Konsep Bela Negara WAJIB BELA NEGARA DAN PRINSIP PEMBEDAAN

7 4. Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat atau satuan laut atau satuan udara TNI; 5. Unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada di wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia; 6. Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayahnya oleh negara lain sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia; 7. Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk melakukan tindakan kekerasan di wilayah Indonesia atau melakukan tindakan seperti tersebut di atas; 2. pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, baik yang menggunakan kapal maupun pesawat non komersiil; 3. spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia militer; 4. sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital nasional yang membahayakan keselamatan bangsa; 5. aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau yang bekerja sama dengan terorisme dalam negeri atau terorisme dalam negeri yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa; 6. pemberontakan bersenjata; 7. perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan kelompok masyarakat bersenjata lainnya.

2. Konsep Bela Negara

Bela negara yang terdapat dalam pasal 30 UUD 1945 dapat diuraikan dalam dua pengertian yaitu bela negara secara non-fisik dan fisik. Secara non-fisik lebih dititikberatkan kepada tumbuhnya kesadaran untuk menangkal berbagai potensi ancaman, baik dari luar maupun dari dalam. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara : 6 6 Ibid,h. 5-6. 8 a. meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara; b. menanamkan kecintaan terhadap tanah air; c. berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata; d. meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukumundang-undang dan menjunjung tinggi hak asasi manusia; dan e. pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia. Bela negara secara fisik mengandung pengertian bahwa keterlibatan warga negara sipil dalam upaya pertahanan negara dilakukan melalui keterlibatan langsung. Pelibatan warga negara dalam upaya bela negara lazim dikenal dengan istilah mobilisasi. Dalam Dictionary of the International Law of Armed Conflict 7 , istilah mobilisasi dijabarkan sebagai the transition from the state of peace to of a war footing of some or all units of the armed forces. Mobilization is effected by reinforcing the number of personnel, increasing supplies of equipment, reinforcing commands, and setting up new commands and forming new units placed on a war footing. Dari pengertian tersebut, mobilisasi dapat terjadi karena terdapatnya suatu perubahan situasi dari suatu keadaan yang damai menuju pada suatu kondisi yang genting dalam konsep pertahanan dan keamanan, sehingga memaksa negara untuk mengerahkan sejumlah personil meningkatkan cadangan perlengkapan bagi keperluan pertahanan dan keamanan, serta segala sesuatu yang berkaitan dengan hal tersebut. Sedang kondisi sebaliknya dari mobilisasi adalah demobilisasi, yaitu demobilization returns units of the armed forces put on a war footing to peacetime organization. 8 Mobilisasi menurut pasal 1 ayat 2 Undang-undang nomor 27 tahun 1997 tentang Mobilisasi dan Demobilisasi diartikan sebagai tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang telah dibina dan dipersiapkan sebagai komponen kekuatan pertahanan keamanan untuk digunakan secara tepat, terpadu dan terarah bagi penanggulangan setiap ancaman, baik 7 Pietro Verri, Dictionary of the International Law of Armed Conflict, International Committee of the Red Cross, Geneva, 1992, h.72 8 Trihoni Nalesti Dewi, Mobilisasi dan Demobilisasi dalam Hukum Internasional dan Hukum Nasional,Basic Course International Humanitarian Law, Malang, 2002, h.1 9 dari luar negeri maupun dalam negeri. Sedang menurut pasal 1 ayat 5-nya demobilisasi merupakan tindakan penghentian pengerahan dan penghentian penggunaan sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional yang berlaku untuk seluruh wilayah negara yang diselenggarakan secara bertahap guna memulihkan fungsi dan tugas setiap unsur seperti sebelum berlakunya mobilisasi. Tujuan diselenggarakannya demobilisasi sebagaimana diatur dalam pasal 6 Undang-undang yang sama adalah untuk memulihkan kembali fungsi dan tugas umum pemerintahan, kehidupan kemasyarakatan, dengan tetap terpeliharanya kemampuan dan kekuatan pertahanan keamanan negara. Mobilisasi dikenakan terhadap : a. warga negara yang termasuk : anggota ratih, anggota linmas dan diperlukan karena keahliannya; serta b. sumber daya alam, sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional termasuk personil yang mengawakinya.

3. Pengaturan Nasional tentang Pertahanan dan Keamanan Negara