Pembentukan Kata Pembentukan Kata Bahasa Indonesia Yang Berasal Dari Bahasa Arab : Kajian Morfologi Generatif

Berdasarkan kebebasannya morfem dapat dibagi menjadi 1 morfem bebas dan 2 morfem terikat. Morfem bebas ádalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan misalnya, pulang, makan, rumah sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabungkan lebih dahulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan, seperti semua afiks dalam bahasa Indonesia dan bentuk-bentuk terikat seperti juang, henti, dan gaul. Menurut Sibarani 2002:37-39 morfem dibagi menjadi 1 morfem derivasional yaitu morfem yang dapat membentuk kata baru dengan cara mengubah baik makna atau kelas kata maupun kedua-duanya. Misalnya, bentuk happy dapat berubah menjadi unhappy dalam hal ini terjadi perubahan makna dan ripe Adj berubah menjadi ripen verb 2 morfem infleksional yaitu morfem yang dapat mengubah seluruh bentuk yang berbeda yang berasal dari bentuk yang sama dengan tidak mengubah kelas kata dan makna tetapi hanya mengubah informasi gramatikal tambahan tentang makna kata yang sudah ada. Misalnya cat dan cats. Keduanya ádalah nomina dan menunjuk kepada benda yang sama tetapi cats bentuk plural berisi informasi tambahan bahwa ada lebih dari satu kucing. Senada dengan pendapat di atas Booij 1988:39 menyatakan bahwa afiks- afiks derivasional merupakan morfem terikat yang digabungkan dengan base untuk mengubah kelas katanya part of speech seperti teach dan sweep adalah verba, jika ditambahkan afiks derivasional {-er} akan menjadi nomina teacher dan sweeper. Jenis kata ini kadang-kadang juga tidak berubah disebabkan afiks derivasional tersebut, seperti like yang berubah menjadi dislike, keduanya berjenis verba. Adapun afiks-afiks infleksional adalah afiks-afiks yang menghasilkan bentuk kata yang berbeda dari sebuah leksem yang sama.

2. Pembentukan Kata

Menurut Bauer 1983: 201 pembentukan kata baru dapat dibagi menjadi 10 yaitu 1 compounding 2 prefixation 3 suffixation 4 conversion 5 back formation 6 clipping 7 blends 8 acronyms 9 word manufacture dan 10 Universitas Sumatera Utara mixed formation, sementara Sibarani 2002:55 mengatakan bahwa proses pembentukan kata baru di dalam morfologi berjumlah 14 buah yang terdiri dari: a. Kata majemuk Compounding merupakan gabungan dua bentuk dasar secara bersama-sama membentuk kata baru. Kata majemuk itu antara lain ada yang terdiri dari noun + noun seperti, woman doctor dan skinhead; verb + noun seperti, breakfast dan play pit; dan noun + verb seperti sunshine dan birth control . b. Afiksasi Affixation adalah penambambahan morfem terikat ke bentuk dasar untuk membentuk sebuah kata. Penambahan bentuk terikat itu ada yang berupa prefiks a-, seperti asleep; be-, seperti befriend; sufiks –dom, seperti kingdom; -ess, seperti stewardess; infiks –um-, seperti sumulat bahasa Batak. c. Reduplikasi Reduplication adalah pengulangan sukukata, morfem atau kata untuk membentuk sebuah kata. Misalnya goody-goody dan wishy-washy. d. Modifikasi Internal Internal Modification yaitu perubahan internal dari base untuk membentuk kata, dengan menambahkan afiks ke morfem afiksasi atau dengan menyalin semua bagian dari morfem untuk membuat perbedaan morfologis. Misalnya: man - men break - broke - broken e. Suplesi Suppletion adalah suatu ketidakmungkinan yang dapat dijadikan aturan umum atau hubungan yang teratur antara bentuk dasar dan kata derivasinya. Misalnya: good - better - best bad - worse - worst f. Akronim Acronyms adalah sesuatu kependekan yang berupa gabungan huruf atau sukukata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang sesuai dengan kaidah fonotaktik bahasa yang bersangkutan. Misalnya: RADAR = Radio Detection and Ranging BIMAS = Bimbingan Masyarakat g. Back Formation yaitu penghapusan afiks dari kata yang ada untuk membentuk kata baru. Misalnya: Universitas Sumatera Utara edit - editor donate - donation h. Blending yaitu menggabungkan dua kata atau lebih untuk membentuk satu kata. Misalnya: brunch breakfast + lunch telex teleprinter + exchange i. Clipping yaitu pengambilan suku kata khusus dalam kata yang selanjutnya dianggap sebagai kata baru. Misalnya: ad advertisement exam examination j. Coinage yaitu pembentukan kata yang tidak kelihatan prosesnya. Misalnya: Xerox Kodak k. Konversi Conversion yaitu proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar berkategori tertentu menjadi kata berkategori lain tanpa mengubah bentuk fisik dari bentuk dasar tersebut. Misalnya: Bentuk laugh, run dan buy bisa dikategorikan sebagai nomina dan verba sementara bentuk dirty, lower, better bisa dikategorikan sebagai adjektiva dan verba. l. Kesalahan etimologi False Etymology yakni salah menganalisis sebuah kata dan menambahkan bagian kata ke bentuk dasar lain untuk membentuk kata baru. Misalnya, sufiks –burger menghasilkan salah analisis bahwa hamburger berasal dari ham plus burger humberger merupakan clipping dari humberger steak. Bentuk burger sudah ditambahkan ke tipe makanan lain, seperti cheeseburger, pizzaburger, salmonburger, dan steakburger. m. Pelesetan Deviating yakni proses pembentukan suatu kata baru dengan mempelesetkan morfem yang ada atau kata dari makna yang terdahulu. Kata yang ada itu dianggap sebagai akronim dari bentuk panjang yang menghasilkan makna baru. Misalnya, kata Soeharto dipelesetkan menjadi SUka HARTa Orang dan SUMUT dipelesetkan menjadi Semua Urusan Mesti Uang Tunai. Universitas Sumatera Utara n. Nama diri Proper name yaitu nama benda, tempat, aktivitas, dan penemuan yang dikaitkan dengan sesuatu atau orang. Contohnya, Washington D.C. untuk George Washington dan District of Colombia untuk Christoper Colombus Sesuai dengan jenis data yang ditemukan pada penelitian ini maka pembentukan kata yang dilakukan hanya dibatasi pada afiksasi, reduplikasi, komposisi dan difokuskan pada afiksasi saja. Afiksasi yaitu proses pembubuhan afiks pada suatu satuan baik satuan tersebut berbentuk tunggal atau kompleks. Di dalam bahasa Indonesia jenis-jenis afiks dapat diklasifikasikan menjadi 1 prefiks, seperti {me-}, {di-}, {ber-}, {ter-}, {se-}, dsb. 2 infiks, seperti {–el-}, {-em-}, {-er-}, dsb. 3 sufiks, seperti {–an}, {-kan}, dan {-i} , dsb. 4 konfiks, seperti {ke-an}, {per-an}, {pe-an}, dsb. 5 kombinasi afiks , yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan bentuk dasarnya seperti {me-kan}, {me-i} dan {ber-kan}. Gabungan afiks dengan bentuk dasarnya dapat menimbulkan perubahan bentuk dan perubahan makna. Misalnya kata pakaian yang berkategori nomina apabila dilekatkan kepada afiks ber- maka kata tersebut berubah menjadi berpakaian yang berkategori verba dan maknanya berubah menjadi ’melakukan sesuatu sesuai bentuk dasar’. Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak Ramlan, 1985:57. Hasil pengulangan itu disebut kata ulang sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar.Berdasarkan bentuk dasar kata yang diulang reduplikasi di dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi empat jenis yaitu 1 pengulangan seluruh, seperti batu-batu 2 pengulangan sebagian, seperti berkata-kata , terguling- guling 3 pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks, seperti rumah-rumahan, kekuning-kuningan dan 4 pengulangan dengan perubahan fonem, seperti gerak gerik, bolak balik. Pemajemukan yaitu gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Kata majemuk ada yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya seperti meja makan, kamar gelap dan ada pula yang terdiri dari kata dan pokok kata seperti daya juang dan ruang baca. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan status komponen-komponen pembentuk kata majemuk, kata majemuk dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu 1 kata majemuk subordinatif substantif yaitu komponen yang pembentuknya berlainan, tidak sederajat seperti, anak tangga, alih bahasa dan tanam paksa 2 kata majemuk subordinatif atributif yaitu kata majemuk yang komponen pembentuknya juga tidak sederajat seperti, hidung belang, kepala dingin dan mulut manis 3 kata majemuk koordinatif, yaitu kata majemuk yang unsurnya tetap, tidak dapat dibalikkan atau ditukar posisinya, seperti lebih besar, putih bersih dan tua bangka.

3. Proses Morfofononologis