Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

pernah dilakukan sehingga penelitian ini asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kemurniannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian. 8 Ilmu hukum dalam perkembangannya tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai ilmu lainnya. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa perkembangan ilmu hukum selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori. 9 Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. 10 Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis. Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi. 11 Teori menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah 8 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian,Cetakan I, Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 80. 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI-Press, 1986, hal. 6 10 J.J.J. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting, M. Hisyam, Jakarta : UI Press, 1996 , Hal. 203 11 Ibid, hal.122 Universitas Sumatera Utara dirumuskan didalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. 12 Teori diartikan sebagai ungkapan mengenai kausal yang logis diantara perubahan variabel dalam bidang tertentu, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka pikir frame of thinking dalam memahami serta menangani permasalahan yang timbul dalam bidang tersebut. 13 Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati. 14 Dalam teori konvensional, tujuan hukum adalah: ”mewujudkan keadilan rechtsgerechtigheid , kemanfaatan rechtsutiliteit dan kepastian hukum rechtszekerheid .” 15 Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith 1723-1790, Guru Besar dalam bidang filosofi moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasgow University pada tahun 1750, 16 telah melahirkan ajaran mengenai keadilan justice . Smith mengatakan bahwa: “tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian” the end of justice is to secure from injury . 17 Menurut Satjipto Raharjo, 12 Made Wiratha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis, Yogyakarta: Andi,2006, hal. 6. 13 Bintoro Tjokroamidjojo, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional, Jakarta: CV. Haji Mas Agung, 1988, hal. 12 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 35 15 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, Jakarta: Gunung Agung, 2002, hlm. 85 16 Bismar Nasution, Mengkaji Ulang sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Pengukuhan sebagai Guru Besar, USU – Medan, 17 April 2004, hlm. 4-5. Sebagaimana dikutip dari Neil Mac Cormick, “Adam Smith On Law”, Valvaraiso University Law Review, Vol. 15, 1981 hlm. 244 17 Ibid, Universitas Sumatera Utara Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang di sebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak, melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang. 18 Dengan demikian hukum adalah ketentuan tata tertib yang berlaku dalam masyarakat, dimana hukum tersebut dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan keadilan dan kepastian hukum. Dalam literatur dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum . Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu peraturan dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan logis. Jelas dalam arti tidak menimbulkan keragu-raguan multi tafsir dan logis dalam arti karena menjadi suatu sistem norma dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma. Konflik norma yang ditimbulkan dari ketidakpastian aturan dapat berbentuk kontestasi norma, reduksi norma, atau distorsi norma. 19 Rosce Pound menyatakan hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat. 20 Berarti bahwa hukum itu mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat. Teori ini mengetengahkan tentang pentingnya Living Law hukum yang hidup di dalam masyarakat. Dari pandangan Pound ini dapat disimpulkan bahwa unsur 18 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, Cetakan ke V, 2000, hlm. 53 19 Tujuan dan Fungsi Hukum, http:www.sosial-budaya.blogspot.com200905tujuan-dan- fungsi-hukum.html , diakses tanggal 19 Maret 2010. 20 Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat dan Teori Hukum, Bandung: cetakan ke X, 2007, hal. 66 Universitas Sumatera Utara normatif ratio dan empirik pengalaman dalam suatu peraturan hukum harus ada. Kedua-duanya adalah sama perlunya. Artinya, hukum yang ada pada dasarnya berasal dari gejala-gejala atau nilai-nilai dalam masyarakat sebagai suatu pengalaman, kemudian dikonkretisasi menjadi norma-norma hukum melalui tangan-tangan para ahli hukum sebagai hasil kerjanya ratio, yang seterusnya dilegalisasi atau diberlakukan sebagai hukum oleh Negara. 21 Keadilan dapat dipahamkan sebagai suatu keadaan jiwa atau sikap. Pendapat orang yang berada di belakang konsep sudah mempermasalahkan tentang mentalitas manusia. Dalam pandangan ini, orang hanya bisa bertindak adil manakala ia memiliki suatu ciri sikap jiwa yang tertentu. Dengan perkataan lain, keadilan bukanlah sesuatu yang bisa di kutak katik melalui logika atau penalaran, melainkan melibatkan seluruh pribadi seseorang. Menurut Bodenheimer, yang dinamakan adil adalah harus ada persamaan- persamaan dalam bagian yang diterima oleh orang- orang, oleh karena rasio yang di bagi harus sama dengan resiko yang di terima orang- orangnya, sebab apabila orang-orangnya tidak sama maka disitu tidak akan ada bagian yang sama pula, maka apabila orang-orang yang sama tidak menerima bagian yang sama , timbullah sengketa atau pengaduan. Dengan perkataan lain yang dinamakan adil adalah tidak berat sebelah, dimana tiap orang mendapatkan bagian yang sama. Karena dengan demikian akan menghindari dari timbulnya suatu sengketa atau pengaduan. 22 21 Mulhadi, Relevansi Teori Sociological Jurisprudence dalam Upaya Pembaharuan Hukum di Indonesia, Medan, 2005, hal. 9 22 Keadilan dan kepastian hukum, http:yahyazein.blogspot.com200807keadilan-dan- kepastian-hukum.html tgl akses 21 April 2009 Universitas Sumatera Utara Sebagaimana hal ini di pertegas berdasarkan konsep John Rawl tentang keadilan adalah sebagai fairness , yang mengandung asas- asas, bahwa orang- orang yang merdeka dan rasional yang berkehendak untuk mengembangkan kepentingan- kepentingannya hendaknya memperoleh kedudukan yang sama pada saat akan memulainya dan itu merupakan syarat fundamental bagi mereka memasuki perhimpunan yang mereka hendaki. 23 Sedangkan menurut Roscoe Pound keadilan dikonsepkan sebagai hasil- hasil konkrit yang bisa di berikan kepada masyarakat. Dimana menurut Roscoe Pound, bahwa hasil yang diperoleh itu hendaknya berupa pemuasan kebutuhan manusia sebanyak- banyaknya dengan pengorbanan sekecil- kecilnya. Yang mana dengan kata lain semakin meluas banyak pemuasan kebutuhan manusia tersebut, maka akan semakin efektif menghindari pembenturan antara manusia. 24 Bertolak dari berbagai rumusan keadilan sebagaimana di uraikan di atas, maka Aristoteles dalam bukunya “ Rhetorica ” mengatakan bahwa tujuan dari hukum adalah menghendaki keadilan semata- mata dan isi dari pada hukum ditentukan oleh kesadaran etis mengenai apa yang di katakan adil dan apa yang dikatakan tidak adil. Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci dan luhur ialah keadilan dengan memberikan kepada tiap- tiap orang apa yang berhak ia terima serta memerlukan peraturan tersendiri bagi tiap- tiap kasus. Untuk terlaksananya hal tersebut, maka menurut teori ini hukum harus membuat apa yang dinamakan “ Algemeene Regels ” peraturan ketentuan 23 Teori keadilan John Rawls, http:pengetahuanhukum.blogspot.com200905teori- keadilan-john-rawls.html diakses pada tanggal 21 April 2009. 24 Keadilan dan kepastian hukum, Op.cit. Universitas Sumatera Utara umum. Dimana peraturan ketentuan umum ini diperlukan masyarakat demi kepastian hukum. 25 Kepastian hukum sangat diperlukan untuk menjamin ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat karena kepastian hukum peraturan ketentuan umum mempunyai sifat sebagai berikut : 26 a. Adanya paksaan dari luar sanksi dari penguasa yang bertugas mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat- alatnya. b. Sifat Undang- Undang yang berlaku bagi siapa saja. Namun demikian dalam prakteknya apabila kepastian hukum di kaitkan dengan keadilan, maka akan kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini di karenakan di suatu sisi tidak jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip-prinsip keadilan dan sebaliknya tidak jarang pula keadilan mengabaikan prinsip-prinsip kepastian hukum. Kemudian apabila dalam prakteknya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, maka keadilan lah yang harus diutamakan. Alasannya adalah bahwa keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangkan kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit. Jadi, setiap muatan suatu peraturan mesti dapat menimbulkan suatu ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan adanya suatu keadilan dan kepastian hukum. Pajak pada dasarnya merupakan iuran yang berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukum. Pajak ditetapkan oleh 25 Ibid. 26 Ibid. Universitas Sumatera Utara pemerintah, dapat dipaksakan tapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung. Pengenaan pajak di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu pajak negara dan pajak daerah. Pajak negara adalah pajak yang dipungut untuk kepentingan negara atau pemerintah pusat. Termasuk dalam pajak negara ini adalah Pajak Penghasilan PPh, Pajak Pertambahan Nilai PPN, Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Bumi dan Bangunan PBB dan Bea Materai. Sedangkan pajak daerah adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah. Undang-Undang pajak sebagai bagian dari hukum yang mengikat warga negara merupakan elemen penting dalam menunjang pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat di segala bidang. Untuk itu agar dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan ekonomi yaitu dengan cara menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan tersebut, bahkan pajak dalam suatu pemerintahan dianggap sebagai satu-satunya sumber pendapatan negara untuk pembiayaan kegiatan pemerintahan. Jika tidak ada pemasukan dari sisi pajak maka tidak ada kegiatan pemerintahan. 27 Adapun definisi atau pengertian pajak 27 Boediono. Ekonomi Makro, Yogyakarta, BPFE,Cetakan ke-20, 2001, hal.110 Universitas Sumatera Utara menurut Rochmat Soemitro : pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 28 Sehingga hukum pajak merupakan suatu aturan yang ditetapkan oleh pemerintah guna mencukupi pengeluaran dalam anggaran belanja negara. Menurut Adam Smith sebagaimana dikutip oleh Mansury, terdapat empat asas dalam perpajakan yang dikenal dengan Adam Smith’s four cannon s of taxation , yaitu sebagai berikut : 29 1. Keadilan equity , yang berarti bahwa pajak yang dikenakan kepada orang- orang pribadi harus adil dan merata, sesuai dengan kemampuannya untuk membayar dan besarnya manfaat yang diterima. Maknanya, distribusi beban pajak harus adil, dimana setiap wajib pajak harus membayar sesuai dengan bebannya yang wajar. Pemerintah lewat kebijaksanaan fiskal dapat mempengaruhi pilihan-pilihan mengenai distribusi pendapatan dan kekayaan, sehingga distribusi pendapatan dan kekayaan yang wajar dapat tercapai equitable distribution of income and wealth . 2. Kepastian certainty , bahwa pajak harus mengandung kepastian hukum, dan tidak ditentukan secara sewenang-wenang. 3. Tepat waktu dan memudahkan convenience , dimana penagihan dilakukan tepat waktu sehingga tidak memberatkan wajib pajak dan bila perlu diperbolehkan membayar secara cicilan. 28 Mardiasmo, Perpajakan, Yogyakarta: ANDI, Edisi Revisi XII, 2004, hal.1 29 R. Mansury, Pajak Penghasilan Lanjutan, Jakarta: Ind-Hill-Co, hal. 4 Universitas Sumatera Utara 4. Ekonomis dan efisien economy and efficient , dimana biaya pemungutan oleh petugas pajak serta biaya untuk memenuhi kewajiban bagi wajib pajak hendaknya sekecil mungkin. Kemudahan administrasi perpajakan. Struktur pajak yang efisien berkaitan dengan apa yang disebut biaya administrasi pajak administration cost dan biaya kepatuhan compliance cost . Semakin kecil biaya administrasi pajak dan biaya kepatuhan, semakin efisien struktur pajak. Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak objektif yang dikenakan atas bumi dan Bangunan. Objek pajaknya adalah bumi dan bangunan. Yang dimaksud bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya. Sedangkan yang dimaksud bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan. Menurut Suharno, Pajak Bumi dan Bangunan adalah penerimaan pajak pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada daerah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut dimasukkan dalam kelompok penerimaan bagi hasil pajak. 30 Pajak bumi dan Bangunan merupakan pajak yang dikenakan atas harta tak bergerak. Yang dipentingkan adalah objeknya, dan oleh karena itu keadaan atau status orang atau badan yang dijadikan subjek tindakan penting, sehingga 30 Suharno, Potret Perjalanan Pajak Bumi dan Bangunan, Jakarta: Perpustakaan Nasional,2003, hal. 32 Universitas Sumatera Utara tidak mempengaruhi besarnya pajak terutang.Hal ini membuat PBB disebut juga pajak yang objektif. 31 Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan haruslah berdasarkan keadilan, ada dua pendekatan untuk mencapai keadilan dalam pengenaan pajak menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam R. Mansury, yaitu pendekatan manfaat Benefit Principle Approach dan pendekatan kemampuan membayar Ability To Pay Approach . 32 Dikenakannya pajak atas properti menurut pendekatan manfaat benefit principle approach didasarkan pada asumsi bahwa, setiap properti yang dimiliki oleh pribadi-pribadi maupun kelompok dijagadilindungi oleh Negara dengan berbagai perangkat peraturan perUndang-Undangan. Sedangkan menurut pendekatan kemampuan membayar ability to pay approach , dahulu luas penguasaan dan kepemilikan tanah merupakan suatu ukuran yang baik untuk mewakili kemampuan membayar. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 ayat 1 UU PBB yang menjadi Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak NJOP 33 yaitu : harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti. 34 31 Marihot Pahala Siahaan, Pajak Bumi dan Bangunan di Indonesia Teori dan Praktik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009, hal. 78 32 R. Mansury, Op.cit, hal. 8 33 Pasal 6 ayat 1 Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan 34 Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pengertian NJOP tersebut terdapat 3tiga pendekatan penilaian yang dapat dilakukan oleh Direktorat PBB untuk menentukan besarnya NJOP yaitu : 35

1. Pendekatan Data Pasar