indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dikaitkan dengan konteks kekinian, maka misi pembangunan
disempurnakan lagi dengan mencermati kondisi objektif dalam masyarakat yaitu adanya kesenjangan sebagai tantangan pembangunan.
Fokus dari misi pembangunan ini adalah menanggulangi kesenjangan sosial, mempersiapkan kompetisi global, dan menjaga kesinambungan hidup bangsa
dengan pola pembangunan untuk rakyat, dilaksanakan oleh rakyat sesuai aspirasi yang tumbuh dari rakyat.Keberhasilan Pembangunan desa juga merupakan wujud
adanya efektifitas dan kemampuan serta etos kerja kepala desa dan aparatur pemerintah desa.
Banyak realitas di desa seorang kepala desa tidak memiliki orientasi yang maju dalam menjalankan pemrintahan desa.Hal ini banyak disebabkan banyak
pemerintah desa tidak memiliki visi dan misi serta rencana yang kurang strategisuntuk menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan pada
masyarakat desa dari sosial ekonomi, politik dan fisik.
Pembangunan desa adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahtraan masyarakat yang nyata baik dalam aspek pendapatan,
kesempatan kerja, lapangan usaha, akses terhadap pengambilan keputusan, pembangunan fisik desa, maupun indeks pembangunan manusia.
Pembangunan di desa menjadi tanggungjawab Kepala Desa sebagaimana diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Desa ditegaskan bahwa Kepala Desa mempunyai
tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan,
pembangunan, dan
kemasyarakatan. Kegiatan
pembangunan direncanakan
dalam forum
MUSRENBANGDES, dan hasil dari musyawarah tersebut ditetapkan dalam RKPDES Renca Kerja Pemerintah Desa selanjutnya ditetapkan dalam APBDES.
Dalam pelaksanaan pembangunan kepala desa dibantu oleh perangkat desa dan dapat dibantu oleh lembaga kemasyarakatan desa.
Konsep pembangunan desa menjelaskan pembangunan masyarakat adalah suatu gerakan untuk memajukan suatu kehiduapan yang lebih baik bagi seluruh
masyarakat, dengan partisipasi aktif, bahkan jika mungkin dengan swakarsa inisiatif masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu bagaimana menggugah dan
menumbuh kembangkan partisipasi sangatlah diperlukan untuk proses pembangunan masyarakat itu sendiri DEPDAGRI.
2.2.3 Kemasyarakatan Desa
Kebudayaan yang terdapat pada masyarakat desa masih tergolong masuk dalam kategori yang belum maju dan masih sederhana. Kebanyakan orang menganggap
bahwa masyarakat desa khususnya masyarakat petani masih dianggap secara umum yang mana mereka dianggap seragam atau sama antara masyarakat petani
yang satu dengan yang lain. Kenyataannya malah berbanding terbalik dimana masing-masing petani memiliki ciri yang berbeda misalnya saja pada tingkat
perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang ditanam, teknologi atau alat- alat pertanian yang mereka pergunakan, sistem pertanian yang mereka pakai, dan
juga bentuk kondisi fisik geografiknya. Masyarakat petani bisa dibagi menjadi dua yaitu antara masyarakat petani tradisonal dan petani modern, yang membedakan
antara keduanya adalah bagi kelompok petani yang pertama mereka masih tergantung dan ditentukan oleh alam karena masih rendahnya teknologi dan
pengetahuan mereka, produksi yang mereka hasilkan hanya untuk usaha memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menghidupi keluarganya, dan tidak
mengejar keuntungan sedangkan kelompok petani yang ke dua mereka lebih mengutamakan mendapatkan keuntungan, mereka juga menggunakan teknologi
dan sistem pengelolaan yang modern dan menanam tanaman yang laku di pasaran.
10
Kebudayaan tradisional masyarakat desa merupakan suatu hasil produk dari besar kecilnya pengaruh alam terhadap masyarakat yang bergantung pada alam itu
sendiri. Menurut P. H Landis besar kecilnya pengaruh alam terhadap pola kebudayaan masyarakat desa ditentukan sebagai berikut :
11
a. Sejauh mana ketergantungan mereka terhadap pertanian. b. Sejauh mana tingkat teknologi yang mereka miliki.
c. Sejauh mana sistem produksi yang diterapkan.
Ke tiga faktor diatas menjadikan faktor determinan bagi terciptanya kebudayaan tradisional masyarakat desa yang artinya kebudayaan tradisional akan tercipta
apabila masyarakatnya sangat tergantung pada pertanian, tingkat teknologi yang rendah dan produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
10
Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010, hlm. 63
11
Ibid, hlm. 66
Pola pemukiman penduduk suatu desa merupakan suatu aspek yang dapat menggambarkan dengan jelas bagaimana keterkaitan antara struktur phisik desa
dengan pola kehidupan internal masyarakatnya. Menurut P.H Landis membagi menjadi empat pola pemukiman penduduk yaitu :
12
a. The Farm Village Type FVT Pola pemukiman ini biasanya para keluarga petani atau penduduk tinggal
bersama-sama dan berdekatan di suatu tempat dengan lahan pertanian berada di luar lokasi pemukiman.
b. The Nebulous Farm Type NFT Pola ini hampir sama dengan pola FVT bedanya disamping ada yang tinggal
bersama disuatu tempat terdapat penduduk yang tinggal tersebar di luar pemukiman itu, lahan pertanian juga berada di luar pemukiman itu.
c. The Arranged Isolated Farm Type AIFT Pola pemukiman ini dimana penduduknya tinggal disekitar jalan dan masing-
masing berada di lahan pertanian mereka dengan suatu trade center di antara mereka.
d. The Pure Isolated Farm Type PIFT Pola pemukiman ini penduduknya tinggal dalam lahan pertanian mereka
terpisah dan berjauhan satu sama lain dengan suatu trade center.
2.2.4 Perencanaan Pembangunan Desa
Pembangunan berkembang sesuai dengan perkembangan pemahaman orang tentang tujuan pembangunan. Menurut Said Zainal 2004 Secara umum
“pembangunan dimaksudkan untuk mewujudkan kondisi yang lebih baik di masa
12
Ibid, hlm. 98-99
depan dari pada kondisi yang ada pada waktu sekarang”. Ini mengandung pengertian bahwa masyarakat selalu berada dalam kondisi yang dinamis. Dalam
masyarakat yang dinamis, kondisi masa depan itu berada dalam proses perubahan dan perkembangan sepanjang waktu.
Pembangunan desa adalah proses kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa yang mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 tentang desa sebagaimana dimaksud pada Pasal 63 ayat 2 “bahwa perencanaan
pembangunan desa disusun secara partisipatif oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangan desa, dan menurut ayat 3 bahwa dalam menyusun
perencanaan pembangunan desa wajib melibatkan lembaga kemasyarakatan desa”.
Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pada Pasal 79 undang-undang ini menyatakan bahwa perencanaan pembangunan
desa sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan KabupatenKota. Perencanaan Pembangunan Desa disusun secara
berjangka meliputi: a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 6 enam
tahun; dan b. Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut Rencana Kerja
Pemerintah Desa, merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 satu tahun.