8
dikarenakan lokasi penelitian yang terlalu jauh,serta keadaan penulis yang lemah yang tidak dapat melakukan perjalanan jauh, dan keterbatasan ekonomi penulis.
Oleh karena itu, penulis hanya membahas secara umum saja dengan memperoleh data melalui buku-buku, jurnal, artikel, dan melakukan wawancara dengan
masyarakat tionghoa yang masih memahami sejarah dan makna perayaan perahu naga tersebut di daerah medan.
Sesuai dengan fenomena – fenomena yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai makna perayaan
perahu naga dengan judul, “Asal-usul dan Makna Perayaan Perahu Naga Bagi Masyarakat Tionghoa.”
1.2 Batasan Masalah
Untuk menghindari batasan yang terlalu luas, maka penulis membatasi ruang lingkup ini hanya pada “asal-usul perayaan perahu naga dan juga makna
dari upacara perayaan naga tersebut.”
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan diatas, beberapa masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana asal-usul terjadinya perayaan perahu naga ?
2. Apakah makna upacara perayaan perahu naga bagi masayarakat
Tionghoa?
9
1.4 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah penelitian yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka penelitian ini bertujuan :
1. Mendeskripsikan asal usul terjadinya perayaan perahu naga.
2. Mendeskripsikan makna perayaan perahu naga bagi masyarakat Tionghoa.
1.5 Manfaat Penelitian
Sesuai latar belakang,rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang telah penulis uraikan sebelumnya maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif dalam pengembangan keilmuan serta pemahaman tentang asal-
usul dan makna perayaan perahu naga bagi masyarakat luas. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi ataupun dapat menjadi informasi bagi
masyarakat secara umum maupun mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang makna perayaan perahu naga. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
sumber dan pengetahuan bagi penulis pada bidang kebudayaan dan memberi manfaat bagi kelestarian budaya etnis Tionghoa.
10
1.5.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian asal-usul dan makna perayaan perahu naga bagi masyarakat Tionghoa adalah memberikan
pengetahuan bagi masyarakat luas yang pada umumnya belum mengetahui asal- usul dan makna perayaan perahu naga sehingga diharapkan mereka dapat lebih
memahami asal-usul dan makna perayaan perahu naga secara mendalam.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Konsep merupakan rancangan ide pemikirian yang akan dituangkan secara konkret melalui pemahaman dan pengertian dari para ahli. Konsep merupakan
rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret,
11
gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan
oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain KBBI, 1990 : 456.
Konsep merupakan peta perencanaan untuk masa depan sehingga dapat dijadikan pedoman dalam melangkah kedepan. Konsep biasanya dipakai untuk
mendekripsikan dunia empiris yang diamati oleh peneliti, baik merupakan gejala sosial tertentu yang sifatnya abstrak. Untuk memahami hal-hal yang ada dalam
penelitian ini perlu dipaparkan beberapa konsep yaitu:
2.1.1 Asal-usul
Untuk mengetahui asal usul dari perayaan perahu naga ini masih banyak yang kurang mengetahuinya. Bahkan banyak orang hanya mengatakan asal
usulnya adalah “pada zaman dulu kala”. Sebenarnya asal usul perayaan perahu naga ini bermula dari sekitar 2000 tahun yang lalu ketika para penganut
kepercayaan yang ada mempercayai bahwa pertandingan perahu dapat membawa kemakmuran dan kesuburan tanaman. Perayaan mengambil waktu pada saat
musim panas, waktu dimana banyak terjadi bencana dan kematian, dan dimana manusia merasa tidak berdaya atas kekuasaan alam. Pertandingan itu menjadi
simbol atas perlawanan manusia menghadapi alam dan pertarungannya melawan musuh-musuh. Ada pun beberapa kisah yang mendasari asal muasal perayaan ini
adalah kisah seorang menteri yang bernama Qu Yuan. Qu Yuan adalah seorang menteri yang sangat peduli dengan negara dan rakyatnya, namun keluarga dari
12
kerajaan tidak menyukai sang menteri. Oleh karena itu menteri di usir dari negeri Chu. Pengusiran itu membuat menteri Qu Yuan sangat sedih sehingga dia pun
memutuskan untuk melompat ke sungai MiLou. Hal ini membuat warga sangat kehilangan Qu Yuan. oleh karena itu lah warga memutuskan bersama-sama untuk
mencari menteri Qu Yuan dengan menggunakan perahu naga. Namun pada saat itu jasat dari Qu Yuan tidak ditemukan,sehingga membuat para warga menjadi sedih.
akan tetapi mereka tidak berputus asa, mereka terus mencari jasat dari Qu Yuan.
2.1.2 Makna
Menurut Boediono dalam KBBI 2009 : 348, “Makna adalah arti atau maksud yang penting di dalamnya”. Lebih lanjut Nursyrid 2002 : 109
mengemukakan :
“Ada 6 pola makna esensial yang melekat dalam kehidupan masyarakat dan budaya manusia, yaitu : simbol, empirik, estetika, sinoetik perasaan yang
halus, etik dan sinoptik hubungan agama dan filsafat. Makna Simbolik meliputi bahasa, matematika, termasuk juga isyarat-isyarat, upacara-upacara, tanda-tanda
kebesaran dan sebagainya. Makna Empirik mengembangkan kemampuan teoritis, generalisasi berdasarkan fakta-fakta dan kenyataan yang biasa diamati. Makna
Estetik meliputi seni musik, tari, sastra, dan lain-lain, berkenaan dengan keindahan dan kehalusan serta keunikan berdasarkan persepsi subyektif berjiwa
seni. Makna Sinoetik berkenaan dengan perasaan, kesan, penghayatan dan kesadaran yang mendalam. Makna Etik berkenaan dengan aspek-aspek moral,
13
akhlak, perilaku yang luhur, dan tanggung jawab. Makna Sinoptik berkenaan dengan pengertian-pengertian yang terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat,
pengetahuan alam yang menuntut nalar masa lampau dan hal-hal yang bernuansa spiritual”.
2.1.3 Perayaan
Perayaan merupakan suatu peristiwa yang disambut secara besar-besaran bagi suatu kaum, bangsa, agama atau negara. Perayaan sendiri umumnya
dilangsungkan untuk menyambut peristiwa-peristiwa penting, seperti perayaan agama, budaya, hari-hari dan tanggal yang bersejarah bagi yang merayakannya.
Etnis tionghoa sendiri dalam kehidupan budayanya memiliki banyak hari perayaanseperti perayaan tahun baru China Imlek, upacara perkawinan, upacara
kematian, perayaan Cheng Beng, tradisi minum teh, dan masih banyak lagi. Masing-masing dari perayaan etnis Tionghoa tersebut memiliki makna yang
penting dan sangat menarik untuk dipelajari. Dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk meneliti makna dari perayaan Perahu Naga.
2.1.4 Masyarakat Tionghoa
Kata masyarakat berasal dari akar kata bahasa Arab syaraka, yang artinya”ikut serta, berperan serta”. Menurut koentjaraningrat dalam Pengantar
Ilmu Antropologi 2005 : 122 , “Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya
14
berkesinambungan, dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama”. Cohen dalam Sosiologi Suatu Pengantar 1992 : 49, “masyarakat ialah sekelompok manusia
yang hidup bersama dalam suatu priode waktu tertentu, mendiami suatu daerah dan akhirnya mulai mengatur diri mereka sendiri menjadi suatu unit sosial yang
berbeda dari kelompok-kelompok lain. Masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah salah satu etnik di Indonesia.
Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang hokkien, Tengnang Tiochiu, atau Thongyin hakka. Dalam bahasa mandarin mereka disebut Tang
ren orang tang. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa di Indonesia mayaritas berasal dari China selatan yang menyebut diri mereka sebagai
orang Tang, sementara yang berasal dari China utara menyebut diri mereka sebagai Han ren orang han.
Masyarakat Tionghoa datang ke Sumatera Utara sekitar abad ke-16 sampai kira-kira pertengahan abad ke-19 pada zaman penjajahan Belanda. Imigran dari
Cina ini mayoritas berasal dari dua daerah yang berbeda yaitu berasal dari Provinsi Fukien bagian selatan dan provinsi Guandong. Masyarakat Tionghoa di
Medan terdiri atas berbagai kelompok suku bangsa dan satu hal yang dapat membedakan kesukuan mereka adalah bahasa pergaulan yang mereka gunakan.
Ada beberapa suku bangsa Tionghoayang ada di Medan, diantaranya adalah suku Hokkian, Hakka, Khek, Kwong Fu, Ai lo hong, dan Tio chio.
15
Awal kedatangan masyarakat Tionghoa ke Sumatera Utara adalah menjadi kuli kontrak, dan buruh kebun bagi orang Belanda melalui penyalur yang berasal
di Cina dan disalurkan ke Indonesia khususnya kota Medan. Hingga akhir bangsa Belanda mengakui kekalahannya dan meninggalkan Indonesia, maka masyarakat
Tionghoamengambil alih perkebunan Belanda dan menjadikan kebun menjadi ladang untuk mereka mencari nafkah.
2.2 Landasan Teori
Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk mengkaji maupun menganalisis berbagai fenomena dan juga sebagai rujukan utama dalam
memecahkan masalah penelitian didalam ilmu pengetahuan. Sejalan dengan hal tersebut maka dalam sebuah penelitian membutuhkan landasan teori yang
mendasarinya, karena landasan teori merupakan kerangka dasar sebuah penelitian. Untuk mendukung penulis dalam mengkaji asal usul perahu naga dalam
melakukan penelitian maka penulis juga menggunakan Teori Historycal yang dikemukan oleh Marx .
Dalam hal ini penulis penulis tidak menggunakan teori pendekatan atau pun semiotik, disebabkan dalam penelitian ini penulis tidak membahas mengenai
lambang-lambang atau tanda-tanda dari setiap objek tersebut. Dalam hasil penelitian ini penulis mendapatkan banyak dari masyarakat Tionghoa yang tidak
memahami akan makna dari setiap ornamen dari arsitektur perahu naga, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis tidak menggunakan teori semiotik.
16
2.2.1 Historycal
Untuk menganalisis rumusan masalah didalam penelitian ini, yaitu bagaimana asal-usul terjadinya perayaan perahu naga, maka penulis
menggunakan teori historycal yang dikemukan oleh Marx, dalam tahun 1844 telah sampai pada suatu ide sentralnya, ketika menulis sejumlah catatan atau naskah-
naskah kasar yang dikenal sebagai “Manuskrip Ekonomi dan Filsafat” atau Manuskrip Paris. Disinilah untuk pertama kalinya ia memusatkan sesuatu yang
kemudian muncullah ide mengembangkan sebuah teori . Ditingkat ini perkembangan pikiran marx sangatlah kuat dipengaruhi
Ludwig Feuerbach, seorang filosof materialis dan pengkritik Hegel. Marx, secara khusus mempergunakan ide Feurbach tentang esensi manusia atau jenis makhluk.
Produksi manusia secara alamiah adalah perbuatan kreatif. Dan menempatkan takluk kepada hukum-hukum kapital yang imfersonal – tak menyangkut orang
berarti menghancurkan hubungan alamiah antara produsen dan produk. Seberapa jauh konsepsi ini bertahan dalam karya-karyanya yang kemudian menjadi
berbeda, namun ide-ide dari tahun 1844 tetap dapat dibaca didalamnya bagi mereka yang mau.
Didalam teori historycal marx memulai dengan fakta-fakta nyata yang
17
sederhana. Untuk hidup, manusia harus memproduksi alat-alat penyambung hidupnya makanan dan lain sebaginya. Untuk melakukannya mereka harus
berekerjasama didalam suatu pembagian kerja disini terlihat betapa konsep tentang esensi manusiadilibatkan.Setiap tingkat perkembangan produksi itu
sendiri adalah hasil perkembangan sejarah dan hasil pencapaian generasi manusia sebelumnya. Perkembangan produksi mengharuskan keterlibatan bentuk-bentuk
kerjasama, pembagian kerja dan karenanya juga organisasi kemasyarakatan. Didalam penelitian ini, penulis juga akan melihat bagaimana perahu naga
sebagai upaya masyarakat cina dalam memproduksi perahu naga sebagai upaya untuk mencari menteri Qu Yuan yang hilang di sungai MiLou.
Sesuai dengan yang diuraikan dalam teori ini, maka penulis akan mencoba menganalisis bagaimana upaya masyarakat cina untuk bersatu dalam kesadaran
yang mencoba hadapi dan sepakat untuk melakukan sesuatu,yaitu membuat sebuah perahu yang digunakan untuk mencari sang menteri. Menurut sejarah dari
cerita tentang menteri Qu Yuan, Qu Yuan adalah seorang menteri dan sastrawan di kerajaan Chu yang bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya ke sungai pada
tanggal lima bulan lima penanggalan Imlek. Pada saat itu r akyat dari kerajaan Chu mengetahui kejadian tersebut masyarakat pun beramai-ramai menuju
kesungai untuk mencari jasat dari Qu Yuan dengan cara mendayung perahu. Oleh karena itu, setiap tanggal lima bulan lima penanggalan Imlek, mereka melakukan
perlombaan perahu naga untuk memperingati Qu Yuan. Perayaan ini dilakukan
18
pada waktu setahun sekali, dalam perayaan ini mereka juga melakukan tradisi makan kue cang, adapun kaitannya kue cang ini dengan perayaan perahu naga
adalah setelah melompatnya menteri Qu Yuan. Mereka percaya dengan membuang kue cang kedalam sungai dapat mengusir ikan-ikan dan binatang laut,
agar tidak memakan jasat dari Qu Yuan. Pada saat itu lah dalam perayaan perahu naga kue cang menjadi salah satu tradisi yang hingga kini masih dijalankan oleh
masyarakat tionghoa.
2.2 Tinjauan Pustaka