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69). d. Penafsiran persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan praktikum

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sesuai Tabel 10.

Tabel 10. Tafsiran persentase jawaban tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(Hendro dalam Hastriani, 2006:43)

No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

3 S

TS

dst. S

TS

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75 1 – 50

0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Sebagian kecil Tidak ada


(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup. 2. Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT meningkatan aktivitas belajar siswa. B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan metode praktikum dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif metode dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Dalam mengerjakan pretes dan postes sebaiknya dilakukan di hari yang berbeda dengan hari yang digunakan untuk proses belajar mengajar, agar tidak mengganggu waktu proses pembelajaran.


(51)

3. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar pembuatan soal di LKK dan soal pretes-postes, hendaknya dapat lebih memperhatikan indikator menginterpretasi yang masih kurang meningkat dalam penelitian ini.

4. Pembelajaran menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk itu sebaiknya guru lebih cermat dan tepat dalam


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anggraini, B. 2012. Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Budiarti, Y. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Terhadap Keterampilan Proses Sains Ipa Biologi Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Christina. 2012. Keberkesanan Penggunaan Kaedah Pembelajaran Kooperatif Permainan Panggil Nomor (NHT) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (Skripsi). Malaysia: Kampus Batu Lintang.

Depdiknas. 2004. Pedoman khusus pengembangan silabus berbasis kompetensi SMP mata pelajaran Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djajadisastra, J. 1982. Metode-Metode Mengajar. Bandung : Angkasa.

Elly, P.S. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together Untuk Meningkatkan Kemampuan Proses Sains Siswa Dalam Pembelajaran Biologi (Skripsi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Fithria, D.M. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(53)

Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadiat. 1993. Alam Sekitar Kita Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grasindo.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational Research Methodology.

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.

Hamalik, O. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

KBBI, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas.

Jakarta: Gramedia.

Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel%20Semnas%20 FMIPA2010%20UNY.pdf pada Selasa, 18 Oktober 2011 4.37 a.m. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 17. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) pada Kelas VII MTs Guppi Natar (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(54)

Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Subiantoro, A.W. 2010. Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA (Makalah). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudirman, N, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT Tarsito Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Suhaeti, E. 2011. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Topik Energi Bunyi”. (Skripsi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Oleh Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tresna, Sastrawijaya. 1998. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Prenada Media Group.

Usman, M. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winatapura, Udin. 1993. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Woolnough, B dan T. Allsop. 1985. Practical Work In Science. Cambridge: Cambridge University Press.


(1)

Tabel 9. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(Rahayu, 2010:31).

c. Penghitungan persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut: % 100  

maks in S S X

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaba Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002:69). d. Penafsiran persentase angket tanggapan siswa terhadap penerapan praktikum

dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sesuai Tabel 10.

Tabel 10. Tafsiran persentase jawaban tanggapan siswa terhadap penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

(Hendro dalam Hastriani, 2006:43) No. Pertanyaan Angket Pilihan Jawaban Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 S

TS

2 S

TS

3 S

TS

dst. S

TS

Persentase (%) Kriteria 100

76 – 99 51 – 75 1 – 50

0 Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Sebagian kecil Tidak ada


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok keanekaragaman ciri-ciri makhluk hidup. 2. Penggunaan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT meningkatan aktivitas belajar siswa.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan metode praktikum dengan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat digunakan oleh guru sebagai salah satu alternatif metode dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi pokok ciri-ciri makhluk hidup.

2. Dalam mengerjakan pretes dan postes sebaiknya dilakukan di hari yang berbeda dengan hari yang digunakan untuk proses belajar mengajar, agar tidak mengganggu waktu proses pembelajaran.


(3)

3. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar pembuatan soal di LKK dan soal pretes-postes, hendaknya dapat lebih memperhatikan indikator menginterpretasi yang masih kurang meningkat dalam penelitian ini.

4. Pembelajaran menggunakan metode praktikum dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT membutuhkan waktu yang cukup lama, untuk itu sebaiknya guru lebih cermat dan tepat dalam


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anggraini, B. 2012. Penerapan Praktikum dengan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (Skripsi).Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Budiarti, Y. 2009. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Terhadap Keterampilan Proses Sains Ipa Biologi Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

BSNP. 2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Christina. 2012. Keberkesanan Penggunaan Kaedah Pembelajaran Kooperatif Permainan Panggil Nomor (NHT) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa (Skripsi). Malaysia: Kampus Batu Lintang.

Depdiknas. 2004. Pedoman khusus pengembangan silabus berbasis kompetensi SMP mata pelajaran Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djajadisastra, J. 1982. Metode-Metode Mengajar. Bandung : Angkasa.

Elly, P.S. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Number Head Together Untuk Meningkatkan Kemampuan Proses Sains Siswa Dalam Pembelajaran Biologi (Skripsi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Fithria, D.M. 2012. Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing (Guided Inquiry) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ciri-Ciri Makhluk Hidup. (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(5)

Furchan, A. 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadiat. 1993. Alam Sekitar Kita Untuk Sekolah Dasar Kelas IV. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hadjar, I. 1999. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Kwantitatif dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grasindo.

Hake, R. R. 1999. Analyzing Change/ Gain Score. American Educational Research Methodology.

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.

Hamalik, O. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

KBBI, 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Lie, A. 2008. Mempraktikkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas.

Jakarta: Gramedia.

Nur, Muhammad. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel%20Semnas%20 FMIPA2010%20UNY.pdf pada Selasa, 18 Oktober 2011 4.37 a.m. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 17. Jakarta: Bumi Aksara.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) pada Kelas VII MTs Guppi Natar (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.


(6)

Sagala, S. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta. Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana.

Subiantoro, A.W. 2010. Pentingnya Praktikum dalam Pembelajaran IPA (Makalah). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudirman, N, dkk. 1992. Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sudjana. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. Bandung: PT Tarsito Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R &D. Bandung: Alfabeta.

Suhaeti, E. 2011. “Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Melalui Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Pada Topik Energi Bunyi”. (Skripsi). Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Oleh Siswa (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Tresna, Sastrawijaya. 1998. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Depdikbud. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Prenada Media Group.

Usman, M. 2002. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Winatapura, Udin. 1993. Strategi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Woolnough, B dan T. Allsop. 1985. Practical Work In Science. Cambridge: Cambridge University Press.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Assalam Lampung Selatan Se

2 27 65

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs N 2 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012)

0 16 61

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajar

0 17 61

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK VIRUS OLEH SISWA

0 6 66

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semest

2 18 54

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN OBSERVASI TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Bintang Lampung Selatan Semester Genap Tahu

8 114 44

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DANPENGUASAAN MATERI SISWA (Kuasi Eksperimen PadaSiswa Kelas VII SMP Negeri Natar Lampung Selatan Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 47

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERTAHANAN TUBUH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA Semester Genap SMA Negeri 1 Bandar Sri

1 4 128

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2

0 3 120

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI DAN KEBUTUHAN MAKHLUK HIDUP TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA ( Studi Eksperimen pada Siswa Kelas III SD N 1 Kedaton Bandar Lampung 2012/2013)

0 5 55