penambahan dan pengurangan plankton relatif sama sehingga kepadatan plankton cenderung tetap.
4. Fase Deklinasi
Fase deklinasi kematian merupakan fase ketika terjadi penurunan jumlah atau kepadatan mikroalga. Kematian sel dapat disebabkan oleh mulai berkurangnya
nutrisi yang tersedia sehingga tidak mampu mendukung pertumbuhan sel, penurunan kualitas air, dan akumulasi metabolit NO
2 -
dan NH
4 +
. Akibatnya laju kematian sel lebih besar dibandingkan dengan laju pertambahan sel Lavens dan
Sorgeloos, 1996.
D. Buah Kakao
Menurut Steenis 1973, klasifikasi buah kakao adalah sebagai berikut: Devisio : Spermatophyta
Sub devisio : Angiospermae Class : Dicotyledon
Ordo : Malvales Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma Species : Theobroma cacao L
Gambar 5. Kulit Buah Kakao
Kakao Theobroma cacao L adalah tanaman perkebunan yang umumnya tumbuh di daerah tropis. Kakao tanaman yang cocok akan naungan Shade Loving
Plant dengan potensi hasil bervariasi 50-120 buahpohontahun. Varietas yang umum terdiri atas Criolo, Forastero, dan Trinitario hibrida yang merupakan hasil
persilangan Criolo dan Forastero Departemen Perindustrian, 2007. Syarat untuk pertumbuhan kakao yang baik yaitu tinggi tempat tanaman kakao
maksimum 1200 m dpl, kemiringan lereng maksimum 40
°
, tanahnya harus memiliki penyimpananketersediaan air maupun saluran yang baik, letak lintang
20
°
LU - 20
°
LS, temperatur optimum 26.6
°
C, intensitas cahaya 75 dari cahaya penuh pada tanaman dewasa, kelembaban 80, dan kecepatan angin ideal 2-5
mdetik akan sangat membantu dalam penyerbukan Departemen Perindustrian, 2007.
Buah kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil limbah dalam jumlah besar, sampai saat ini belum ada pemanfaatan kulit buah kakao
secara optimal. Berdasarkan survei lapangan kulit buah kakao dibuang begitu saja sebagai pupuk tanaman dengan cara ditimbun di sela-sela tanaman kakao
Nuraini, 2006. Padahal ditinjau dari potensinya kulit buah kakao dapat dijadikan suatu produk yang kaya akan bahan organik. Hasil analisis proksimat kompos
kulit buah kakao Tabel 1, serta tepung dan media cair kulit buah kakao Tabel 2.
Tabel 1. Hasil analisis kompos kulit kakao
No Parameter
Kompos Kulit Buah Kakao
1 N-Total
0.6053 2
P-Total 2.964
3 C-Organik
10.025 4
CN Rasio 16.611
Sumber: Wibowo, 2012
Tabel 2. Hasil analisis tepung dan media cair kulit buah kakao
No Parameter
Tepung Kulit Buah Media Cair Kulit Buah
1. N-Total
1,365 0,111
2. P-Total
0,206 0,165
3. NP Rasio
6,626 0,672
Sumber: Laboratorium Politeknik Negeri Lampung, 2013 Setiap tanaman kakao rata-rata dapat menghasilkan ± 30 buahtahun dengan
berat sekitar 300-500 grambuah. Bila digunakan jarak tanam 4 m x 4 m, maka untuk setiap hektar lahan dapat ditanami 625 pohon. Buah kakao yang dapat
dihasilkan sekitar 7,5 tonhatahun. Berat kulit buah kakao mencapai 75 seluruh berat buah atau setara dengan 5,6 tonhatahun Supriyanto, 1989.
Ditinjau dari segi kandungan zat-zat makanan. kulit buah kakao mengandung protein kasar 11,71, serat kasar 20,79, lemak 11,80 dan BETN 34,90
Nuraini, 2006. Lalu menurut Supriyanto 1989, kandungan gizi kulit buah kakao lebih baik dibandingkan dengan limbah perkebunan lainnya seperti pucuk
tebu, kulit kopi, tetes dan lain-lain. Kulit buah kakao mengandung ± 19 protein; 6,2 lemak dan 16 serat kasar. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
untuk memanfaatkan kulit buah kakao antara lain sebagai pakan ternak Anonim, 2001, pembuatan tepung Supriyanto, 1989 dan Muttaqin, 1996, dan pembuatan
ekstrak pektin Endah, 1990