pada fase ini adalah tingginya aktivitas fotosintesis yang berguna untuk pembentukan protein dan komponen-komponen penyusun plasma sel yang
dibutuhkan dalam pertumbuhan.
c. Fase Penurunan Laju Pertumbuhan
Fase ini ditandai dengan penurunan laju pertumbuhan. Selain itu, terjadi penurunan pertambahan populasi per satuan waktu bila dibandingkan dengan
fase eksponensial sehingga fase ini disebut juga fase decline.
d. Fase Stasioner
Pada fase ini, pertumbuhan mikroalga mengalami penurunan dibandingkan fase logaritmik. Laju reproduksi sama dengan laju kematian. Dengan demikian
penambahan dan pengurangan jumlah mikroalga relatif sama atau seimbang sehingga kepadatannya tetap. Jumlah sel cenderung tetap diakibatkan sel telah
mencapai titik jenuh.
e. Fase Kematian
Pada fase ini, kepadatan populasi sel mikroalga terus berkurang, sedangkan proses pertumbuhan mikroalga, secara skematik disajikan pada spada Gambar 5.
Gambar 5. Proses skematik pertumbuhan mikroalga pada: 1. fase lag, 2. fase logaritmik, 3. fase penurunan laju pertumbuhan, 4. fase stasioner,
5. fase kematian Fogg, 1975.
H. Dunaliella sp.
Secara morfologi, Dunaliella sp. merupakan mikroalga yang bersifat uniseluler, mempunyai sepasang flagella yang sama panjangnya, sebuah
kloroplas berbentuk cangkir, dan tidak memiliki dinding sel Borowitzka and Borowitzka, 1988. Dunaliella sering juga disebut sebagai flagellata uniseluler
hijau green unicellulair flagellate. Bentuk selnya juga tidak stabil dan beragam, dapat berbentuk lonjong, bulat silindris, dan ellip seperti pada Gambar
6. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, pertumbuhan, dan intensitas sinar matahari Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995. Dunaliella
memiliki kisaran toleransi pH mulai dari pH 1 Dunaliella acidophila sampai pH 11 Dunaliella salina, sedangkan kisaran toleransi suhu, mulai dari -35 ºC
sampai 40 ºC Borowitzka and Borowitzka, 1988. Spesies Dunaliella sp. dapat tumbuh optimal pada pH 6-6,5 dan kisaran suhu antara 22-25 ºC dengan
salinitas air 30-35 ‰ Tjahjo dkk., 2002.