Hakekat Ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

5 berbeda dengan sistem sebelumnya sishankamrata berdasar Undang-undang nomor 20 tahun 1982. Alasan yang mendasari perubahan doktrin pertahanan negara adalah Tap MPR nomor : VIMPR2000 tentang Pemisahan TNI dan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Tap MPR nomor : VIIMPR2000 tentang Peran TNI dan Peran Kepolisian Negara Republik Indonesia.

1. Hakekat Ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

Ancaman terhadap Negara kita beragam bentuknya, yang pada hakekatnya dapat dibedakan ancaman dari luar dan dari dalam. Berakhirnya perang dingin pada awal tahun 90-an sebenarnya berakibat kurangnya ketegangan di dunia. Namun demikian bukan berarti ancaman sebagai suatu negara merdeka dan berdaulat menjadi berkurang ataupun hilang sama sekali. Di kawasan Asia Tenggara, meskipun diantara negara-negara sekawasan sudah terjalin hubungan yang lebih harmonis, salah satunya karena berhasilnya kerjasama ASEAN, bukan berarti tidak ada masalah. Potensi konflik tetap saja ada, misalnya sengketa kepulauan Spratly yang melibatkan beberapa negara di kawasan Laut Cina Selatan beberapa diantaranya adalah negara anggota ASEAN, klaim Blok Ambalat oleh Malaysia yang menimbulkan ketegangan antara Indonesia dan Malaysia, masalah TKI di Malaysia dan Singapura, asap kebakaran hutan di Indonesia yang menimbulkan penderitaan bagi rakyat negara tetangga, bahkan juga hubungan antara Malaysia dan Thailand terkait dengan pemberontakan di Thailand Selatan ataupun antara Singapura dan Thailand karena pengalihan kepemilikan komunikasi, dan lain sebagainya. Dari luar kawasan, masalah Timor Leste yang menyebabkan ketegangan antara Indonesia dan Australia. Dalam perubahan masyarakat internasional dewasa ini persoalan yang timbul acapkali lebih sering diselesaikan melalui cara damai sehingga tidak sampai melahirkan kekerasan bersenjata. Yang berkembang kemudian adalah potensi ancaman dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat terlarang, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa. Potensi ancaman dari luar lainnya adalah dalam bentuk eksplorasi dan eksploitasi 6 sumber daya alam Indonesia yang tidak terkontrol melalui kerjasama dengan pihak asing yang berakibat merugikan negara kita. 4 Sementara ancaman dari dalam adalah adanya kenyataan negara Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan negara kepulauan yang terdiri dari puluhan ribu pulau, bermacam-macam suku bangsa, agama dan kebudayaan. Pluralisme yang demikian dapat menimbulkan hal-hal diantaranya adalah : 5 a. disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah terhadap kebijakan pemerintah pusat; b. keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan pelanggaran hak asasi manusia yang dapat menyebabkan kerusuhan massa; c. upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia; d. potensi konflik antar kelompokgolongan akibat perbedaan pendapat dalam masalah politik, maupun SARA; e. makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional. Mengenai ancaman, pada penjelasan pasal 7 Undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara merinci tentang ancaman militer yaitu ancaman yang menggunakan kekuatan bersenjata yang terorganisasi yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa. Ancaman militer sebagaimana terdapat dalam penjelasan, dapat berbentuk antara lain : 1. agresi berupa penggunaan kekuatan bersenjata oleh negara lain terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa atau dalam bentuk dan cara-cara antara lain : 1. Invasi berupa serangan oleh kekuatan senjata negara; 2. Bombardemen berupa penggunaan senjata lainnya yang dilakukan oleh angkatan bersenjata negara lain; 3. Blokade terhadap pelabuhan atau pantai atau wilayah udara; 4 Budi S. Satari, Pendidikan Pendahuluan Bela Negara danRelevansinya di Era Reformasi, http:www.polarhome.compipermailmarinir2004-February000184.html, diakses pada 13 Maret 2008 5 Ibid. 7 4. Serangan unsur angkatan bersenjata negara lain terhadap unsur satuan darat atau satuan laut atau satuan udara TNI; 5. Unsur kekuatan bersenjata negara lain yang berada di wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia; 6. Tindakan suatu negara yang mengizinkan penggunaan wilayahnya oleh negara lain sebagai daerah persiapan untuk melakukan agresi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia; 7. Pengiriman kelompok bersenjata atau tentara bayaran oleh negara lain untuk melakukan tindakan kekerasan di wilayah Indonesia atau melakukan tindakan seperti tersebut di atas; 2. pelanggaran wilayah yang dilakukan oleh negara lain, baik yang menggunakan kapal maupun pesawat non komersiil; 3. spionase yang dilakukan oleh negara lain untuk mencari dan mendapatkan rahasia militer; 4. sabotase untuk merusak instalasi penting militer dan obyek vital nasional yang membahayakan keselamatan bangsa; 5. aksi teror bersenjata yang dilakukan oleh jaringan terorisme internasional atau yang bekerja sama dengan terorisme dalam negeri atau terorisme dalam negeri yang bereskalasi tinggi sehingga membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa; 6. pemberontakan bersenjata; 7. perang saudara yang terjadi antara kelompok masyarakat bersenjata dengan kelompok masyarakat bersenjata lainnya.

2. Konsep Bela Negara