13
akhlak, perilaku yang luhur, dan tanggung jawab. Makna Sinoptik berkenaan dengan pengertian-pengertian yang terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat,
pengetahuan alam yang menuntut nalar masa lampau dan hal-hal yang bernuansa spiritual”.
2.1.3 Perayaan
Perayaan merupakan suatu peristiwa yang disambut secara besar-besaran bagi suatu kaum, bangsa, agama atau negara. Perayaan sendiri umumnya
dilangsungkan untuk menyambut peristiwa-peristiwa penting, seperti perayaan agama, budaya, hari-hari dan tanggal yang bersejarah bagi yang merayakannya.
Etnis tionghoa sendiri dalam kehidupan budayanya memiliki banyak hari perayaanseperti perayaan tahun baru China Imlek, upacara perkawinan, upacara
kematian, perayaan Cheng Beng, tradisi minum teh, dan masih banyak lagi. Masing-masing dari perayaan etnis Tionghoa tersebut memiliki makna yang
penting dan sangat menarik untuk dipelajari. Dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk meneliti makna dari perayaan Perahu Naga.
2.1.4 Masyarakat Tionghoa
Kata masyarakat berasal dari akar kata bahasa Arab syaraka, yang artinya”ikut serta, berperan serta”. Menurut koentjaraningrat dalam Pengantar
Ilmu Antropologi 2005 : 122 , “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya
14
berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama”. Cohen dalam Sosiologi Suatu Pengantar 1992 : 49, “masyarakat ialah sekelompok manusia
yang hidup bersama dalam suatu priode waktu tertentu, mendiami suatu daerah dan akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang
berbeda dari kelompok-kelompok lain. Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah salah satu etnik di Indonesia.
Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang hokkien, Tengnang Tiochiu, atau Thongyin hakka. Dalam bahasa mandarin mereka disebut Tang
ren orang tang. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa di Indonesia mayaritas berasal dari China selatan yang menyebut diri mereka sebagai
orang Tang, sementara yang berasal dari China utara menyebut diri mereka sebagai Han ren orang han.
Masyarakat Tionghoa datang ke Sumatera Utara sekitar abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19 pada zaman penjajahan Belanda. Imigran dari
Cina ini mayoritas berasal dari dua daerah yang berbeda yaitu berasal dari Provinsi Fukien bagian selatan dan provinsi Guandong. Masyarakat Tionghoa di
Medan terdiri atas berbagai kelompok suku bangsa dan satu hal yang dapat membedakan kesukuan mereka adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan.
Ada beberapa suku bangsa Tionghoayang ada di Medan, diantaranya adalah suku Hokkian, Hakka, Khek, Kwong Fu, Ai lo hong, dan Tio chio.
15
Awal kedatangan masyarakat Tionghoa ke Sumatera Utara adalah menjadi kuli kontrak, dan buruh kebun bagi orang Belanda melalui penyalur yang berasal
di Cina dan disalurkan ke Indonesia khususnya kota Medan. Hingga akhir bangsa Belanda mengakui kekalahannya dan meninggalkan Indonesia, maka masyarakat
Tionghoamengambil alih perkebunan Belanda dan menjadikan kebun menjadi ladang untuk mereka mencari nafkah.
2.2 Landasan Teori