Analisis Rubrik Penutup, Analisis Semiotika terhadap rubrik mode pada majalah Ummi

Semua madzhab sepakat atas dasar pemakaian busana muslimah tersebut, tetapi ada perselisihan dalam penetapan bentuk dan batasan busana muslimah sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, beberapa kriteria yang dapat dijadikan standar mode atau batasan-batasan untuk busana muslimah berikut ini tampaknya perlu diperhatikan: a. Bagian tubuh yang boleh kelihatan hanya wajah dan telapak tangan. b. Tekstil yang dijadikan bahan busana tidak tipis atau tembus pandang, karena kain yang demikian memperlihatkan bayangan kulit secara remang-remang. Hadits Nabi SAW: “Dari Usman bin Zaid ia berkata : “ Aku pernah diberi oleh Rasulullah SAW sehelai qibti yang tebal yang dihadiahkan oleh Dihgah Al-Kalbi. Padanya, lalu kuberikan kepada istriku”. Kemudian Nabi SAW bertanya, “mengapa qibti itu tidak kau pakai?” Aku menjawab “Wahai Rasulullah, kain qibti itu kuberikan kepada istriku.” Lalu Nabi bersabda: “suruhlah istrimu agar memberi lapisan dibawahnya, sebab aku khawatir kalau- kalau pakaiannya memperlihatkan bentuk tubuh.” HR. Ahmad c. Modelnya tidak ketat, karena model yang ketat akan menampakkan bentuk tubuh terutama payudara, pinggang dan panggul. Pergunakanlah potongan yang longgar agar lebih sehat, dan memberi keluasan bagi otot untuk bergerak. Salah satu hadits Nabi ada yang menjelaskan tentang hal ini. Yaitu berkata Hafsoh binti Sirin: “saya pernah bertanya kepada Nabi: “ Ya Rasulullah, apakah kita berdosa apabila salah satu diantara kita para perempuan tidak ikut pergi ketanah lapang dihari raya lantaran tidak mempunyai baju panjang dan longgar?” Rasulullah menjawab: “Hendaklah temannya meminjamkan kepadanya bajunya yang longgar itu.” HR. Bukhari d. Tidak menyerupai pakaian laki-laki maupun dalam bertingkah laku. Hadits Nabi SAW besabda: “Dikutuk laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan yang memakai pakaian laki- laki.” HR. An-Nasai e. Bahannya juga sebaiknya tidak terlalu mewah dan berlebihan atau menyolok mata dengan warna yang aneh-aneh hingga menarik perhatian orang. Apalagi jika sampai menimbulkan rasa angkuh dan sombong. 3 Hadits Nabi SAW bersabda: “dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “telah bersabda Rasulullah SAW: “ Barang siapa yang berjalan menyeret kainnya sebagai tanda kebanggaan kesombongan niscaya Allah tidak akan menengoknya kelak dihari kiamat.” HR. Muslim f. Tidak boleh menyerupai busana wanita-wanita kafir, berdasarkan pada haramnya kaum muslimin termasuk wanita menyerupai tasyabuh orang-orang wanita kafir baik dalam berpakaian yang khas pakaian mereka, ibadah, makanan, perhiasan, adat istiadat, maupun dalam berkata atau memuji sesorang yang berlebihan. 4 g. Tidak diberi wewangian atau parfum, syarat ini berdasarkan larangan terhadap kaum wanita untuk tidak memakai wewangian apabila mereka keluar rumah. h. Bukanlah pakaian untuk mencari popularitas, libas syuhrah pakaian popularitas adalah pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih kepopuleran ditengah-tengah orang banyak, baik pakaian itu harganya mahal dan pemakainya berbangga hati dengan pakaian tersebut, atau pakaian bernilai rendah yang 3 Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab, Bandung: PT. Al Bayans, 1997, h.68-69. 4 Bey Arifin, Terjemahan Sunnah Abu Daud, Semarang : CV. Asy Syifa, 1993,h. 518