yaitu berubahnya sebuah fonem atau bunyi sebagai akibat terjadinya proses morfologis. Misalnya, pengimbuhan afiks {ber-}pada bentuk dasar ajar yang
menyebabkan terjadinya perubahan bunyi, yaitu fonem r berubah menjadi fonem l. Misalnya 4 {ber-}+ ajar = belajar.
4. Kamus
Semua kata yang telah diproses melalui komponen ke tiga, yaitu proses morfofonologis dan tidak mendapat halangan maka kata-kata tersebut langsung
masuk ke kamus dan diberi maknanya. Misalnya 1 Ajal ‘ batas hidup yang telah ditentukan Tuhan, saat mati, janji akan mati’ 2 Ajnas ‘jenis, rupa, macam’.
Adapun pembentukan kata menurut morfologi generatif terdiri dari empat komponen, yaitu 1 Daftar Morfem 2 kaidah pembentukan kata 3 saringan
filter dan 4 kamus.
1. Daftar Morfem DM
Morfologi generatif memiliki prinsip-prinsip dan teknik identifikasi morfem yang sama dengan teknik identifikasi morfem yang dilakukan di dalam
morfologi struktural. Semua morfem yang telah diidentifikasi, dikelompokkan ke dalam dua kategori atau kelas utama yaitu kata pangkal Kp dan afiks. Kata
pangkal dapat dibagi lagi ke dalam dua kelas, yaitu kata pangkal bebas base dan kata pangkal terikat ítems. Semua kata pangkal dikelompokkan ke dalam
kategori-kategori leksikal mayor tertentu seperti nomina pangkal Np ikan, laut, rumah, Verba pangkal Vp ikat, potong, Adjektiva pangkal Adj.p berani,
benar, Adverbia pangkal Adv.p depan, belakang dan numeralia pangkal Num.p seperti, satu, dua dan tiga.
Kata pangkal terikat berupa afiks. Afiks terdiri atas prefiks, sufiks dan infiks. Semua kata pangkal dan afiks didaftarkan dalam daftar morfem dengan
menggunakan kurung berlabel disertai nama kategorinya. Jadi di dalam DM
Universitas Sumatera Utara
ditampilkan sbb: [ikan] np, [pukul] vp, [berani] Adj.p, [meng-]pref., [-kan]suf. Dan [-el-]inf.
Selanjutnya karena pertemuan morfem dengan unit-unit lainnya dapat mengubah bentuk katanya maka kajian morfem dikaitkan dengan proses derivasi
dan infleksi. Katamba 1993:92-100 menjelaskan bahwa infleksi berkaitan dengan kaídah-kaidah sintaktik yang dapat diramalkan, otomatis, sistematik,
bersifat konsisten, dan tidak mengubah identitas leksikal, sedangkan derivasi lebih bersifat tidak bisa diramalkan, berdasarkan kaídah sintaktik, tidak otomatis, tidak
sistematik, dan mengubah identitas leksikal. Selanjutnya Bauer 1988:12-13 berpendapat bahwa derivasi adalah proses morfologis yang menghasilkan morfem
baru, sedangkan infleksi adalah proses morfologis yang menghasilkan bentuk- bentuk kata yang berbeda dari sebuah leksem yang sama. Bauer juga merumuskan
bahwa pembentukan infleksional dapat, diramalkan, sedangkan pembentukan derivasional tidak dapat diramalkan. Misalnya, verba work, otomatis akan
dikenali bentuk Works, worked, working atau worker menjadi workers bentukan infleksional yang teramalkan; berbeda dengan work yang berubah menjadi
worker.
2. Kaidah Pembentukan Kata