KERANGKA TEORI Analisis Semiotika terhadap rubrik mode pada majalah Ummi
d. Tidak menyerupai pakaian laki-laki maupun dalam bertingkah laku. Hadits Nabi
SAW besabda: “Dikutuk laki-laki yang memakai pakaian perempuan, dan perempuan
yang memakai pakaian laki- laki.” HR. An-Nasai
e. Bahannya juga sebaiknya tidak terlalu mewah dan berlebihan atau menyolok
mata dengan warna yang aneh-aneh hingga menarik perhatian orang. Apalagi jika sampai menimbulkan rasa angkuh dan sombong.
3
Hadits Nabi SAW bersabda: “dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “telah bersabda Rasulullah SAW: “
Barang siapa yang berjalan menyeret kainnya sebagai tanda kebanggaan kesombongan niscaya Allah tidak akan menengoknya
kelak dihari kiamat.” HR. Muslim
f. Tidak boleh menyerupai busana wanita-wanita kafir, berdasarkan pada
haramnya kaum muslimin termasuk wanita menyerupai tasyabuh orang-orang wanita kafir baik dalam berpakaian yang khas pakaian mereka, ibadah,
makanan, perhiasan, adat istiadat, maupun dalam berkata atau memuji sesorang yang berlebihan.
4
g. Tidak diberi wewangian atau parfum, syarat ini berdasarkan larangan terhadap
kaum wanita untuk tidak memakai wewangian apabila mereka keluar rumah. h.
Bukanlah pakaian untuk mencari popularitas, libas syuhrah pakaian popularitas adalah pakaian yang dipakai dengan tujuan meraih kepopuleran
ditengah-tengah orang banyak, baik pakaian itu harganya mahal dan pemakainya berbangga hati dengan pakaian tersebut, atau pakaian bernilai rendah yang
3
Nina Surtiretna, Anggun Berjilbab, Bandung: PT. Al Bayans, 1997, h.68-69.
4
Bey Arifin, Terjemahan Sunnah Abu Daud, Semarang : CV. Asy Syifa, 1993,h. 518
dipakai agar dianggap sebagai orang yang zuhud. Kedua contoh tersebut motivasinya adalah ingin dilihat orang lain riya.
5
Dalam al- Qur‟an Q.S. al-A‟raf [7] : 26 membahas tentang pakaian,
“ Hai anak cucu Adam Kami telah memperlengkapimu dengan pakaian untuk menutup aurat, dan pakaian yang bagus untuk perhiasanmu. Namun pakaian
rohaniah yang bernama takwa lebih indah lagi. Semuanya itu adalah sebagian tanda-
tanda kekuasaan Allah. Semoga kalian selalu ingat.”
Dan selanjutnya ide dasar pakaian didasarkan pada Q.S. al- A‟raf [7] : 20-
22 yang berbunyi : “Lalu setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya, supaya keduanya
membukakan kemaluannya yang tertutup. Lalu Syaitan membisikkan: “Tuhan
kalian melarang kalian dari mendekati pohon ini, tidak lain supaya kalian tidak jadi malaikat, atau menjadi orang-o
rang yang kekal di syurga ini.” Dan dia bersumpah kepada keduanya: “Sungguh, saya ini hanya menasehati
kalian”. Lalu setan membujuk rayu keduanya dengan tipu muslihat untuk memakan buah
kayu itu. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah olehnya kemaluan masing-masing dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-
daun syurga. Lalu Tuhan menghardik keduanya: “Bukankah Aku telah melarang kalian mendekati kayu itu dan Aku katakan kepada kalian bahwa
setan itu adalah musuh bebuyutan kalian?”.
Ayat diatas mengisyaratkan bahwa Adam AS dan pasangannya tidak sekedar menutupi aurat mereka dengan selembar daun, tetapi daun diatas daun
sebagaimana dipahami dari kata yakhshifani. Mereka lakukan agar aurat mereka benar-benar tertutup dan pakaian yang mereka kenakan tidak menjadi
pakaian mini atau tembus pandang. Ini juga menunjukkan bahwa menutup aurat merupakan fitrah manusia yang diaktualkan oleh Adam AS dan istrinya pada
saat kesadaran mereka muncul.
6
5
H. Salim Bahreisyi, Terjemahan Riyad Ash Shalihin, Bandung: Al- Ma’arif, 1
, h.1.
6
M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Pandangan Ulama Masa Lalu dan Cendekiawan Kontemporer, Jakarta: Lentera Hati, 2004, Cet. Ke-11, h.38.
Dari kisah Adam dan Hawa tersebut peneliti merumuskan bahwa ide dasar pakaian adalah menutup aurat. Namun karena godaan setan, aurat manusia
menjadi terbuka. Dengan demikian, aurat yang ditutup dengan pakaian, akan dikembalikan pada ide dasarnya, yaitu untuk ditutup. Ayat itu juga menegaskan
bahwa pada hakikatnya menutup yang tidak pantas diperlihatkan adalah fitrah manusia yang diaktualkan pada saat ia memiliki kesadaran. Dengan demikian
ide membuka aurat adalah ide setan, dan salah satu kehadiran setan adalah keterbukaan aurat. Menutup aurat termasuk salah satu pesan dakwah yang
terdapat dalam busana. Dalam al-
Qur‟an pakaian disebut dengan sarabil. Kata ini berarti pakaian, apa pun jenis bahannya. Dalam al-
Qur‟an kata ini hanya disebut tiga kali. Dalam Q.S. al-Nahl [16] : 81, dijelaskan sarabil adalah pakaian yang
berfungsi untuk menangkal sengatan panas, dingin dan bahaya dalam peperangan. Dalam Q.S. Ibrahim [14] : 50 dijelaskan tentang siksa yang akan
dialami oleh orang-orang berdosa kelak Pakaian mereka dari pelangkin. Dapat dipahami, bahwa pakaian ada yang menjadi alat penyiksa. Siksa tersebut karena
yang bersangkutan tidak menyesuaikan diri dengan nilai-nilai yang diamanatkan oleh Allah SWT.
7
Dari sekian banyak ayat al- Qur‟an yang berbicara tentang pakaian, dapat
ditemukan beberapa fungsi pakaian atau pesan dakwah yang terdapat dalam busana diantaranya sebagai perhiasan, memelihara pemakaiannya dari sengatan
panas matahari dan dinginnya udara dan dari segala sesuatu yang mengganggu jasmani, dan petunjuk identitas pembeda seseorang dengan yang lain.
7
Waryono Abdul Ghafur, Tafsir Sosial, Mendialogkan Teks dengan Konsep Yogyakarta: el Saq Press, 2005, h. 166.
Busana atau pakaian tidak hanya berkaitan dengan masalah etika dan estetika saja, melainkan juga dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, iklim dan
agama. Oleh karenanya sangat wajar apabila al- Qur‟an banyak membicarakan
masalah pakaian. Bahkan Allah menyuruh memakai pakaian terbaik jika beribadah.
Pesan yang terkandung dalam busana muslimah yaitu wajib hukumnya menutup aurat. Para desainer boleh saja berkreasi sesuai dengan tuntutan zaman
tetapi gaya modis yang diciptakan harus tetap menutup aurat. Dalam al-
Qur‟an menandaskan bahwa Allah SWT memberi manusia pakaian yang berfungsi menutup aurat dan pakaian yang indah sebagai
perhiasan. Rasulullah SAW pun tidak melarang orang yang suka mengikuti perkembangan mode, asal saja memenuhi kriteria busana muslimah.
Busana yang ditampilkan dalam rubrik mode majalah Ummi selalu menampilkan busana dengan tema dan design penuh inspirasi dan ajakan untuk
senantiasa bergerak mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kesehariannya. B.
Semiotika Semiotika berasal dari kata yunani semion, yang berarti tanda.
8
Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika dan poetika.
Semiotika menurut Charles S. Pierce adalah tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin formal tentang tanda-tanda.
9
Yang menjadi dasar dari semiotika adalah konsep tentang tanda: tak hanya bahasa dan sistem
8
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta : Jalasutra, 2008, h. 11.
9
Kris Budiman, Semiotika Visual, Yogyakarta: Buku Baik, 2004, h.3.
komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiripun sejauh terkait dengan pikiran manusia.
10
Penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya manusia hanya dapat bernalar lewat tanda.
Sementara bagi Ferdinad de Saussure, semiologi adalah sebuah ilmu umum tentang tanda,
“suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat”. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bagaimana
terbentuknya tanda-tanda beserta kaidah-kaidah yang mengaturnya. Semiologi menurut Saussure, didasarkan pada anggapan bahwa selama
perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakang sistem tanda pembedaan dan kovensi yang
memungkinkan makna itu. Dengan demikian, bagi Peirce semiotika adalah suatu cabang dari
filsafat, sedangkan bagi saussure semiologi adalah bagian dari disiplin psikologi sosial.
11
1. Konseptualisasi Semiotika
Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Kajian
semiotika dibedakan atas dua jenis, yaitu semiotika komunikasi dan semiotika signifikasi.
12
Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu diantaranya mengasumsikan adanya enam faktor dalam
komunikasi, yaitu pengirim, penerima kode, pesan, saluran komunikasi, dan
10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004, h.12.
11
Kris Budiman, Semiotika Visual, h.3.
12
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006, h. 15.
acuan hal yang dibicarakan. Sedangkan semiotika signifikasi memberikan tekanan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu konteks tertentu.
13
Dalam hal ini yang diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda sehingga proses kognisinya pada penerimaan tanda lebih diperhatikan daripada proses
komunikasinya, karena tujuan berkomunikasi pada hal ini tidak dipersoalkan. Menurut Rahayu Surtiati Hidayat dalam Christomy dan Untung Yuwono
bahwa semiotika tidak dapat disebut dalam bidang ilmu karena fungsinya adalah sebagai alat analisis, cara mengurai suatu gejala. Maka dari itu sebagian orang
menganggap semiotika sebagai ancangan sementara yang lain menggunakannya sebagai metode, meskipun demikian, Art Van Zoest menganggapnya sebagai
cabang ilmu. Namun, terlepas dari perdebatan itu, jelas semiotika bersifat lintas disiplin, mirip filsafat dan logika. Semiotika dapat dimanfaatkan oleh berbagai
bidang ilmu : arsitektur, kedokteran, sinematografi, linguistik, kesusastraan, bahkan hukum dan antropologi untuk memahami tanda. Semiotika adalah teori
dan analisis berbagai tanda dan pemaknaan. Pada dasarnya para semiotikus melihat kehidupan sosial dan budaya sebagai pemaknaan, bukan hakikat esensial
objek.
14
Contohnya adalah, janur kuning yang melengkung di depan gang atau di depan gedung-gedung pertemuan, bagi seseorang yang hendak menghadiri pesta
pernikahan, maka janur kuning tersebut dijadikan suatu tanda adanya pesta pernikahan. Akan tetapi, bagi seseorang yang sedang tidak ingin menghadiri
pesta pernikahan, maka janur kuning tersebut tidak menjadi tanda apapun. Janur
13
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 15.
14
Christomy. T dan Untung Yuwono ed, Semiotika Budaya, Depok, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas
Indonesia, 2004, h. 77-78.
kuning tersebut menjadi tanda bagi seseorang karena ia sudah terbiasa atau sudah menjadi tradisi bagi masyarakat sekitarnya.
Semiotika mengkaji tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu yang bertalian dengan tanda. Kemudian semua jelas dapat menjadi tanda sehingga
tidak ada yang tidak dapat dijadikan topik penelitian semiotika. Dengan kata lain, perangkat pengertian semiotika dapat diterapkan pada semua bidang
kehidupan asalkan persyaratannya terpenuhi, yaitu ada arti yang diberikan, ada pemaknaan, ada interpretasi. Lebih baik lagi, seorang semiotikus dapat bekerja
dimanapun dan kapan pun semiosis berlangsung, baik di dalam maupun di luar komunikasi.
15
Ada dua tokoh semiotika yang perlu kita ketahui. Penulis akan menggambarkan secara singkat kaitan diantara para semiotikus tersebut. Yakni
sejak Ferdinand de Saussure 1857-1913 di Swis dan Charles Sanders Peirce 1834-1914 di Amerika Serikat. Sebenarnya, Saussure tidak pernah berpretensi
menjadi semiotikus karena pusat minatnya adalah bahasa. Namun dialah yang pertama kali mencetuskan gagasan untuk melihat bahasa sebagai sistem tanda.
Dikotomi Saussure yang diterapkan pada tanda: penanda dan petanda akhirnya mempengaruhi banyak semiotikus Eropa. Sedikitnya ada tiga aliran yang
diturunkan dari tanda Saussure. Pertama, semiotik komunikasi yang menekuni tanda sebagai bagian dari proses komunikasi. Kedua, semiotik konotasi, yaitu
yang mempelajari makna konotatif dari tanda. Ketiga, yang sebenarnya merupakan aliran di dalam semiotik komunikasi adalah semiotik ekspansif
dengan tokohnya yang paling terkenal Julia Kristeva. Dalam semiotik jenis ini,
15
Christomy. T dan Untung Yuwono ed, Semiotika Budaya, h. 79.
pengertian tanda kehilangan tempat sentralnya karena digantikan oleh pengertian produksi arti. Tujuan semiotik ekspansif adalah mengejar ilmu total dan
bermimpi menggantikan filsafat.
16
2. Semiotika Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana
tanda.
17
Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya triangle meaning. Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga elemen utama yang
terdiri dari: Tanda sign, Acuan Tanda Object, Pengguna Tanda Interpretant.
Bagi Peirce tanda “is something which stands to somebody for something in some respect or ca
pacity”. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground.
Konsekuensinya, tanda sign atau representamen selalu terdapat dalam hubungan triadic, yakni ground, object, dan interpretan. Atas dasar hubungan
ini Peirce mengadakan klasifikasi tanda.
Ground Object
Interpretant
1. Qualisign
suatu kualitas yang
merupakan 1.
Ikon yaitu tanda yang memiliki
kualitas objek
yang di
1. Rheme yaitu
tanda suatu
kemungkinan kualitatif,
16
Christomy. T dan Untung Yuwono ed, Semiotika Budaya, 82-83.
17
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h.16
suatu tanda. 2.
Sinsign “sin”= “hanya sekali”
: peristiwa
yang merupakan
sebuah tanda. 3.
Legisign =
hukum yang
berupa tanda. Setiap
tanda konvensional
adalah legisign.
denotasikan. 2.
Indeks petunjuk yaitu
tanda yang
mendenotasikan suatu
objek melalui
keterpengaruha nnya
kepada objek itu.
3. Symbol
yaitu sebuah
tanda yang
konvensional. yaitu bahwa
ia mewakili suatu objek
yang mungkin ada.
2. Dicisign
yaitu tanda
eksistensial suatu objek.
3. Argument
yaitu tanda
suatu hukum.
Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya
kata-kata kasar, keras, lembut, lemah dan merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh
yang ada pada urutan kata “air sungai keruh” yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda,
misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.
18
Tanda berdasarkan objeknya, Peirce membagi menjadi tiga bagian yaitu : pertama, Ikon
adalah tanda yang mengandung kemiripan “rupa” resemblance sebagaimana dikenali oleh para pemakainya. Akan tetapi, sesungguhnya ikon
tidak semata-mata mencakup citra realitas seperti pada lukisan atau foto saja, melainkan juga ekspresi-ekspresi semacam grafik-grafik, skema-skema, peta
geografis, persamaan-persamaan matematis, bahkan metafora.
19
Kedua, indeks adalah tanda yang memiliki kaitan fisik, eksistensial atau kausal diantara representamen dan objeknya sehingga seolah-olah akan
kehilangan karakter yang menjadikannya tanda jika objeknya dipindahkan atau dihilangkan. Indeks bisa berupa hal-hal semacam zat atau benda material asap
adalah indeks dari adanya api, gejala alam jalan becek adalah indeks dari hujan yang turun beberapa saat yang lalu, gejala fisik kehamilan adalah indeks dari
sudah terjadinya pembuahan.
20
Ketiga, symbol adalah tanda yang representamennya merujuk kepada objek tertentu tanpa motivasi unmotivated, symbol terbentuk melalui konvensi-
konvensi atau kaidah-kaidah, tanpa adanya kaitan langsung diantara representamen dan objeknya.
21
18
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, h.41.
19
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, Yogyakarta: Buku Baik, 2005, h.56.
20
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, h. 56.
21
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, h. 59.
Menurut hakikat interpretannya, tanda-tanda dibedakan oleh Peirce menjadi rema rheme, tanda disen dicent sign dicisign, dan argumen
argument. Pertama, rema adalah suatu tanda kemungkinan kualitatif, yakni tanda
apapun yang tidak betul dan tidak pula salah.
22
Reme merupakan tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan.
23
Misalnya orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau
menderita penyakit mata dimasuki insekta, atau baru bangun atau ingin tidur. Kedua, dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan
sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan. Ketiga, argument adalah
tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu. Lalu lintas yang menyatakan bahwa disitu sering terjadi kecelakaan.
C. Kelebihan Majalah Sebagai Media Cetak
Majalah adalah terbitan yang berisi artikel, cerita fiktif, yang beredar berkala dan bergambar, diberi sampul dan dijahit seperti buku.
Sementara menurut Hasan Sadhily, majalah adalah : Terbitan berkala, semula hanya khusus menyajikan tulisan-tulisan
dibidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, istilah ini digunakan untuk menyebutkan segala jenis penerbitan berkala yang lebih luas. Isinya meliputi,
segala bentuk karya sastra, liputan jurnalistik, pandangan tentang berbagai topik aktual yang patut diketahui konsumen pembaca. Menurut kala terbitnya dapat
dibedakan atas majalah mingguan, bulanan, tengah bulanan dan lain-lain.
22
Kris Budiman, Ikonisitas: Semiotika Sastra dan Seni Visual, h. 60.
23
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h.42.
Menurut pengkhususan isinya dapat dibedakan atas berita, wanita, remaja, olahraga, sastra, cabang ilmu pengetahuan tertentu dan sebagainya.
24
Awalnya majalah adalah terbitan berkala yang menyajikan tulisan budaya dan ilmu pengetahuan, namun dengan berkembangnya zaman, majalah
pun semakin berkembang. Majalah memiliki arti yang lebih luas dari sebelumnya, isinya mencakup berbagaii bentuk sastra, liputan jurnalistik dan
berbagai topik aktual yang patut diketahui pembaca. Menurut Ensiklopedia pers Indonesia majalah adalah :
Penerbitan berkala yang menggunakan kertas bersampul, memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi ilustrasi maupun foto-foto. Dari segi isi
dibagi dalam dua jenis yakni Majalah umum, yaitu majalah yang memuat karangan-karangan pengetahuan umum, karangan-karangan yang menghibur,
gambar-gambar, olahraga, film, seni, dll. Majalah khusus yakni, majalah yang hanya memuat karangan-karangan mengenai bidang-bidang khusus, seperti
majalah wanita, majalah keluarga, majalah humor, majalah kecantikan, politik, kebudayaan, cerpen, dll.
25
Majalah merupakan penerbitan berkala yaitu penerbitan yang dilakukan terus menerus yang menggunakan kertas sampul dan memuat bermacam-macam
tulisan mengenai politik, ekonomi, sosial, agama, keluarga, remaja, dan sebagainya.
Dari segi isi majalah terbagi menjadi dua yakni : majalah umum dan majalah khusus. Majalah umum berisi tentang masalah-masalah yang bersifat
umum, berisi artikel politik, agama, seni, budaya, ekonomi dan lain-lain. Majalah umum tidak hanya berisikan satu jenis permasalahan tetapi berisikan
24
Hasan Sadhily, Ensiklopedia Indonesia Jilid IV, Jakarta : Ichtiar Baru dan Hove, 1983, h. 2094
25
Kurniawan Effendi, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, h. 154-155
permasalahan dari berbagai bidang. Sedangkan majalah khusus adalah majalah yang berisikan tentang permasalahan khusus menyangkut kepentingan yang
terfokus seperti majalah : khusus wanita, majalah ekonomi, majalah politik, majalah seni dan budaya, majalah komputer dan majalah musik.
Dari definisi-definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa majalah memiliki terbitan berkala yakni, setiap minggu, bulan atau tengah bulan.
Sedangkan menurut isinya, terbagi menjadi dua yakni majalah khusus dan majalah umum.
Jika dilihat dari segi isi yang dituju majalah Ummi merupakan majalah yang wanita dengan penerbitan berkala untuk edisi reguler sebulan sekali, dan
edisi spesial terbit tiga bulan sekali, dikhususkan untuk wanita yang berasal dari kalangan menengah ke atas yaitu, para ibu rumah tangga dan profesional muda
yang berpendidikan tinggi. Bila digolongkan menurut isinya majalah Ummi merupakan majalah
wanita yang berisikan karangan-karangan mengenai dunia wanita, dari masalah- masalah mode, resep makanan, hingga permasalahan keluarga.
Mengenai majalah wanita, dalam jurnalistik masa kini dijelaskan bahwa, majalah wanita adalah bentuk majalah yang berisikan rubrik-rubrik khusus
mengenai dunia wanita, dari masalah-masalah mode, resep makanan, kekeluargaan dan juga dihiasi dengan foto-foto.
Surat kabar atau majalah memiliki keunggulan yang lain dibanding dengan media massa lainnya, keunggulannya antara lain mudah dijangkau oleh
masyarakat karena harganya relatif murah. Meski tidak seaktual surat kabar yang terbit tiap hari, majalah yang terbit tiap mingguan, dwi mingguan atau
bulanan memiliki efek edukasi yang cukup tinggi. Para pengelola majalah juga mempunyai strategi dan gaya penyajian tersendiri agar majalah tetap menarik
untuk dibaca kapan pun dan dimana pun. Majalah juga berperan sebagai penyampai dan penafsir pesan. Terlepas
dari segala kekurangannya, majalah memiliki kelebihan diantaranya adalah : a.
Analisis beritanya lebih panjang lebar jurnalisme interpretative. b.
Dibanding koran, majalah lebih kuat mengikat emosi pembacanya.
c. Memiliki perspektif pandangan nasional sehingga terbatas dari
sentimen kedaerahan. d.
Ia merupakan sumber rujukan sehari-hari yang murah. Majalah membahas segala macam masalah dari yang kecil sampai
masalah yang penting. e.
Interpretasi berita oleh majalah bisa menjadi sumber pendidikan umum. Artikel tentang sejarah, biografi, dsb, bisa menjadi
sumber pengetahuan yang bermanfaat. Selain dengan sifat atau karakteristiknya majalah dapat dijadikan
publikasi yang beraneka ragam. Ciri khas dari majalah adalah dapat dibaca berulang-ulang kali, sehingga dapat dipahami atau dihafal sampai mendetail.
26
Menurut Wilbur Schram yang dikutip oleh Asep Syamsul M. Romli mengatakan bahwa khalayak pembaca akan terpikat minatnya, manakala apa
26
Mafri Amir, Etika Komunikasi Massa dalam Pandangan Islam, Jakarta : Logos, 1999, h. 26-30.
yang mereka baca berkaitan dengan kebutuhannya dan menyajikan sarana tentang cara untuk memperoleh kebutuhan itu.
27
Contoh lain majalah untuk menarik perhatian khalayak adalah cover atau jilidnya yang menarik. Cita rasa khalayak perlu disentuh, sebab daya tarik dan
cita rasa berkaitan satu sama lain, karena bisa memunculkan tekad pembaca untuk bertindak dan berperilaku.
Tabel 3: Perbedaan Surat kabar, Tabloid, Majalah dan Buletin
Perbedaa n
Surat Kabar
Tabloid Majalah
Buletin
Waktu Terbit
Setiap hari
relative umum
Setiap minggu bergantung kebijakan perusahaan relative terbatas tertentu
Bentuk dan
Ukuran Lembaran
kertas buram
dengan luas 42 x
58 cm per halaman
Lembaran kertas dengan kualitas
yang
relative lebih
bagus daripada
surat kabar
dengan luas 29 x 42 cm
per halaman Berbentuk
hampir seperti buku deng an
ukuran bervariasi
ex.tempo,sabili,intis ari , ummi, dll
Bisa berbentuk seperti majalah
tapi lebih tipis atau
hanya semacam
lembaran setengah folio
Sifat Sajian
Formal, kaku
Variatif kreatif bergantung segmentasi
27
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis: Untuk Pemula, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001, Cet. Ke-3, h. 2-4.
Variasi Warna
Minim warna
Lebih banyak
warna Relatif banyak warna
bahkan kadang full colour
Minim warna
tapi bergantung karakteristik
buletin
Harga Relatif
murah Harga
sedang, cenderung mahal
Relatif mahal Relatif murah
Prioritas Berita
Stright news
aktualitas dan
sisi pentingny
a diutamaka
n Feature and soft
news
sisi kemenarikan
hiburan diprioritaskan
Feature,infestigation report and soft news
bergantung segmentasi
Soft news
Prioritas Substansi
Umum Khusus , bergantung segmentasi
D. Pengertian Rubrik
Dalam kamus bahasa Indonesia, “Rubrik adalah kepala karangan ruangan dalam surat kabar, majalah dan sebagainya.”
28
Sedangkan menurut Onong Uchyana Effendy, “ Rubrik adalah ruangan pada halaman surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya. Mengenai aspek
28
Anto Moeliono et,al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1998, h. 756.
kehidupan atau makna kegiatan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya rubrik wanita, olah raga, rubrik pendapat pembaca dan sebagainya.
Sementara menurut Komaruddin, rubrik adalah kepala karangan, bab atau pasal. Di dalam surat kabar atau majalah rubrik sering diartikan sebagai
“Ruangan”, misalnya rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi, rubrik olahraga, dan rubrik kewanitaan.
29
Menurut Harimurti Kridalaksana, rubrik adalah Pers: kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema
tertentu.
30
Dalam rubrik mode atau fashion style diperlihatkan gaya, aksesoris dan pakaian model terbaru yang bisa dipakai oleh semua perempuan khususnya para
profesional muda. Penulis dapat memahami bahwa yang disebut rubrik adalah suatu kepala
karangan, babpasal yang terdapat pada surat kabar atau majalah yang sering diartikan sebagai “ruangan”, misalnya rubrik wanita, rubrik olah raga, rubrik
pendapat, rubrik pembaca, rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi dan lain sebagainya.
Bagian yang terpenting dari sebuah majalah adalah rubrik-rubrik yang dapat dijadikan sebagai inspirasi bagi si pembaca. Rubrik merupakan ruangan
yang terdapat dalam surat kabar yang memuat isi dan berita, ruangan khusus yang dapat dimuat dengan periode yang tetap dengan hari-hari tertentu atau
29
Komaruddin, Kamus Istilah Skripsi dan Tesis, Bandung: Angkasa, 1985, h. 74.
30
Harimurti Kridalaksana, Leksikon Komunikasi, Jakarta : Pradnya Paramita, 1984, h. 89.
beberapa minggu sekali, yang membuat masalah masing-masing sesuai yang ditulis rubrik tersebut.
31
Ada beberapa cara untuk menentukan rubrik dengan menggunakan metode 3N yaitu :
1. Niteni yaitu mengamati media-media yang sudah ada dengan mencari
kelebihan yang bisa diambil dan kelemahan yang harus dibuang. 2.
Niroke yaitu menirukan hal-hal tertentu yang sesuai dengan segmen pembaca.
3. Nambahi yaitu menambahi aspek tertentu sehingga media anda
mempunyai postioning yang unik.
32
Berdasarkan fungsi media, rubrik dapat digolongkan menjadi 4 jenis yaitu :
1. Rubrik yang informatif yang bertujuan memberikan informasi apa
adanya. 2.
Rubrik yang edukatif yang bertujuan mendidik dan mengajarkan sesuatu.
3. Rubrik yang persuasif yang bertujuan membujuk pembaca untuk
setuju pada pendapat tertentu, bahkan mengajak pembaca melakukan sesuatu.
4. Rubrik yang menghibur yang bertujuan untuk menyentuh perasaan
pembaca.
33
31
www.google.co.id . Diakses pada hari Rabu, 23 Maret 2011, jam 10.57.
32
httpwww.glorianet.orgkolomkolomedia.html
33
httpwww.glorianet.orgkolomkolomedia.html
Dari semua pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan mengenai definisi rubrik adalah istilah Belanda yang dapat diartikan sebagai ruangan,
babpasal atau kepala karangan yang terdapat pada surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya mengenai suatu aspek atau kegiatan dalam kehidupan
masyarakat, misalnya rubrik wanita, rubrik olahraga, rubrik pendapat, rubrik pembaca, rubrik tinjauan luar negeri, rubrik ekonomi, rubrik fashion stylemode,
dan lain sebagainya, selain itu rubrik juga merupakan kelompok karangan, tulisan atau berita yang digolongkan atas dasar aspek atau tema tertentu.
E. Pengertian Mode atau Fashion Style.
Dalam kamus bahasa Inggris modefashion atau orang lazim menyebutnya fesyen, yang berarti gaya dan bentuk.
34
Fashion berasal dari bahasa Inggris yang artinya cara, kebiasaan, atau mode. Perkembangan fashion
tidak lepas dari pengaruh informasi, karena informasi merupakan sarana seseorang untuk mengetahui lebih jelas tentang fashion.
35
Fashion dipandang sebagai sinonim dengan kata “cara” atau “perilaku”. Polhemus dan Procter menunjukkan bahwa dalam masyarakat kontemporer
Barat, istilah „fashion’ kerap digunakan sebagai sinonim dari istilah „dandanan‟, „gaya‟, dan „busana‟ Polhemus dan Procter, 1978: 9.
36
Bisa dinyatakan fashion bisa menjadi argumen yang paling jelas dan tampaknya menjadi niscaya dan tak bisa dihindari lagi, pada organisasi sosial
34
Wojowasito dan Wasito, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1961
35
http:adhe-fashion.blogspot.com . Diakses pada 24 Maret 2011. Pukul 10.10 WIB.
36
Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi; Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender, YogyakartaBandung: Jalasutra, 1996, h. 12-33.
dan ekonomi yang ada di dunia. Ini akan benar-benar menjadi prestasi untuk mengklaim bahwa satu hal yang tak terhindarkan, sesuatu yang muncul
mengikuti realitas sosio ekonomi. Dalam pandangan Simmel, Flugel, serta Polhemus dan Procter, fashion adalah suatu produk masyarakat dengan lebih
dari satu kelas di dalamnya dan tempat terjadinya gerak ke atas diantara kelas- kelas baik yang mungkin maupun yang didambakan.
37
Wilson menunjukkan, “fashion adalah wajah seni yang mengalami degradasi atau tak bisa diterima”
Wilson, 1990: 209. Fashion, pakaian dan busana memunculkan sistem penandaan
signifikasi yang menjadi tempat pembentukan dan pengkomunikasian tatanan sosial. Fashion pakaian dan busana dapat bekerja dengan berbagai cara yang
berbeda, namun memiliki kesamaan bahwa beberapa diantaranya merupakan tempat tatanan sosial. Fashion, pakaian, dan busana dapat dianggap sebagai
salah
satu makna
yang digunakan
oleh kelompok
sosial dalam
mengkomunikasikan identitas mereka.
38
Menurut Karina Triasari, selaku Manager Karita Gaya busana muslim
muda Yogyakarta. Fesyenfashion adalah gaya yang mengikuti trend busana pada suatu waktu, dan biasanya yang menjadi perhatian adalah desain,
kepraktisan cara pemakaian dan bahan yang akan digunakan. Ada banyak unsur yang mempengaruhi fesyen atau mode, kombinasi dari unsur tersebut bisa
menjadi acuan fesyen dan bentuk pakaian pada kurun waktu tertentu atau lazim biasanya kita sebut dengan mengikuti trend. Jadi pada intinya ada tiga unsur
yang menjadi perhatian atau mempengaruhi fesyen atau mode yaitu : 1.
Desain 2.
Kepraktisan cara pemakaian
37
Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi; Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender, h. 26.
38
Barnard Malcolm, Fashion Sebagai Komunikasi; Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas dan Gender, h. 104.
3. Bahan yang digunakan
Biasanya desain yang dibuat sesuai dengan apa yang sedang trend pada masanya, terkadang desain dibuat senyaman mungkin bagi pemakainya. Dan
untuk kepraktisan biasanya pendesain berusaha membuat busana yang mudah digunakan bagi pemakainya. Khusus warna yang digunakan tergantung warna
apa yang sedang trend, contoh untuk sekarang ini warna-warna terang seperti oranye, merah muda, ungu, biru dan hijau tosca. Dan warna-warna itu
dikombinasikan dengan tambahan pernak-pernik sederhana berupa sulam pita, beludru, atau bermotif bunga, tumbuhan, hewan, atau pun bulan dan bintang.
39
Berbicara tentang gaya dan trend busana baik busana wanita maupun pria mengalami perkembangan. Tetapi busana wanita lebih berkembang dan
mengikuti mode dibandingkan dengan busana pria. Bukan hanya busana wanita pada umumnya yang mengalami perkembangan dan mengikuti trend, meskipun
busana muslimah selalu mengikuti trend dan mode tetapi bentuk, dan warnanya dibuat masih sesuai dengan batasan busana Islami.
Di sini peneliti akan menguraikan beberapa kriteria yang menjadi standar mode atau batasan-batasan busana muslimah menurut syariat Islam yaitu :
a. Tekstil yang dijadikan bahan busana tidak tipis atau transparan.
b. Modelnya tidak ketat.
c. Bagian tubuh yang boleh terlihat hanya wajah dan telapak tangan.
d. Tidak menyerupai pakaian laki-laki, bila baju dan pakaian bawah bermodel
celana panjang, sebaiknya blus tersebut menurun hingga menutup pinggul dan setengah paha.
Jilbab pun kini sudah mengalami banyak perkembangan trend dan mode. Contohnya sekarang ini banyak gaya jilbab yang dililitkan dileher dengan
39
http:www.google.kompas.com20060417keanggunan busana muslimah.
diakses pada Kamis 24 maret 2011, pukul 10.35 WIB.
memadukan dua bahan sekaligus dengan warna-warna degradasi dan kontras. Biasanya gaya ini banyak dipakai oleh beberapa artis, seperti Ineke
Koesherawati yang dinilai lebih mampu menunjukkan unsur femininitas si pemakai. Gaya lilit leher sendiri mempunyai banyak varian dan mempunyai
teknik lilit atau ikat yang berbeda, misalnya lilit depan, samping, atau pun belakang. Disesuaikan dengan bentuk wajah.
40
Busana yang ada dalam rubrik mode majalah Ummi adalah busana muslimah yang selalu mengikuti trend atau mode yang berkembang saat ini
tanpa melanggar aturan busana yang sesuai dengan syariat Islam. Baik detail serta motif dan bentuknya. Busana muslimah dibuat sesuai dengan kaidah atau
aturan syariat Islam. Jadi bisa dikatakan bahwa busana muslimah yang ada di rubrik mode
majalah Ummi adalah termasuk dalam kategori busana muslimah masa kini yaitu busana yang mengikuti trend dan mode.
40
http:www.google.kompas.com20060417keanggunan busana muslimah.
diakses pada Kamis 24 maret 2011, pukul 10.35 WIB.
39