Faktor Eksternal Faktor-faktor yang menghambat perkembangan UMKM

Tabel 2.1 Analisis Kekuatan dan Kelemahan UKM Faktor-faktor Kekuatan kelemahan Manusia a. motivasi b. pasokan tenaga kerja berlimpah dan upah murah Mutu SDM, teruama pendidikan formal rendah, termasuk kemampuan melihat peluang bisnis terbatas. a. produktivitas etos kerja dan disiplin rendah b. penggunaan tenaga kerja cenderung eksploitatif dengan tujuan mengejar target c. sering menggunakan keluarga sebagai pekerja tidak dibayar. Ekonomi Bisnis a. menggunakan sumber- sumber keuangan informal yang mudah diperoleh. b. mengandalkan bahan baku lokal tergantung jenis produk yang di buat. c. melayani segmen pasar bawah yang tinggi permintaannya proporsi dari populasi paling besar. a. nilai tambah yang diperoleh rendah dan akumulasinya sulit terjadi. b. manajemen keuangan buruk. c. mutu produk belum memenuhi standar pasar dan pelayanan belum menjadi ukuran utama.

B. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang menjadi penghambat berkembangnya UMKM meliputi: 1. Iklim Usaha Belum Kondusif Iklim usaha yang kondusif adalah iklim yang mendorong seseorang melakukan investasi dengan biaya dan resiko serendah mungkin, dan menghasilkan keuntungan jangka panjang yang tinggi Tambunan, 2006. 2. Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan. 3. Implikasi Otonomi Daerah Ketentuan tentang pengurusan perizinan usaha industri dan perdagangan telah diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 408MPPKep101997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Daftar Usaha Perdagangan TDUP dan Surat Izin Usaha Perdagangan SIUP yang berlaku selama perusahaan yang bersangkutan menjalankan kegiatan usaha perdagangannya. Selain itu, ada juga Keputusan Menteri Perindag No. 225MPPKep71997 tentang Pelimpahan Wewenang dan Pemberian Izin di Bidang Industri dan Perdagangan sesuai dengan Surat Edaran Sekjen No. 771SJSJ91997 ditetapkan bahwa setiap perusahaan yang mengurus SIUP baik kecil, menengah dan besar berkewajiban membayar biaya administrasi dan uang jaminan adalah 0 rupiah nihil. Artinya, perizinan tidak dikenakan biaya Wahyuni dkk, 2005. 4. Implikasi perdagangan bebas Tahun 2015 adalah tahun dimana diberlakukannya ASEAN Free Trade Area AFTA. Dengan adanya AFTA seharusnya Indonesia telah mempersiapkan rencana-rencana untuk menghadapi AFTA. Seharusnya AFTA dinilai bukan sebagai ancaman yang menakutkan bagi ekonomi Indonesia tetapi AFTA bisa menjadi titik balik bagi Indonesia untuk bisa unggul di kawasan ASEAN. Dengan pembentukan AFTA Indonesia bisa mengambil peluang melalui pendayagunaan UMKM. Disinilah kesempatan bagi produk- produk UMKM lokal di Indonesia untuk bisa bersaing dipasar globa. Dalam hal ini, mau tidak mau Usaha Kecil dan Menengah UKM dituntut untuk melakukan proses produksi dengan produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar global dengan standar kualitas seperti isu kualitas ISO 9000, isu lingkungan ISO 14000 dan isu Hak Asasi Manusia HAM serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan secara tidak adil oleh negara maju sebagai hambatan Non Tariff Barrier for Trade . Untuk itu maka diharapkan UKM perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik secara keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. 5. Terbatasnya Akses Pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. Dalam memanfaatkan pasar global, UMKM kita bisa belajar ke Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. Ketiga negara tersebut memiliki UMKM yang kontribusinya tinggi terhadap ekspor. Akses pemasaran yang tidak tertembus UMKM ini juga sangat dipengaruhi lemahnya penguasaan Teknologi Informasi TI oleh pelaku UMKM Wahyuni dkk, 2005.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Supriyanto 2006 yang berjudul Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Dan Pengangguran. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam upaya pembangunan ekonomi rakyat, UMKM termasuk koperasi pada saat ini telah dijadikan sebagai sarana kebijakan pembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena, banyaknya peran penting yang dapat diberikan oleh keberadaan UMKM di Indonesia khususnya dalam penyediaan lapangan pekerjaan, mengurangi kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan dan arus urbanisasi berlebihan. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Erwan Agus Purwanto 2007 yang berjudul Mengkaji Usaha Kecil Dan Menengah Untuk Pembuatan Kebijakan Anti Kemiskinan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam Usaha kecil dan menengah sangat penting untuk mengatasi pengangguran karena UKM dapat memberikan kesempatan kerja bagi kelompok miskin yang tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi sehingga sulit untuk memperoleh akses pekerjaan di industri besar. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Supriyanto 2006 yang berjudul Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Sebagai Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM memiliki potensi yang cukup baik, karena ternyata sektor UMKM memiliki kontribusi yang cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap lebih dari 99,45 persen tenaga kerja dan sumbangan PDB sekitar 30 persen.

2.6 Kerangka Konseptual

Menurut Sapto Haryoko dalam Iskandar 2008: 53, kerangka konseptual merupakan model konseptual variabel-variabel penelitian mengenai pertautan teori yang berhubungan dengan model-model yang ingin diteliti, berupa variabel bebas dan variabel terikat. Adapun kerangka konseptual yang akan dihasilkan dari penelitian ini sebagai berikut: Gambar 2.2 Kerangka konseptual UMKM Jumlah Angkatan Kerja Jumlah pengangguran Jumlah Penduduk Miskin BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuisioner quesionnaire yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu Sinulingga, 2011. 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara.

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini dibatasi oleh beberapa aspek sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menganalisis permasalahan yang ada. Aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Angkatan Kerja 2. Pengangguran 3. Penduduk Miskin Ketiga aspek diatas yang hanya akan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan ketiga aspek ini merupakan hal yang paling penting dalam peran UMKM dalam pengurangan jumlah penduduk miskin.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang menjadi objek penelitian dapat didefiniskan sebagai berikut: 1. Angkatan kerja adalah usia yang diharapkan untuk memasuki lapangan pekerjaan. 2. Pengangguran merupakan berapa banyak yang diharapkan penyerapan tenaga kerjanya oleh UMKM. 3. Penduduk miskin adalah keadaan yang harus dikurangi dengan cara penyerapan pengangguran.

3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Guttman. Skala pengukuran Guttman akan mendapatkan jawaban yang tegas, yaitu iya atau tidak, benar atau salah,setuju atau tidak setuju. Pada penelitian ini, setiap responden diharuskan memilih salah satu dari beberapa kategori jawaban yang ada sesuai keadaan yang terjadi sehingga nantinya jawaban-jawaban dari para responden akan disimpulkan untuk memperoleh hasil keseluruhan dari penelitian ini.

3.6 Metode Pengambilan Sampel

Perosedur pengambilan sampel atau responden dilakukan secara purposive sampling, yaitu dengan menentukan sampel atau responden yang dianggap dapat mewakili segmen kelompok UMKM yang dinilai mempunyai pengaruh terhadap Peran UMKM Dalam Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Di Kota Medan. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 50 responden yang terdiri dari para Pengusaha UMKM. Sesuai dengan penelitian sosial menurut Roscoe 1982:253 dalam Taniredja dan Mustafidah 2011:38 memberikan saran-saran untuk penelitian sebagai berikut : 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500. 2. Bila sample dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap katagori minimal 30. 3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate korelasi atau regresi ganda misalnya. Maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 independent + dependent maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50 4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, jumlah anggota sampel masing – masing antara 10 sampai dengan 20.

3.7 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi, diskusi terfokus, wawancara serta penyebaran kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS, buku literatur, internet, jurnal, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai data penunjang.

3.8 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu :

1. Kuisioner Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini yang menjadi repondennya adalah para pelaku UMKM di Kota Medan. 2. Studi Kepustakaan Teknik studi kepustakaan merupakan data informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menerima kajian yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Data dan informasi dapat diperoleh melalui buku-buku, internet, jurnal, tesis dan sebagainya.

3.9 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang sedang terjadi saat penelitian berjalan. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjawab permasalahan utama yaitu untuk mengetahui pentingnya peran UMKM dalam mengatasi pengurangan jumlah penduduk miskin di Kota Medan. Analisis ini akan dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Data yang analisis berupa jawaban-jawaban kuisioner dari para responden yaitu pelaku UMKM di Kota Medan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan 4.1.1 Keadaan Geografis Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas wilayah 265,10 km². Kota Medan terletak antara 3 ˚.27’- 3˚.47’ Lintang Utara dan 98 ˚.35’ -98˚.44’ Bujur Timur di atas permukaan laut. Kota ini merupakan pusat pemerintah Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, barat, selatan dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Dari luas wilayah kota Medan dapat di Presentasikan sebagai berikut 1. Pemukiman 36,3 5. Perusahaan 4,2 2. Perkebunan 3,1 6. Kebun Campuran 45,4 3. Lahan Jasa 1,9 7. Industri 1,5 4. Sawah 6,1 8. Hutan Rimba 1,8 Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2013 yaitu 23,99 ˚C dan suhu maksimum yaitu 32,11 ˚C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya yaitu 21,8˚C dan suhu maksimumnya yaitu 32 ˚C. Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan dan saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata berkisar antara 84 - 85. kecepatan angin rata-rata sebesar 0,48 msec, sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 104,3 mm. Hari hujan di Kota Medan pada tahun 2001 rata- rata per bulan 19 hari dengan rata-rata curah hujan per bulannya 226,0 mm menurut Stasiun Sampali dan 299,5 mm pada Stasiun Polonia. Kota Medan juga merupakan jalur sungai. Paling tidak ada 7 tujuh sungai yang melintasinya, yaitu : 1. Sungai Belawan 2. Sungai Badra 3. Sungai Sikambing 4. Sungai Putih 5. Sungai Babura 6. Sungai Deli 7. Sungai Sulang-SalingSei Kera Pembangunan kependudukan dilaksanakan dengan mengindahkan kelestarian sumber daya alam dan fungsi lingkungan hidup sehingga mobilitas dan persebaran penduduk tercapai optimal. Mobilitas dan persebaran penduduk yang optimal, berdasarkan pada adanya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Persebaran penduduk yang tidak didukung oleh lingkungan dan pembangunan akan menimbulkan masalah sosial yang kompleks, dimana penduduk menjadi beban bagi lingjkungan maupun sebaliknya. Pada tahun 2013, penduduk Kota Medan mencapai 2.135.416 jiwa. Dibandingkan hasil proyeksi penduduk 2013, terjadi pertambahan penduduk sebesar 12.712 jiwa 0,6. Dengan luas wilayah mencapai 265,19 km², kepadatan penduduk mencapai 8.055jiwakm². Gambar 4.1 Peta Kecamatan Kota Medan Tabel 4.1 21 Kecamatan di Kota Medan No Kecamatan Jumlah UMKM 2012 1 Medan Polonia 39 2 Medan Johor 173 3 Medan Marelan 23 4 Medan Maimun 8 5 Medan Deli 167 6 Medan Tembung 320 7 Medan Baru 64 8 Medan Kota 110 9 Medan Labuhan 266 10 Medan Belawan 369 11 Medan Perjuangan 68 12 Medan Sunggal 68 13 Medan helvetia 24 14 Medan Timur 254 15 Medan Barat 103 16 Medan Selayang 177 17 Medan Amplas 63 18 Medan Area 402 19 Medan Tuntungan 81 20 Medan Denai 575 21 Medan Petisah 123 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan, UMKM Data yang Diolah

4.1.2 Tenaga Kerja